Jejak-Jejak Peradaban Veda di Dunia

RamaKiJay

New member
Semua adalah hasil terjemahan dari buku berjudul “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
Akan terus ditambah...

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Perancis

14 12 2009 Pengaruh Peradaban Veda di Perancis
Pengaruh Veda di Perancis dapat dikenali dalam Caesar’s Commentaries on the Gallic War, pada halaman 180-1, yang mana ia menjelaskan bahwa dimana-mana di Gaul (Perancis) terdapat dua kelas manusia; “Druid” dan “Knight”. Kaum Druid memimpin pemujaan kepada para dewa, melaksanakan ritual, dan menjawab pertanyaan tentang keagamaan. Laki-laki dalam jumlah cukup banyak tinggal bersama mereka untuk belajar dan banyak orang menaruh rasa hormat kepada mereka. Mereka juga bertindak sebagai penegak hukum apabila terjadi perselisihan dan membuat keputusan bisa berupa hadiah atau hukuman. Dengan cara ini, kita bisa mengetahui bahwa kaum Druid pastinya adalah kaum Brahmin wilayah itu, dan kultur Perancis pada masa awal sangat mirip dengan yang ada di Britania. Mr. Oak menyebutkan pada halaman 831 World Vedic Heritage, “Sebelum bahasa Inggris berkembang menjadi bahasa yang berdiri sendiri, diketahui dengan pasti bahwa orang Inggris berbicara bahasa yang sama dengan orang Perancis. Itu karena bahasa atau bahasa-bahasa yang dipakai di seluruh Eropa merupakan variasi Sanskrit.
“Dalam konteks ini Godfrey Higgins mengamati [dalam The Celtic Druids], ‘Berbicara mengenai orang-orang Gaul (Perancis), Caesar mengatakan, bahwa mereka semua memiliki bahasa yang sama, dengan sedikit variasi dalam dialek mereka. Tetapi ia mengatakan adalah hal biasa bagi mereka untuk melintas ke Britania untuk meningkatkan kemampuan diri mereka dalam ajaran-ajaran kaum Druid, yang hampir membuktikan bahwa kedua negara ini memiliki bahasa yang sama. Dan Tacitus mengatakan secara ekspresif, bahwa bahasa orang-orang Gaul (Perancis) dan Britania tidak begitu berbeda. . . .’ Itulah kenapa bahasa Perancis terus dipakai sebagai bahasa oleh orang Britania untuk jangka waktu lama.
“Ini mencerminkan bahwa tidak hanya Perancis dan Inggris tetapi seluruh Eropa dan keseluruhan dunia pernah berbicara Sanskrit sebagai bahasa umum. Dengan meredupnya imperium Veda dunia, kontinen, region, dan kemudian bahkan setiap negara salah mengira gaya bahasa dan perusakan mereka terhadap Sanskrit sebagai bahasa milik mereka sendiri”.
Dalam hal nama “France”, itu berasal dari akar kata Sanskrit pra, diucapkan sebagai “fra” dalam pengucapan modern. Akar kata Sanskrit pra mengandung konotasinya dalam bahasa percakapan Eropa modern sebagai “pro” yang berarti “cenderung kepada”. Seorang pendeta Veda dalam Sanskrit dikenal sebagai pravarh, yang berarti cenderung kepada var, tingkat spiritualitas yang lebih tinggi. Pravar dalam terminologi Veda masih digunakan di Eropa sebagai “Friar”. Penambahan “nce” dalam nama “France” adalah bentuk jamak “Fra”, yang berarti sekelompok orang (Vedic Friars atau Druids) yang memiliki kecenderungan kepada kebebasan spiritual. Ini adalah tujuan hidup menurut Veda. Sehingga pemakaian nama Friar oleh orang Kristen juga membuktikan hubungannya dengan Veda.
Nama Paris juga sebuah turunan Vedic, dan merupakan versi yang dipendekkan dari nama dewi Veda Parameshwari. Pada jaman Romawi Paris dilafalkan sebagai Parisorium, yang merupakan perusakan dari nama Sanskrit Parameswarium, yang berarti tempat pemujaan dewi Parameswari. Ini berarti bahwa disana pasti pernah ada sebuah kuil untuk memuja dewi Parameswari di bantaran Sungai Seine. Kota yang berkembang diseputanya menjadi dikenal sebagai Parameswarium. Setelah Perang Mahabharata di Kuruksetra dan gangguan dalam skala internasional atas administrasi pemerintahan Veda, nama Sanskritnya akhirnya disebut Parisorium. Dan setelah kekuasaan Romawi berakhir, namanya kemudian disingkat menjadi Paris. Orang Perancis lebih jauh lagi menyingkatnya menjadi “Pari”. Inilah suatu tanda bagaimana nama-nama setempat mengalami perubahan dan bahwa orang-orang Perancis telah melupakan akar-akar Veda mereka.
Untuk menghormati tanah kelahiran mereka, Seine River pada mulanya disebut Sindhu oleh mereka yang datang dari India dan menjadikan Perancis sebagai koloninya. Orang-orang Perancis kemudian hari membuang suku kata terakhir dan apa yang tersisa adalah Sind atau Seine, sebagai namanya sekarang ini.
Terdapat banyak kesamaan lainnya antara bahasa Perancis dengan Sanskrit. Sebagai contoh, orang Perancis biasanya melafalkan “S” sebagai “Z”. Jadi, anda menemukan kata Sanskrit Ishwar, yang berarti “Great Lord” biasa dipakai untuk menyebut para penguasa sementara di berbagai belahan dunia, diucapkan sebagai Caesar, Kaiser, Czar, Kaisar, dan Azar di Mesir kuno. Akar kata Sanskrit “tu”, diucapkan secara lebih lembut menjadi “the” dalam bahasa Inggris dan “des” dalam bahasa Perancis.
