Info dan Tips Jenis Bunga-bunga

Kembalinya si Anak Hilang

Kembalinya si Anak Hilang
Oleh trubus



Pada 1922, tanah tandus sepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat, telah lama menyimpan kekuatan panasea luar biasa. Heyne kerap memandangi tanah itu pada musim hujan, saat hamparan kelopak bunga merah rosela mekar. Tak ada yang tahu sirnanya si kerabat bunga sepatu itu. Padahal, 244 tahun sebelumnya, M de L'Obel, botanis Belgia-Belanda telah menjumpainya sebagai tanaman hias rumah di Pulau Jawa. Setelah berabad-abad berkelana di dunia luar lantaran tak dihiraukan, kini si anak hilang itu kembali dengan khasiat bermanfaat bagi umat manusia.

Ir Didah Nurfarida MSi, periset Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor menemukan kandungan antioksidan pada teh kelopak merah pada 2006. Jumlahnya 1,7 mmmol/prolox, lebih tinggi dibanding kumis kucing yang antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal.

Jumlah a ntioksidan itu diperoleh dengan menggerus 3 kuntum rosela menjadi 1,5 g bubuk dan diberi air 200 ml. Hasilnya dimasukkan ke spektrofotometer. Alat itu menganalisis seluruh kandungan kimia berdasarkan panjang gelombang yang dibiaskan larutan.

Dengan adanya antioksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat dihilangkan, kata Didah. Itu sebabnya rosela memiliki efek antikanker. Yang paling berperan adalah antosianin. Antosianin pigmen tumbuhan berperan menjaga kerusakan sel akibat peyerapan sinar ultraviolet berlebih.
Antihipertensi

Nun di Selandia Baru, John McIntosh meneliti kandungan antioksidan. Periset dari Institute of Food Nutrition and Human Health, Massey University, itu mengekstrak rosela dengan mengeringkan kelopak bunga pada suhu 50oC selama 36 jam. Tiga gram oseile rouge-sebutan rosela di Perancis-hasil pengeringan diencerkan dalam 300 ml air. Larutan itu dimasukkan ke tabung spektrofotometer. Hasilnya rosela mengandung 51% antosianin, sedangkan antioksidannya 24%.

Angka-angka itu kemudian digunakan Yun-Ching Chang dari Institute of Biochemistry and Biotechnology, Chung Shan Medical University, Taiwan. Periset itu menguji efektivitas antosianin rosela untuk penghambatan sel kanker darah atau leukemia. Ternyata, pigmen alami dari Hibiscus sabdariffa tak hanya menghambat pertumbuhan sel kanker HL-60, tetapi juga mematikannya. Dosis yang diberikan hanya 0-4 mg/ml rosela. Antosianin yang berpengaruh diberi nama delphinidin 3-sambubioside.

Riset-riset itu baru praklinis di laboratorium. Belum ada pembuktian efeknya langsung pada manusia. Namun, Zuraida merasakan langsung khasiat rosela menurunkan kadar darah tingginya yang diidap selama 15 tahun. Ibu 4 anak itu kerap pusing, mual, dan panas di kepala.

Lantaran menganggapnya sakit kepala biasa, mantan guru Biologi SMA 13 Jakarta itu hanya mengkonsumsi obat-obatan warung. Namun, lama-kelamaan nyeri kepala semakin parah. Seperti dipukul palu, katanya. Jika sudah begitu, ia tak sanggup berjalan lantaran kehilangan keseimbangan.

Penderitaan itu dialami selama 1 tahun. Hingga pada 1990 ia berkonsultasi ke ahli medis. Hasil didiagnosis Zuraida mengidap hipertensi. Itu lantaran sejak pensiun pola makannya tak teratur. Maklum, sebagai keturunan etnis Minangkabau, makanan pedas, bersantan, dan berlemak tinggi selalu terhidang di meja. Selama 15 tahun wanita kelahiran 16 Desember 1944 itu bergantung pada obat kimia resep dokter.

Akhir Januari 2006, saat berkunjung ke sebuah pameran, Zuraida disodori teh hangat berwarna merah. Tanpa mengetahui khasiatnya, Zuraida rutin mengkonsumsi teh vinagreira-rosela dalam bahasa Portugis-karena berasa kecut menyegarkan.

Setelah mengkonsumsi selama 1 bulan, nenek 3 cucu itu merasa lebih tenang lantaran kekakuan saraf dan ketegangan leher akibat hipertensi hilang. Merasa lebih bugar dan nyenyak tidur, Zuraida memeriksakan diri ke dokter. Tekanan darahnya turun 80 poin dari 200 mmHg menjadi 120 mmHg.
Teruji

Khasiat kelopak zuring-sebutan rosela dalam bahasa Belanda-untuk hipertensi dibuktikan Abd Al-Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute of African and Asian Studies. Seperti dikutip Planta Medical Journal pada 1962, kelopak rosela bersifat hipotensif-antihipertensi-dan antikejang pernapasan. Tiga puluh tujuh tahun kemudian, sifat antihipertensi itu diuji secara klinis oleh M. Haji Faraji dan A.H. Haji Tarkhani dari Shaheed Beheshti University of Medical Sciences and Health Services, Teheran, Iran. Sebanyak 54 pasien bertekanan darah tinggi di Tehran's Shariati Hospital dihitung tekanan diastolik dan sistoliknya 15 hari sebelum dan sesudah pengujian.

Pasien diberi konsumsi secangkir teh seduhan 3 kuntum bunga rosela. Setelah 12 hari, nilai sistolik pasien rata-rata turun 11,2%, tekanan diastolik turun 10.7%. Namun, saat konsumsi rosela dihentikan 3 hari, tekanan sistolik meningkat 7,9%; diastolik 5,6%. Itu membuktikan rosela memang berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi.

Karena kandungannya banyak, maka faedahnya juga banyak, kata Dewani, herbalis di Lentengagung yang meracik rosela untuk pengidap asam urat, insomnia, hingga kolesterol.

Khasiat antikolesterol diteliti oleh Vilasinee Hirunpanicha, dari Department of Pharmacology, Faculty of Pharmacy, Mahidol University, Thailand. Periset itu menguji tikus berkolesterol tinggi. Selama 6 minggu, tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok itu masing-masing diberi 1.000 mg dan 500 mg rosela per kilogram bobot tubuh, dan air mineral.

Hasilnya, serum kolesterol menurun 22% untuk ekstrak rosela 500 mg/kg dan 26% untuk 1.000 mg/kg bobot. Penurunan juga terjadi pada serum trigliserida sebanyak 33% dan 28% serta serum low density lipoprotein (LDL) level sebanyak 22% dan 32%.
Budak Afrika

Setelah bibitnya dibawa ke seluruh dunia oleh budak Afrika yang bekerja di Indonesia, rosela mulai ditumbuhkan di Jamaika pada 1707. rosela dimakan mentah sebagai salad. Di sini rosela disuguhkan sebagai minuman tradisional saat natal. Caranya dicampur dengan irisan jahe dan gula, lalu dan ditaruh pada teko tembikar. Setelah itu didihkan dan diamkan semalam.

Disajikannya dengan es dan tambahan rum. Jus itu berasa, beraroma, dan berwarna mirip minuman anggur. Ternyata pohon yang pernah dilihat M de L'Obel di sebuah halaman rumah 344 tahun lalu, memiliki beragam khasiat dan kegunaan. Untunglah rosela kini kembali marak di Indonesia. Dengan begitu manfaat rosela yang dirasakan di Afrika juga bisa diperoleh di Indonesia.
 
Daylily, si Mekar Sehari

Daylily, si Mekar Sehari
Oleh trubus



Entah pemalu atau sadar sosoknya cantik, bunga daylily tidak mau lama-lama menunjukkan keindahannya. Cukup sehari, sesuai dengan namanya. Namun, seperti tak ingin mengecewakan penggemarnya, semua itu 'dibayar' dengan banyaknya kuntum bunga dari setiap rumpun. Bunga berwarna-warni muncul bergantian.

Kecantikan daylily terlihat menonjol, terutama bila ditata sebagai tanaman pembatas atau bedding plants di taman. Rumpun daylily dengan bunga besar pasti menjadi pusat perhatian. Aslinya, bunga daylily hanya berwarna kuning dan jingga. Namun, para penyilang di Amerika Serikat dan Eropa berhasil mengembangkan varietas baru berwarna merah, ungu, bahkan kebiruan.

Kelir mahkota juga beragam. Sekuntum daylily bisa terdiri dari satu, dua atau bahkan tiga warna. Selain warna, keragaman daylily terletak pada banyaknya kelopak. Ada yang satu lapis, juga dua lapis. Tekstur kelopak yang keras dan tebal membuat daylily seperti bunga plastik.

Di Indonesia, berbagai jenis daylily Trubus lihat di nurseri Mandiri Jaya Flora di Bogor. Si mekar sehari itu diboyong dari Miami, Florida, Amerika Serikat, pada 1998. Jenisnya ada yang kerdil (dwarf) dengan tinggi tanaman 30 cm, semi-dwarf, dan standar (tinggi 75 cm). Warnanya pun bervariasi dari kuning cerah, kuning pucat dan ungu polos, jingga dengan corak melingkar merah, serta merah jambu dengan corak melingkar ungu.
Bukan lily

Meski menyandang nama lily, daylily bukan anggota keluarga Liliaceae. Sosoknya memang mirip bunga lily. Bunga berbentuk terompet dengan tanaman merumpun. Namun, tidak seperti keluarga Liliaceae yang memiliki perbungaan berbentuk payung dan muncul serempak, bunga anggota keluarga Hemerocallidaceae itu muncul bergantian. Selain itu, kebanyakan lily mempunyai bulb, sejenis umbi batang yang berlapis-lapis. Daylily tidak.

Hemerocallis fulva itu sebenarnya berasal dari kawasan Asia subtropik seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Eurasia. Di Cipanas, Indonesia, daylily kerap ditemukan di kios-kios bunga. Diduga, itu adalah jenis lawas yang dibawa Belanda pada masa penjajahan. Dari negeri 4 musim, daylily lokal itu beradaptasi dengan iklim tropis. Si mekar sehari itu terutama berkembang di dataran tinggi. Di awal abad ke- 20, bibit daylily dibawa ke Amerika Serikat dan Eropa. Di sana ia berkembang terutama sejak tahun 1930-an. Kini, di negeri Paman Sam, hampir setiap nurseri mengembangkan daylily. Tanaman berbunga bentuk lonceng terbalik itu pun populer sebagai tanaman landscape.

Para penyilang negara adidaya getol mengawinkan tanaman yang nama latinnya berarti cantik sehari itu. Muncullah 2 jenis daylily. Yaitu daylily daerah utara dengan 4 musim dan daylily daerah selatan yang beriklim tropis. Daylily daerah utara hanya berbunga pada musim semi dan panas. Pada musim dingin, dorman. Sedangkan daylily daerah selatan berbunga sepanjang tahun. Itulah yang Mandiri Jaya Flora boyong ke tanahair.
Tahan polusi

Menurut Benny Tjia, pemilik Mandiri Jaya Flora, daylily asal daerah selatan mudah dirawat. Mereka akan memperbanyak dirinya sendiri melalui rizoma. Pemupukan cukup dengan bahan organik seperti pupuk kandang dan NPK seimbang. Pemberian masing-masing setiap 2-3 bulan dengan dosis sesuai ketentuan. Musuhnya pun tidak banyak. Yang lazim ditemukan aphids bersarang di daun daylily dan menjadi vektor virus.

Untuk mencegahnya, penyemprotan insektisida dilakukan secukupnya. Daylily yang baru pindah lokasi tidak akan berbunga selama beberapa bulan. Maklum, ia mesti beradaptasi dulu dengan lingkungan baru. Mula-mula memperbanyak dulu rumpun selama 2-3 bulan. Setelah itu baru mengeluarkan bunga yang tidak pernah putus.

Seperti herba berumpun lainnya, daylily dikembangbiakkan dengan cara memecah anakan. Perkembangan dengan biji masih sulit dilakukan di sini.

Menurut Benny, daylily introduksi mampu tumbuh di daerah dataran tinggi maupun rendah. Dari Jakarta sampai daerah Puncak, Cipanas. Meski lebih suka sinar matahari penuh, ia masih bertahan pada intensitas matahari sampai 50%. Daylily tahan kekeringan dan adaptif di berbagai jenis tanah. Pun lingkungan dengan tingkat polusi cukup tinggi.

Daylily tidak terbatas sebagai elemen taman. Ia juga tampak cantik dalam pot. Karena itu bagi para hobiis yang tidak punya lahan, dapat memajang pot daylily. Syaratnya, pot sebagai tempat tinggal tanaman tidak boleh terlalu kecil agar tidak menghambat perkembangan rizoma. Tak sekadar indah, daylily juga enak dimakan. Digoreng dan disajikan layaknya tempura, kata Benny Tjia. Jadi, kenapa tidak memilih daylily?
 
Elok Mahkota si Ratu Berduri

Elok Mahkota si Ratu Berduri
Oleh trubus



Macan tutul jawa terlihat eksotis dengan warna bulunya yang indah.Kuning kecokelatan dengan tutul-tutul hitam. Meski berpenampilan menarik,tak seorang pun berani mendekat kala hewan buas itu menunjukkan kuku-kukunya yang tajam. Namun, lain halnya dengan Hj Yusdahniar SPd. Kepala Sekolah Dasar Pasarmelintang, Lubuk Pakam, Medan, itu justru senang merawat kuku macan. Warna bunganya yang merah terang memikat Yusdahniar meski ancaman duri datang dari batangnya. Itulah euphorbia asal Thailand.

Wajar bila Yusdahniar jatuh cinta pada kuku macan. Ukuran bunga sedang, diameter 4 cm, dan bermahkota tebal sehingga tak gampang layu. Bunga berwarna merah menyala sehingga terkesan berani.Ibu tiga anak itu menyematkan nama kuku macan lantaran bentuk durinya seperti kuku kucing besar itu.

Si merah lain yang tak kalah memikat adalah panda putar. Anggota famili Euphorbiaceae itu tampak cantik dengan kombinasi hijau di ujung mahkota bunga. Ia menarik karena bentuk daun berputar seperti spiral. Koleksi lain, euphorbia berbunga kuning dan merah jambu.

Nun di Sawangan, Ricky Hadimulyo, juga mendatangkan euphorbia baru dari negeri Gajah Putih. Sebut saja, duang narue mol. Ia istimewa lantaran dalam satu dompol terdiri lebih dari 20 kuntum bunga yang mekar serempak. Kembang berwarna merah muda sehingga terkesan lembut. Begitu juga mong mongkut petch yang berwarna putih semburat merah muda. Sementara chok dee mee chai merah menyala seperti kuku macan. Bunga mong mongkut besar, 2 kali uang logam Rp100. Itu berkebalikan dengan somonas koleksi Ir Hari Harjanto di Depok yang berbunga kecil.

Tak hanya itu, Fredy di Bumi Serpong Damai, Tangerang, memiliki jenis terbaru dari biji. Itu sudah diperoleh sejak 2005 silam. Ada 6 jenis yang berwarna merah, merah muda, merah kekuningan, dan merah hijau. Sayangnya koleksi pemilik nurseri Millenium itu belum bernama. Yang pasti semua ratu berduri itu tampil elok, pantas untuk menyemarakkan dan memperindah teras rumah Anda.
 
Pesona Ekor Merak dalam Tubuh Sri Ratu

Pesona Ekor Merak dalam Tubuh Sri Ratu
Oleh trubus



Alkisah di sebuah negeri yang terkenal dengan sebutan Bumi Khatulistiwa, hiduplah sebuah grup musik yang memainkan musik keras bernuansa cinta. Selama setahun terakhir, kelompok itu menguasai blantika musik negeri nusantara. Cocok benar dengan nama yang diusung: Radja. Seperti ingin mengekor kesuksesan grup band asal Borneo itu, Gunawan Widjaja di Sentul, Bogor, menyematkan nama red radja pada salah satu aglaonema koleksi.

Red radja bersosok kompak dan rimbun. Warna daun sri rejeki itu didominasi hijau tua sehingga tampak macho. Penampilannya kontras lantaran tulang daun merah. Salah satu anggota famili Araceae itu didatangkan dari negeri Gajah Putih. Koleksi lain yang juga didatangkan dari Thailand: pink peacock, golden peacock, red dragon, splash, dan wulandari.

Pink peacock menarik karena daun berwarna kombinasi hijau, kuning, dan merah muda. Penampilannya kian manis dengan kuasan putih di jari-jari daun. Perpaduan warna yang cantik itu seindah warna-warni bulu ekor merak yang tengah dibentangkan. Karena itulah nama peacock (merak jantan, bahasa Inggris, red) disematkan. Apalagi buat masyarakat Tionghoa merak lambang kemakmuran.
Mewah

Golden peacock tampak mewah lantaran warna kuningnya seperti emas. Sentuhan merah muda di tulang daun membuatnya semakin anggun. Red dragon bersosok kompak dan rimbun. Warna daun didominasi merah kejinggaan sehingga mirip semburan api dari sang naga. Begitulah nama dragon disematkan.

Splash bermotif batik dan tampak anggun lantaran berwarna merah muda. Sementara wulandari bersosok kokoh dan kompak karena jarak antarruas daun pendek. Penampilannya kian mempesona dengan bentuk daun bulat dan besar. Panjang 20 cm dan lebar 18 cm. Daun tebal dengan kerutan di jari-jarinya. Beberapa orang menyebut wulandari dengan nama yoanna.

Nun di Medan, Sumatera Utara, Leli Herlina dan Syahril Usman, juga mendatangkan aglaonema-aglaonema baru asal negeri Gajah Putih. Di Tulip nurseri milik Leli, Trubus menjumpai hibrida Thailand berwarna jingga kemerahan dengan sedikit bercak hijau di atas daun. Bentuk daun bulat telur dengan ujung meruncing. Koleksi lain, aglaonema berdaun merah terang dengan bercak hijau tua sehingga terlihat kontras.

Aglaonema koleksi Syahril pun tak kalah cantik. Sebut saja northern star dan hibrida cochine yang belum bernama. Yang disebut pertama terlihat gagah lantaran daun didominasi hijau tua. Sapuan hijau muda di atasnya dan merah di tulang daun membuat penampilan sri rejeki itu kian menarik. Sementara hibrida cochine tampak menggoda karena tepi daun bergelombang bak ombak di tepi pantai.

Di Pekanbaru, Riau, ada 3 aglaonema cantik. Pemiliknya Syahrial Usman, menyebut kesayangannya itu merah, kecil, dan bercak. Warna daun dominan merah menjadi ciri aglaonema pertama. Balutan lipstik hijau di pinggir daun menambah daya tariknya. Si kecil terlihat feminim dengan merah muda di tulang dan jari-jari daun. Ukuran daun kecil dan tebal. Sementara si bercak tampak menggemaskan dengan warna merah kejinggaan. Tertarik memiliki?
 
Lomba Tanaman Hias Trubus Agro Expo 2006

Lomba Tanaman Hias Trubus Agro Expo 2006
Para Jawara di Taman Bunga
Oleh trubus



Sabtu, 9 September 2006, itu matahari sudah condong ke barat. Namun, suasana di depan panggung terbuka di salah satu sudut Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, masih riuh-rendah. Puluhan pasang mata tertuju ke atas panggung kala para juara lomba tanaman hias dalam rangkaian Trubus Agro Expo 2006 diumumkan. Diiringai tepuk tangan meriah, srikandi milik Indrijani Kusudiardjo menjadi pemenang pertama lomba aglaonema kelas majemuk. Di kelas tunggal, chao phraya milik Songgo Tjahaya berjaya. Sementara pada lomba anthurium, Anthurium reflexinervium milik Sugiono Budhiprawira-lah sang juara.

Kemenangan srikandi di kelas majemuk tidak mudah digapai. Aglaonema bercorak batik itu mesti bersaing dengan 26 peserta lain. Penampilan wah dengan 40-an daun yang sehat membuat srikandi melenggang melewati seleksi awal. Pada babak itu, dari 27 peserta hanya 10 kontestan berpenampilan paling menarik yang berhak berlaga ke tahap berikutnya.

Di babak 10 besar persaingan begitu ketat. Hot lady milik Tirto Gunawan dan lipstik mini kepunyaan Anugerah Firmanto menjadi kompetitor berat. Petite-juga milik Indrijani-tidak bisa diabaikan. Yang disebut pertama terlihat mempesona dengan daun lebar dan tulang daun merah pekat. Sementara lipstik mini meski berpenampilan mungil, terlihat kompak dengan ukuran daun seragam dan tersusun memutar. Petite tampak cantik dengan daun-daun berbentuk lancip yang kompak. Kualitas peserta memang bagus-bagus. Malah lebih bagus daripada lomba di Lapangan Banteng (Lomba tanaman hias dalam rangka Flora dan Fauna, red), tutur Frans Wiratmahusada, salah seorang juri.
Alot

Setelah melewati perdebatan alot, akhirnya para juri yang terdiri dari Frans Wiratmahusada, Nurdi Basuki, Syah Angkasa, Evy Syariefa, dan Destika Cahyana menobatkan srikandi milik Indri Greg Hambali-begitu Indrijani lebih dikenal-sebagai jawara. Tanaman sangat sehat, kata Nurdi. Kemenangan itu mengulang sukses serupa pada lomba tanaman hias dalam rangka Jakarta Orchids Festival di Taman Anggrek Indonesia Permai pada 14 Februari 2006. Juara kedua diraih oleh petite, sedangkan pemenang ke-3 jatuh ke tangan hot lady kepunyaan Tirto Gunawan yang biasa disapa Wiwi.

Penentuan pemenang di kelas tunggal tak kalah sengit. Sebanyak 28 peserta bertarung dalam 2 babak-sama seperti kelas majemuk. Di akhir acara, para pemenang pun ditasbihkan. Pemenang pertama direbut oleh chao phraya milik Songgo Tjahaya.

Terbaik ke-2 dan ke- 3 masing-masing dimenangkan oleh moon light milik Indri dan nancy koleksi Handry Chuhairi. Acungan jompol diberikan pada Songgo. Merawat chao phraya sangat susah, perakaran tanaman lemah, papar Frans. Di tangan Songgo, siamese rainbow itu tampil prima. Susunan daun memutar seperti menara. Warna merah daun stabil.

Moon light layak jadi pemenang karena kondisi prima. Apalagi terdapat mutasi yang membuat tulang daun dominan merah muda. Sementara yang disebut nancy dikenal juga dengan nama tulang merah. Julukan nancy diambil dari nama istri Handry Chuhairy-sang pemilik. Nancy terlihat mempesona dengan tulang daun merah. Untuk semua pemenang Nurdi tak pelit memuji, Semua seri rotundum sangat sulit dirawat. Bila dapat tampil prima seperti ini, salut pada para pemiliknya.
Tanaman populer

Acara Trubus Agro Expo 2006 yang berlangsung pada 7-17 September di Taman Bunga Wiladatika itu juga menampilkan lomba anthurium. Kontes tanaman hias daun yang tengah populer itu diikuti 30 peserta. Sesuai prediksi, Anthurium reflexinervium milik Ir Sugiono Budhiprawira muncul sebagai pemenang.

Merawat jenis ini sulit sekali, pertumbuhannya sangat lambat. Yang biasa ditemui paling hanya 1-2 daun, ujar Frans. Diduga penanaman di Bogor yang berudara sejuk membuat penampilan anthurium berdaun kerut-merut itu prima.

Pemenang ke-2 dan ke-3 diraih oleh anthurium bintang kejora dan Anthurium jenmanii black. Keduanya koleksi Ir Horas Pardomuan Batubara. Ukuran daun bintang kejora yang relatif besar menjadi poin kemenangan. Sementara A. jenmanii black terlihat sehat tanda perawatan optimal. Selamat buat para pemenang!
 
Sembilan Musuh si Jelita

Sembilan Musuh si Jelita
Oleh trubus



Sungguh malang nasib Purbasari. Karena berparas jelita, putri bungsu Prabu Tapa Agung dalam legenda masyarakat Sunda itu dimusuhi Purbararang, kakak tertuanya. Tak sekadar cemooh dan omelan yang diterima, Purbasari pun mesti terusir dari kerajaan. Gara-gara iri hati karena Purbasari diangkat menjadi pengganti Prabu Tapa Agung, Purbararang meminta bantuan tukang sihir. Kulit mulus sang adik disihir menjadi penuh luka bernanah dan berbau. Purbasari dibuang ke hutan nan sepi.

Bak Purbasari, kecantikan aglaonema pun mengundang para perongrong datang. Sebut saja misalnya kejadian di kediaman Fransiskus Wiratmahusada pada awal tahun silam. Gara-gara hujan terus-menerus selama 2 bulan, sri rejeki di nurseri di Semarang lodoh. Daun lemas dan batang busuk. Lama-kelamaan daun ikut membusuk sehingga mudah terlepas dari tangkai. Begitu media dibongkar, terlihat akar tanaman gundul.

Dengan berat hati, Frans mesti merelakan 40 pot dari 50 pot red butterfly disantap penyakit yang kerap datang di musim hujan. Pun beberapa varietas lain bercorak dominan merah. Menurut Dr Nuangpanit Sinhaisri, pakar hortikultura dari Thailand, aglaonema bernuansa merah memang lebih rentan serangan hama dan penyakit.

Lain lagi dengan Gregori Hambali. Penyilang aglaonema di Bogor itu gundah gulana karena calon-calon induk di kebunnya bertumbangan. Hari ini tanaman masih segar, tiba-tiba 1-2 hari kemudian rebah di tanah seperti patah.

Usut punya usut, biang keroknya ulat dari jenis noctuidae. Ulat berwarna putih itu menggerogoti tulang batang aglaonema hingga kopong di tengah. Para hobiis sepakat, sang ratu daun memang banyak perongrong. 'Sepertinya daun aglaonema itu steak yang enak buat santapan hama dan penyakit,' seloroh Frans. Supaya 'nyawa' si pembawa rezeki tak melayang, kenali hama dan penyakit aglaonema serta cara mengatasinya.
Kutu putih

Inilah salah satu musuh utama aglaonema. Kutu putih gemar bersembunyi di bagian belakang daun, menyusup ke dalam belahan tangkai daun dan bunga, atau di dekat pucuk. Bemisia sp itu mengisap cairan tanaman sehingga menjadi kisut. Ia pun mengeluarkan cairan madu yang menjadi jelaga pada daun. Cairan madu itu kerap mengundang semut mengerubuti tanaman. Akibatnya kecantikan sang ratu pun terganggu. Bila tingkat serangan rendah, tanaman cukup disemprot dengan air hingga kutu putih terlepas dari aglaonema. Bisa juga dengan cara membersihkan kutu putih menggunakan kapas yang sudah dicelupkan ke dalam larutan insektisida. Bila serangan fatal, mesti dilakukan penyemprotan insektisida.

Namun, tubuh makhluk mungil itu dilindungi semacam lilin. Akibatnya penyemprotan sia-sia karena cairan racun itu hanya mengalir melewati tubuh kutu putih. 'Makanya penyemprotan insektisida mesti dicampur dengan perekat,' tutur Gunawan Widjaya, pemilik nurseri Wijaya Orchids di Sentul, Bogor. Dengan perekat, larutan insektisida menempel pada tubuh kutu putih. Gunawan biasa menggunakan APSA-2000 dengan dosis 0,25 cc per l.

Larutan itu lantas diaduk bersama insektisida seperti Decis, Dursband, atau Confi dor dengan dosis 1-2 cc/l atau 1-2 ml/l, mengikuti aturan yang tertera di kemasan. Frekuensi penyemprotan tergantung tingkat kerusakan. Frans cukup seminggu sekali; Gunawan, 2 kali sehari sampai serangan hilang.
Ulat

Ulat jenis noctuidae. Itulah yang jadi momok di kebun Gregori Hambali. Ulat berwarna putih itu menggerogoti batang tanaman. Bagian tengah batang kosong hingga tanaman roboh. Selain mematikan-sri rejeki terserang hampir tak bisa diselamatkan-serangan pun mendadak. Hanya dalam semalam puluhan tanaman induk di kebun Greg roboh.

Hama itu diatasi dengan penyemprotan insektisida seperti Buldog dengan dosis 0,5- 2 ml/l. Bila serangan mengganas, gunakan paduan 2 merek insektisida, misal Decis yang dicampurkan dengan Atabron dengan dosis masing-masing 0,5-1 ml/ l. Penyemprotan setiap 2 minggu bila menggunakan insektisida sistemik. Selain memberantas ulatnya, kehadiran si noctuidae, itu bisa dihambat dengan mengusir ngengatnya. Dari pengamatan Greg, ngengat noctuidae berwarna putih dan aktif di malam hari. Gerakannya pun sangat gesit.
Root mealy bug

Penampilannya mirip kutu putih. Hanya saja Pseudococcus sp itu menyerang akar. Pada aglaonema terserang, bila media dibongkar, terlihat bintik putih menempel di sana. Tanaman terserang menjadi kurus, kerdil, serta berdaun kecil dan melengkung layu. Waktu Trubus menunjukkan foto sebatang aglaonema bercorak merah bersosok kerdil, Dr Nuang langsung menyebutkan itu pasti akibat serangan hama di akar.

Root mealy bug diatasi dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Confi dor dengan konsentrasi 0,5- 0,75 ml/l. Alternatif lain, penggunaan Supracide dengan dosis 1-2 g/l. Penyemprotan 2 minggu sekali. Berbarengan dengan perlakuan itu, media tanam diganti yang baru.
Tungau alias rust mite

Ini juga salah satu ancaman serius buat aglaonema. Seperti kutu putih, tungau mengisap cairan tanaman. Makhluk kecil tak bersayap itu bersembunyi di balik daun, di pelepah daun, batang, dan bunga. Tanaman terserang jadi berpenampilan jelek karena muncul bercak cokelat atau kemerahan di daun. Bila serangan berlanjut, daun mengerut, kuning, dan kisut. Akhirnya tanaman pun mati. Seekor rust mite memproduksi 40-50 telur yang siap menularkan serangan.

'Paling efektif rust mite ini diatasi dengan menyemprotkan miticide,' ujar Dr Nuang, pakar serangga yang mengasuh rubrik konsultasi di majalah pertanian Keha Karnkaset di Thailand. Termasuk di dalamnya ialah yang mengandung karbamat, formamidin, organoklorin, permentrin, dan organofosfat. Peyemprotan seminggu sekali. Selain itu, tanaman terserang mesti dikarantina. Kalau mitisida tidak ada, lebih baik tanaman terserang dipotong, lalu dibakar. Penyemprotan dengan insektisida sistemik, meski membantu tapi kurang efektif.
Busuk akar

Waktu ditunjukkan foto aglaonema dengan akar gundul, Dr Nuang sertamerta menyebut itu akibat serangan cendawan tanah. 'Dugaan saya, ini karena serangan fusarium atau sclerotium,' kata komentator radio program pertanian di Thailand itu. Cendawan datang karena sanitasi media buruk atau media terlalu basah dengan kelembapan tinggi. Bila media dibongkar, terlihat akar membusuk berwarna cokelat. Bila dipegang, akar putus.

Akibat akar gundul, tanaman kehilangan 'penangkap' hara. Daun terlihat menguning dan layu. Untuk mengatasinya, fungisida berbahan metalaxyl seperti Ridomil dan Apron diguyurkan ke dalam media. Dosis sesuai aturan dengan frekuensi 2 minggu sekali.

Busuk akar bisa juga disebabkan oleh serangan Phytium sp. Seperti pada serangan fusarium dan sclerotium, kehadiran phytium sulit dideteksi. Daun aglaonema tiba-tiba pucat lalu busuk. Batang berlubang dan terkulai. Begitu media dibongkar, akar bonyok. Kalau sudah begitu, jangan mengharapkan tanaman memunculkan daun baru.

Cara mengatasi, lakukan penggantian media. Frans menggunakan media sekam bakar dicampur kapur dolomit. Buang bagian akar yang busuk. Lalu olesi dengan fungisida seperti Antracol dan Dithane. Karantina tanaman di tempat ternaungi-penggunaan shading net dengan kerapatan 55% memadai-tapi berangin. Penyungkupan tanaman dengan plastik transparan sekitar 1 bulan mempercepat proses pemulihan.
Layu bakteri

Inilah biang kerok 'bergugurannya' aglaonema di nurseri milik Frans. Hanya seminggu setelah dihajar hujan terus-menerus selama 2 bulan, daun dan batang sri rejeki di kebun terlihat lemas, basah, dan lodoh seperti tersiram air panas. Selain itu tercium bau seperti alkohol. Bila pangkal batang dipotong melintang, keluar lendir putih kental dan lengket. Frans langsung menduga itu serangan bakteri Erwinia carotavora. 'Bakteri ini biasanya kongkalikong bersama-sama menyerang dengan cendawan Phytophthora infestan,' tutur Frans. Serangan lazim terjadi saat aerasi udara buruk, lingkungan lembap, dan kondisi tanaman lemah.

Potong bagian tanaman terserang, lalu bakar. Semprotkan bakterisida Agrept dengan dosis 1-2 g/l untuk mengatasi erwinia. Phytophthora diatasi dengan fungisida seperti Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folicur 250 EC, 1-2 ml/l. Perlakuan setiap 1-2 minggu. Alternatif lain, gunakan Dithane dan Ridomil.

Tindakan itu akan sia-sia jika sanitasi lingkungan dan kesehatan tanaman tidak diperhatikan. Gunakan media nonorganik untuk menghindari kontaminasi erwinia. Atur keasaman tanah antara 6-7. Lalu gunakan pupuk majemuk dengan kandungan unsur mikro seperti Kristalon dan Growmore. Unsur Ca memperkuat sel tanaman, sementara Br, Zn, dan Cu meningkatkan daya tahan tanaman.
Layu fusarium

Layu fusarium datang bila media terlalu masam, misal karena penyiraman berlebih. Gejala serangan, tulang daun memucat hingga berwarna cokelat keabuabuan. Lalu tangkai daun menunduk karena busuk. Bila batas akar dan batang dipotong atau dikelupas, terlihat cincin cokelat kehitaman dan busuk basah pada berkas batang.

Cara mengatasi, buang bagian tanaman lalu tanam di media baru. Kemudian siram dengan larutan formalin 2-5 cc/l sebanyak 200 l per tanaman. Alternatif lain, siramkan fungisida Derosal 500 SC ke media dengan dosis 1,5 lm/l setiap 2 minggu. Bisa juga menggunakan Delsane MX 200 dengan dosis 1 g/l.
Antraknosa

Gejala antraknosa ditandai dengan munculnya bercak berwarna kuning atau hijau muda, berbentuk bulat. Lama-kelamaan bercak berubah cokelat dan berbintik-bintik hitam yang merupakan tubuh buah cendawan Colletotrichum gloesporiodes dan Gloeosporium cingulata. Penampilan aglaonema pun jadi tidak menarik.

Kedua cendawan itu sebetulnya hanya menyerang jika kondisi tanaman lemah. Misal melalui luka akibat terbakar sinar matahari. Mereka menular ke tanaman lain lewat percikan air. Pemupukan dengan N berlebih juga memicu perkembangbiakan cendawan. Serangan antraknosa diatasi dengan menyemprotkan fungisida jenis prochloral.
Virus

Selain hama dan penyakit di atas, masih ada musuh lain buat aglaonema. Itulah virus. Gejala yang muncul, daun aglaonema menjadi mengeriting tanpa ada masalah di media dan perakaran. Virus menyebar dengan bantuan vektor serangga pengisap cairan daun, manusia, dan alat potong. Sampai saat ini, membakar tanaman terserang merupakan satu-satunya cara paling efektif untuk mengatasi.
 
Pelangi di Daun Aglaonema

Pelangi di Daun Aglaonema
Oleh trubus


Wajar bila sri rejeki itu sangat menarik perhatian. Perpaduan warnanya bak pelangi di siang hari. Bercak merah seperti batik menghiasi hijaunya daun berbentuk agak bulat dengan panjang 14 cm dan lebar 12 cm. Ia hasil buruan dari pedagang di Bogor. Iwan menyematkan nama yoanna sebagai wujud cintanya kepada sang istri, Yoanna Hasmanan.

Perhatian Iwan memang agak berlebihan terhadap yoanna. Meski sebetulnya koleksi-koleksi lainnya tak kalah cantik, misalnya aglaonema berwarna merah ngejreng asal Thailand. Sri rejeki itu mempunyai daun lebih panjang dibandingkan yoanna, sekitar 17 cm. Siamese rainbow ?sebutan aglaonema di Thailand -itu dikoleksi Iwan sejak Maret 2006.

Tanpa nama
Chinese evergreen -sebutan lain aglaonema -baru tak hanya monopoli Iwan. Nun di Sentul Bogor, Trubus juga menemukan aglaonema-aglaonema baru di nurseri Wijaya. Anggota famili Araceae itu tak hanya berasal dari penyilang asal Thailand, tapi juga hasil karya anak negeri, Greg Hambali. Sebut saja widia. Daun tebal dan tegak sebagai penciri hasil penyilang asal Bogor itu. Corak widia seperti batik dengan perpaduan warna merah dan hijau.

Koleksi Gunawan Widjaja, pemilik nurseri Wijaya, lainnya:red imelda, red nora, dan peter pan. Red imelda terlihat anggun dengan perpaduan warna merah muda dan hijau. Sedangkan red nora tampil menarik dengan warna merah di tulang daun. Peterpan didominasi warna hijau sehingga penampilan terlihat macho.

Yellow crown di nurseri Irene milik Harry Setiawan di Kalimalang, Jakarta Timur, juga menambah daftar panjang aglaonema baru asal negeri Gajah Putih yang turut menyemarakkan tren di tanah air. Ia tampil menarik dengan warna kuning menyala di daun muda, meski tak solid. Semakin bertambahnya umur daun, warna kuning perlahan berubah menjadi hijau.

Sementara sri rejeki di nurseri Annisa di Rawabelong, Jakarta Barat, didominasi hibrida-hibrida baru asal Thailand yang masih tanpa nama. Salah satunya aglaonema berwarna merah terang yang baru didatangkan pada April 2006. Meski tanpa nama, toh aglaonema itu tak kalah menarik. Mereka tampil bak pelangi di tengah kota Jakarta.
 
Si Kauskaki Merah pun Berjaya

Surabaya Orchid Show 2006
Si Kauskaki Merah pun Berjaya
Oleh trubus


Zgx. gumeracha ?red socks? x z. advance australia ?adelaide? milik Hendra Gunawan itu memang layak menjadi yang terbaik. Penampilannya paling cantik dan sehat di antara peserta lain. Kuntum-kuntum bunga berwarna cokelat tua memenuhi tangkai. ?Kuntum bunga panjang melebihi 50% dan hampir terbuka semua, ? ujar Veronica, salah satu juri. Penampilan anggrek itu kian menawan berkat kehadiran warna ungu di lidahnya. Tak hanya itu, dompolan bunga semuanya menghadap ke depan.

Gelar itu merupakan prestasi tertinggi yang pernah diraih zgx. gumeracha ?red socks? x z. advance australia ?adelaide? sejak ikut lomba setahun silam. Pada Surabaya Orchid Show 2005, ia dikalahkan phalaenopsis giorgie vasquez x hawaiian legend milik Herman Wijaya. Anggrek koleksi Hendra itu harus puas menempati peringkat the best section pada seksi hibrida jenis lain. Namun, pada Tahun Anjing ini, si kauskaki merah membuktikan diri sebagai yang terbaik.

Persaingan ketat
Dalam perjalanan menuju puncak juara, zgx. gumeracha ?red socks ? x z. advance australia ?adelaide ? harus bertarung dahulu dengan 6 juara section. Section A, cattleya, diwakili da shin milik Florida dari Ridho Orchids. Section B, dendrobium, menghadirkan red emperor yang juga koleksi Florida. Section C, oncidium, mengandalkan bllcra. martfi teh ?red fox? koleksi Hendra Gunawan. Sementara section D, vandaeceous diwakili kolsom renanthera milik RR Orchids. Phalaenopsis di section E menampilkan spuyten duyvill amado vezguez koleksi Galaxy Orchids. Sedangkan section F, paphiopedilum, menghadirkan dell rosii yang juga milik Galaxy Orchids.

Persaingan antarseksi untuk menentukan yang terbaik itu cukup ketat. Tahap awal, juri melakukan voting terbuka untuk memilih 3 anggrek dari 7 juara seksi berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas. Setelah terpilih 3 kandidat, ke-21 juri langsung memberikan nilai. Melalui hasil penilaian itu, akhirnya juri sepakat menobatkan zgx. gumeracha ?red socks ? x z. advance australia ?adelaide? sebagai juara dengan skor 106.

Pada kategori spesies, Dendrobium spectabile dari Simanis Orchids menjadi juara terbaik lantaran kondisi tanaman dan bunganya bagus. Bunga kribo berwarna kuning-cokelat itu dalam keadaan segar. ?Dalam satu tangkai tak ada bunga yang layu dan rontok,? ujar Veronica. Kesehatannya juga prima, ditandai dari warna bunga yang terang tidak pudar. Wajar bila juri asal Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Taiwan, dan Australia yang dikoordinir Sutikno Linuhung dari Indonesia mengganjar nilai 125 dan menobatkannya sebagai the best species.

Lomba dan pameran anggrek Surabaya Orchids Show 2006 di AJBS itu semarak sekali. Para peserta datang dari Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Papua. Utusan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Taiwan juga hadir. Peserta mancanegara ikut memeriahkan acara itu dengan mendekorasi stan berdasarkan ciri khas negara masing-masing
 
Aglaonema rotundum

Aglaonema rotundum
Terbaik, Terbandel
Oleh trubus


Pujian serupa dilontarkan Greg Hambali, pemulia aglaonema, yang banyak menggunakan A. rotundum sebagai indukan. ?Ia menjadi tanaman paling diburu di Jakarta. Anakannya dibandrol Rp50-ribu per daun, ? katanya. Bandingkan dengan A. rotundum lain yang dijual Rp20-ribu - Rp60-ribu per pot.

Pun aglaonema sang jawara. Danang tak mau melepas walau ditawar Rp1, 5-juta. Ia malah mengembalikan koleksinya pada Anugerah Firmanto, pemilik Paradise Nursery, di Tangerang. Maklum, sebelumnya sri rejeki itu milik Firmanto yang dihadiahkan pada Danang.

Banyak hobiis menyangka Danang mempunyai kiat khusus agar A. rotundum tampil istimewa. Namun, sangkaan itu meleset. Hal itu terkuak saat Trubus berkunjung ke pembibitan milik Danang di Kecamatan Ngluwar, Magelang. Letaknya sekitar 11 km ke arah Barat dari Salaman, Magelang. Kejelian memilih A. rotundum menjadi kunci utama agar sri rejeki tampil istimewa di samping perawatan.

Varian terbaik
Menurut Danang, merawat A. rotundum memang tergolong sulit ketimbang aglaonema jenis lain. ?Daunnya lemas, tumbuhnya juga menjalar. Saya juga kesulitan merawatnya, ? katanya. . Namun, di balik itu ada yang tak diketahui banyak orang. Spesies A. rotundum mempunyai banyak varian. Nah, sang jawara itu merupakan varian terbaik.

Cirinya:daun agak membulat selebar telapak tangan orang dewasa. Tulang dan jari daun berwarna merah tegas. Kontras dengan warna daun yang hijau gelap. Bentuk daun agak melengkung seperti atap rumah terbalik. Daun pun kekar sehingga dapat berdiri tegak. ?Coba Anda bandingkan dengan yang ini,? kata Danang sambil menunjuk varian lain. Berdaun sempit dan agak memanjang. Ia juga lemas seperti terkulai dan cenderung merambat.

Menurut Greg Hambali, sang jawara memang varian paling unggul yang pernah ditemukan. ?Ia salah satu varian yang saya gunakan sebagai indukan, ? kata jebolan University of Birmingham itu. Greg mencontohkan, pride of sumatera ? aglaonema hibrida merah pertama - dan tiara mempunyai darah A. rotundum yang setipe dengan sri rejeki milik Danang.

Nun di tempat asalnya, di hutan-hutan Sumatera Utara, terdapat lebih dari seratus varian A. rotundum. ?Di habitat aslinya mereka memperbanyak diri dengan kawin silang. Pasti banyak sekali variannya, ? kata Greg. Pun tempat hidupnya, ada yang tumbuh di hutan dengan sinar remang-remang dan ada pula yang tumbuh di hutan yang hampir gelap. Bahkan, di semak-semak yang agak terbuka juga pernah ditemukan. Satu kesamaannya: mereka tumbuh di daerah yang agak lembap.

Naungan dan air
Dengan memperhatikan habitat aslinya, maka perawatan A. rotundum yang tepat dapat ditentukan. ?Cukup manipulasi halaman sesuai lingkungan asli,? kata Greg. Misal, letakkan aglaonema di tempat yang ternaungi. Danang menyarankan sinar matahari yang masuk cukup di kisaran 70 - 80%. Nita Widyawati, hobiis di Bogor, lain lagi. Ia mengatakan sinar matahari yang masuk harus lebih rendah. ?Sekitar 55 - 65%. Sebab, di alam ia tumbuh di bawah pohon besar yang cukup air, ? katanya.

Menurut Greg, memang tak ada aturan baku mengenai jumlah sinar yang boleh masuk. Sebagai patokan perhatikan kondisi daun. Bila sinar matahari berlebih daun bisa kering. Sebaliknya, sinar kurang menyebabkan daun lemas, cenderung menjalar. Yang terpenting, kelembapan udara dan media harus dijaga dengan menyiramnya setiap hari.

Bagi hobiis yang ingin memamerkan A. rotundum di halaman rumah tak perlu bingung dengan aneka persyaratan di atas. Letakkan sri rejeki merah itu di halaman yang ternaungi atap. Agar kelembapan udara terjaga, pilih tempat yang dekat dengan sumber air. Misal, dekat kolam air atau keran yang biasa terdapat di beranda rumah Anda. Kini aglaonema spesies terbaik tak hanya dinikmati di kontes Semarang. Ia pun dapat hadir di beranda rumah.
 
Red Patricia Raih Takhta

rubus Aglaonema Show
Red Patricia Raih Takhta
Oleh trubus



Sang pemenang adalah kepunyaan Iwan Hendrayanto dan Gunawan Widjaja. Sebelum masuk babak final, ia menjadi yang terbaik di kelas A, yang terdiri dari aglaonema-aglaonema hasil silangan Aglaonema commutatum dan hibridisasinya.

Di final, red patricia mengalahkan 2 pesaing terdekatnya:cochin dan lady valentine, juara I di kelas B hasil silangan Aglaonema cochinchinens e x A. rotundum, dan di kelas C, silangan Aglaonema brevisphatum/costatum dan A. rotundum.

?Selisih nilai antara ketiganya tidak terpaut jauh. Mereka sama bagusnya. Daun-daunnya prima dan kompak,? ujar Syah Angkasa, perwakilan juri dari Trubus . Red patricia meraih nilai 775, 8, sedangkan cochin 722 dan lady valentine 720.

Penampilan red patricia memang menawan. Pantas aglaonema asal Thailand itu diganjar gelar terhormat, best in show . ?Tanaman cukup dewasa sehingga tajuk rimbun membentuk setengah lingkaran,? ujar Fransiskus Wiratmahusada, juri asal Semarang.

Persaingan ketat
Iwan mengikutsertakan 3 aglaonema. Pria berkulit putih itu awalnya tak yakin red patricia bakal juara. Justru ia menjagokan red peacock yang lebih rimbun. Namun, juri cukup jeli. Salah satu daun red peacock berlubang, sehingga mengurangi poin.

Perjalanan red patricia meniti tangga juara bukan perkara gampang. Di kelasnya ia harus mengatasi 11 rival. Saingan terberat datang dari madame soeroyo milik Greg Hambali. Aglaonema dominan hijau bertulang daun merah itu tak kalah cantik. Susunan dan tinggi tajuk serasi. Pun kondisi tanaman sehat. Sayangnya, umur belum dewasa sehingga tajuk kurang rimbun. Karena itu madame soeroyo harus mengakui keunggulan red patricia dan puas menduduki posisi kedua.

Aglaonema hibrida milik Anwar Sanusi dari Annisa Flora, Rawa Belong, Jakarta Barat, bukan tak memberikan perlawanan. Tajuknya rimbun dan kompak. Kelemahannya susunan daun saling tumpang-tindih. Itu membuat kesan tajuk seperti berdesakan. Namun, penampilannya cukup baik dibandingkan 8 saingan lain. Untuk itu ia dianugerahi juara ketiga.

Seru
Tak hanya kelas A yang mengundang perhatian. Kelas B dan C pun tak kalah seru. Kelas C diikuti pemain lama dan pemain baru. Sebut saja Santy Peeters. Pemain anggrek kawakan yang kini melirik aglaonema itu menyertakan lady valentine. Tak disangka aglaonema itu meraih juara I. Sayang ketika memperebutkan gelar best in show , modal sehat dan daun rimbun tak bisa menyingkirkan sang juara. ?Pot yang dipakai terlalu besar,? ujar Frans, panggilan akrab Fransiskus.

Di kelas B, rata-rata peserta belum menampilkan warna maksimal. Namun, setelah menilik sosoknya, para juri sepakat memilih cochin milik H. Mulki Mansyur jadi jawara. Sosok cochin tampak dewasa. Itu membuat ia lebih unggul ketimbang 2 saingan terdekatnya. Sayangnya saat pemilihan best in show , ia masih kalah rimbun sehingga harus puas di urutan ketiga.

Trubus Aglaonema Show itu berlangsung dalam rangka memeriahkan Trubus Agro Ekspo 2006 . ?Acara ini untuk mengakomodir perkembangan aglaonema yang kian marak,? ujar Syah Angkasa. Selama berlangsungnya acara, animo masyarakat cukup tinggi. Buktinya arena lomba berukuran 500 m2 itu disesaki pengunjung. Decak kagum pun kerap terucap ketika mengetahui harga aglaonema-aglaonema itu di atas puluhan juta rupiah.
 
CORAK BARU: Mawar Batik Puring Bangkok

CORAK BARU: Mawar Batik Puring Bangkok
Oleh admin


Tak seperti pendahulunya yang klasik, mawar batik muncul dengan corak beragam. Sementara puring baru daunnya sangat atraktif.
Klik untuk melihat foto lainnya...
HIBRID MAWAR MEMANG TAK TERHITUNG BANYAKNYA.
Kebanyakan diproduksi oleh Belanda. Mawar-mawar itu memang mawar subtropis alias mawar daerah dingin. Kalau ditanam di Indonesia harus di kawasan pegunungan berketinggian di atas 700 m diatas permukaan laut (dpl).

Sebenarnya banyak mawar yang bisa tumbuh di dataran rendah. Corak dan ragamnya juga banyak. Mawar jenis ini umumnya bukan untuk cut flower sebagaimana mawar holland, tetapi untuk pot plant. Salah satunya adalah mawar batik yang dikembangkan Jenny Biwidjaya, kolektor tanaman di Jakarta Timur. Prosesnya sudah lama, ujar Jenny. Pada awalnya hanya mawar biasa, warna merah dan kuning, lantas disilangkan. Hasilnya muncul beragam warna. Mulai dari pink muda, pink tua, merah, dsb. Mereka disilangkan lagi dan diseleksi. Hasilnya adalah mawar hitam dan mawar batik. Pada mawar hitam, kelopaknya berwarna merah sangat tua mendekati hitam.

Berbeda dengan mawar batik. Sejak kuncup sudah terlihat corak batiknya. Ada pink dan putih, serta merah marun dan putih. Begitu mekar, corak batiknya semakin jelas. Kalau diperhatikan, setiap kuntum coraknya berbeda-beda, terang Jenny. Bahkan dalam satu tanaman bisa menghasilkan corak beragam, tidak ada yang sama persis. Bisa dikata, corak macam ini langka.

Biasanya hasil hibrid mawar hanya polos. Atau kalau ada perpaduan warna, hanya pinggirannya. Misalnya mawar putih pinggirnya pink. Ada juga kuning dengan pinggiran merah. Uniknya, mawar batik ini batangnya tidak berduri.

Menurut Jenny, mawar batik bisa ditanam di dataran rendah. Di rumah saya, Cipinang, Jakarta juga bisa berbunga, katanya. Kalau ingin bunganya lebih besar dan warnanya lebih cerah, mesti ditanam di dataran tinggi.

Bibitnya berasal sambung pucuk(grafting). Batang atasnya mawar batik dan pucuknya mawar biasa. Setelah 2-3 bulan, sambungan sudah siap tanam. Medianya berupa campuran sekam bakar, sekam mentah, dan pupuk kandang.

Penyiraman dilakukan sehari dua kali. Pemupukan dengan N-P-K, sebulan sekali. Pupuk kandang diberikan saat pertama kali menanam. Bila perawatan bagus, tanaman bakal lekas berbunga.

TAMPIL ATRAKTIF
Puring (Codiaeum variegatum) agaknya menjadi tanaman pagar favorit. Sosoknya yang rimbun dan tegak bisa menggantikan bentuk pagar tembok. Karena mudah tumbuh dan memasyarakat, puring sering diremehkan.

Namun tidak demikian dengan beberapa puring corak baru ini. Sebut saja puring apel, puring jengkol, puring dasi, puring keris, dan puring oscar. Namanya memang masih nama dagang. Mereka itu merupakan hasil persilangan.

Puring jenis ini didatangkan dari Bangkok setahun lalu, kata Dedy Supriyadi, kolektor puring di Rawa Belong, Jakarta. Awalnya hanya batang atas, lantas disambung dengan puring biasa sebagai batang bawahnya. Tiga bulan kemudian, batang atas dan batang bawah menyatu. Jadilah bibit puring setinggi 20 cm, dibandrol Rp 150.000. Menurut Dedy, puring apel dan kura-kura diperbanyak dengan cara sambung dan cangkok. Untuk mencangkok, butuh waktu 2 bulan hingga akar tumbuh dan siap tanam.

Perihal media, pemilik Safira Flora ini mencampur sekam bakar, sekam mentah, kotoran kambing dan tanah bakar. Intinya, media tidak padat.

Puring tahan sinar matahari lang-sung. Agar daunnya bagus, pemupukan perlu dilakukan. Enam bulan sekali dengan slow realease fertilizer alias pupuk yang tidak gampang larut. Pupuk jenis ini lebih awet dan lebih hemat. Karna ulat sering makan daun puring, meski jarang terjadi. *


Jenis-Jenis Puring Anyar

PURING APEL
Dinamai apel karena bentuk daunnya bulat dengan bagian ujung daun agak berlekuk, mirip buah apel yang dibelah. Warnanya atraktif. Daun yang muda berwarna kuning cerah. Setelah agak tua muncul warna hijau. Daun tua merah marun dan merah cerah. Ada juga yang sudah muncul warna merah sejak awal.

PURING JENGKOL
Bentuknya bulat mirip jengkol. Ukuran daunnya tidak sebesar puring apel. Tidak semua daunnya bulat. Ada daun yang panjang seperti bulu ayam jantan, berwarna merah dan hijau gelap.

PURING KURA-KURA
Dinamai kura-kura karena corak daunnya mirip corak kerapas kura-kura. Daun yang 'sudah jadi' berwarna merah marun kotak kuning. Bentuk daun sama dengan bentuk daun puring biasa.

PURING DASI
Bentuk daunnya panjang seperti dasi. Kebanyakan berwana hijau, dengan garis tengah kuning cerah. Bagian pangkal daun agak melebar seperti dasi.

PURING KERIS
Panjang seperti puring dasi, hanya bagian tepinya agak berlekuk sehingga mirip keris.

PURING OSCAR
Koleksi Ratna Flower, Jakarta, ben-tuknya tidak begitu berbeda dengan puring biasa. Yang menjadi unik, susunan daunnya kompak. Warna juga menarik.
 
Ampas Kelapa Perkilap Daun Aglaonema

Ampas Kelapa Perkilap Daun Aglaonema
Oleh admin


Memperkilap daun aglaonema memang butuh biaya karena bahan-bahannya mahal. Tapi sekarang ada Iho cara paling murah. Bagaimana?
Klik untuk melihat foto lainnya...
Sekarang telah ditemukan sejumlah teknik untuk f memperkilap daun aglaonema yang diantaranya ada yang menyemprotkan Leaf-Shine sekelas Paral dan Hortico. Ada pula yang mengoleskan susu pada daun aglaonema satu per satu. Semua cara ini me mang telah direkomendasi oleh penghobi aglaonema termasuk pakarnya Greg Hambali.

Namun demikian, dua teknik tadi kendati efektif mampu memperkilap daun aglaonema, terkadang ada efek samp-ingnya. Sebut saja Leaf-Shine dimana kalau diberikan secara berlebihan justru bisa merusak daun aglaonema sendiri seperti daun menggulung. Sebab itu pemakaiannya harus hati-hati dan sesuai kadar anjuran.

Sisi lain kelemahan pemakaian Leaf-Shine dan susu adalah si kolektor harus mengeluarkan isi koceknya yang relatif besar. Kalau punya koleksi aglaonema banyak, maka ia harus mengeluarkan isi kocek banyak untuk pembelian Leaf-Shine dan susu.

Apalagi aplikasi bahan-bahan ini minimal sebulan sekali. Mungkin hanya mereka yang berkantung tebal bisa melakukannya, sementara penghobi berkantung tipis hanya gigit jari. Lantas bagaimana?

Nah, bicara soal daun aglaonema yang mengkilap itu, Greg Hambali selaku penemu aglaonema varietas Pride of Sumatera punya jurus alternatif yang tentu lebih murah dan aman. Pakai apa? Pakailah ampas kelapa, niscaya daun aglaonema Anda akan lebih mengkilap, papar Greg Hambali di Malang belum lama ini. Pemakaian Leaf-Shine dan susu murni sangat dianjurkan oleh staf ahli Taman Buah Mekarsari Bogor itu. Tapi keduanya membutuhkan biaya mahal sehingga kalau dipaksakan, sang kolektor aglaonema bisa tersiksa jadinya. Sangat bagus menggunakan keduanya, tapi ha rus mengelu arkan duit banyak ya, papar pria jebolan Universitas Brimingham Inggris itu.

Sebagai alternatifnya, pria yang akrab disapa Greg itu memberi resep yakni pakai ampas kelapa. Anda boleh pakai ampas kelapa untuk memperkilap daun aglaonema karena sudah terbukti dan murah lagi, papar Greg.

Perlakuan demikian untuk memperkilap daun aglaone boleh atau tidak sama seka dilakukan. Tapi kalau si emp menginginkan punya koleks yang daunnya mengkilap, te paksa harus melakukan hal demikian. Sebaliknya mereka yang ingin lebih ekonomis ya pakai ampas kelapa karena ternyata limbah ini mampu memperkilap daun agalaonema, tandas Greg.



Tebar Pada Seluru Daun Aglaonema


Ampas kelapa yang dimaksudkan Greg adalah ampas yang suda diperas santannya sehingga murni tersisa ampasnya saja. Meski san nya hilang, bukan berarti kadar lemaknya sirna tanpa sisa.
Kandungan lemak tetap ada dalam ampas kelapa. Biar sedikit, tapi mampu memperkilap daun-daun aglaonema, papar Greg. kadar lemak itulah yang bisa bikin daun aglaonema jadi mengkilap.

Setelah ampas-ampas kelapa itu didapat, lalu langsung tebar ke seluruh daun aglaonema berapa pun jumlahnya. Usai penebaran tersebut, ambil kain lap atau kain apa saja yang sebelumnya sedikit dibasahi dengan air. Kemudian usap tiap-tiap daun aglaonema tadi satu per satu hingga ampasnya hilang, jelas Greg.

Saat mengusap itu, daun-daun aglaonema jadi bersih dan mengkilap. Upayakan pengusapan dengan kain lap itu sebersih mungkin hingga ampas benar-benar hilang. Cara ini memang kurang praktis. Tapi lebih ekonomis lho sehingga cocok untuk pengiritan. Yang penting daun aglaonema bisa mengkilap kan. Dan tentu, ampas kelapa tidak memiliki efek samping pada aglaonema apalagi sampai mematikan segala. Pokoknya koleksi Anda aman dengan ampas kelapa, terang Greg. (fen, agrobis)
 
Re: ada yang suka adenium gak??

ohya saya pernah baca di trubus

apa bagusnya bro tanaman itu? saya gak ngeliat bagusnya dimananya, buat bisnis ya?
 
Re: ada yang suka adenium gak??

kalau tu tanaman nggak bagus apa situ bisa buat yang lebih bagus , tidak ada yang telah DIA ciptakan tidak bagus.
 
Re: ada yang suka adenium gak??

maksud pak pres,mungkin dia belum melihat sesuatu yang artistik didalam tanaman Adenium.. terus terang saya juga belum pernah denger nama adenium,tapi mungkin kalo Liat wujudnya pasti tau.
 
gimana cara merawat mawar?

Ada yang bisa bantu gak? gimana sih ngerawat bunga mawar? kayanya aku udah rawat mawar-mawarku dengan baik dan benar tapi tetep aja gagal. Apa yang salah ya? Bisa tolong kasih tips gak supaya tanaman mawar saya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik?
dan satu lagi
bagaimana merawat mawar yang sudah dipetik supaya gak cepat layu? Makasih ya,Udah mau baca tread-ku..
 
Re: gimana cara merawat mawar?

nggak tau deh,Tapi klao cuma sekedar ngerawat mawar yang udah dipetik biar tetep seger sih soal keciL.KIta cukup taruh dia diVass bunga yang udah terisi air.Tiap dua hri sekali ganti airnya,dan jangan biarkan mawar tertutup oleh pLastik.Plastik cuma bikin mawar Dehidrasi dan cepat busuk..
 
Re: ada yang suka adenium gak??

Adenium itu kalo gak salah tanaman bunga yang dibentuk seperti Bonzai ya? wah bagus tuh,ngerawatnya juga sama kayak tanaman biasa cukup disiram 2x/hari..
tapi kok punya oGut cepet mati ya Den? kira-kira itu kenapa yah? apa kebanyakan oGut kasih air?!!
 
Re: ada yang suka adenium gak??

adenium tanaman yang tidak suka dengan air jadi semakin sering disiram akan cepat matinya, jarangin aja nyiramnya mbak megha.
 
Back
Top