Contoh lainnya yang yang memberikan pemahaman terhadap peradaban Veda di Perancis permulaan adalah nama kota Cannes. Huruf “C” dilafalkan sebagai “K” tetapi juga bisa digunakan untuk “S”. Jadi nama Cannes dapat dieja sebagai Sannes, yang secara langsung berhubungan dengan istilah Sanskrit Sanis untuk Saturnus. Jadi, disini mungkin pernah jadi pusat pemujaan Saturnus, dan katedral yang sangat luas disana mungkin pernah menjadi lokasi kuil Veda Saturnus di jaman dahulu.
Istilah “Notre Dame” biasanya diterjemahkan yang artinya “Our Lady”, tetapi sebenarnya itu seharusnya berarti “Our Mother”. Beberapa merasa bahwa Notre Dame tadinya pernah menjadi lokasi sebuah kuil Veda untuk “Mother Goddess”, Bhagavati atau Parameswari. Itu masih merupakan sebuah kuil untuk Dewi Ibu tetapi dalam abad ke-duabelas telah dikonversi menjadi sebuah gereja Kristen. Buktinya adalah bahwa bangunan itu masih memiliki berbagai pola geometrikal, seperti siku-siku, segi enam, segi delapan, dan lingkaran dengan 12 atau 24 jeruji. Desain esoterik seperti itu dikenal sebagai Yantra dalam pemujaan kepada para Dewi Veda. Pola-pola seperti itu mencerminkan banyak daya kreatif yang dibutuhkan selama proses penciptaan jagat raya, yang mana Dewi Ibu Veda ikut berpartisipasi. Anda juga dapat menemukan lambang-lambang 12 zodiak astrologi Veda pada bangunannya. Astrologi Veda berkenaan dengan kelahiran-kelahiran masa lalu dan yang akan datang dari jiwa manusia dan karma-nya. Apabila katedral itu aslinya adalah sebuah bangunan Kristen, lambang-lambang astrologi itu pasti tidak akan ada disana karena astrologi tidak memiliki tempat dalam Kekristenan. Agama Kristen tidak mengakui pengetahuan tentang kelahiran-kelahiran masa lalu dan yang akan datang, begitu juga dengan pengetahuan yang terkait dengan hukum karma. Lambang-lambang zodiak juga menunjukkan bahwa, menurut tradisi, tidak diragukan lagi bahwa itu adalah image dari sembilan planet yang dibangun bersamaan dengan kuil pada masa pra agama Kristen.
Anda juga bisa lihat puncak menara kuil ditutupi dengan gambar-gambar para orang suci, biarawati, burung, binatang buas dan raksasa. Dekorasi menara-menara kuil dengan cara ini juga adalah tradisi Veda. Anda menemukan ini khususnya di daerah India Selatan.
Pada halaman 25 buku Matter, Myth and Spirit or Keltic Hindu Links, Dorothea Chaplin menjelaskan bahwa, “Di Atun di Perancis, ada sebuah patung deity yang disangka sebagai Dewa Kesuburan suku Keltic sedang melawan seekor ular”. Ini pasti adalah Krishna yang sedang menundukkan ular Kaliya. Dia diberi label sebagai dewa kesuburan adalah anggapan keliru dari para ilmuwan Kristen yang dengan gampangnya membuat prasangka dalam benak orang. Kenyataannya adalah bahwa episode Purana tentang Lord Krishna melawan ular berkepala banyak Kaliya sangat populer diantara semua orang yang berasal dari India. Mereka secara alami pasti akan membawa ceritera-ceritera ini dan teks-teks Veda bersama mereka, begitu juga dengan membangun kuil untuk deity-deity mereka, seperti Lord Krishna. Oleh karena itu, Atun pastinya memiliki sebuah kuil kuno untuk memuja Krishna di pusat huniannya dengan katedral sebagai pokoknya.
Pada halaman 822-3 World Vedic Heritage, Mr. Oak menjelaskan bahwa Strabo, ahli geografi kuno, mencatat dalam karyanya Geography of Marseilles bahwa kota ini memiliki dinding perlindungan di sekelilingnya. Disana juga ada sebuah kuil untuk Delphian Apollo, sebuah kuil matahari. Sebuah kuil matahari Veda juga disebut dengan Marichalayas. Jadinya, nama Marseilles diturunkan dari istilah itu.
Verseilles mendapatkan namanya dari kata Sanskrit Vareshalayas, yang berarti tempat pemujaan untuk Great Lord, Vishnu atau Shiva. Pusat Katedral pada jaman dahulu adalah sebuah tempat yang aslinya kuil Veda.
Nama kota Sable juga adalah penyingkatan dari Shibalaya, yang merupakan distorsi nama Sanskrit Shivalaya. Katedral pimpinan di kota itu pastinya adalah tempat yang aslinya sebuah kuil Shiva. Atas dasar ini, Dr. V.V. Pendse, kepala dari Dyanaprabodhini Institution di Pune, India, mengintip melalui sebuah jendela dari salah satu tempat yang disucikan dalam katedral, yang terkunci secara permanen sebagai yang sangat disucikan dan dirahasiakan. Di dalam ia melihat bahwa interiornya mengandung semua pertanda dari sebuah Shiva-linga yang tercabut. Ini lebih jauh membuktikan bahwa Perancis pre-Kristen pernah melakukan dan menjadi bagian dari peradaban Veda di masa lampau.
 
Bls: Jejak-Jejak Peradaban Veda di Dunia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Timur Tengah – Afrika
8 01 2010

Kalau kita memeriksa wilayah dan negara-negara di Timur Tengah, kita menemukan banyak bukti yang menunjukan pengaruh awal dari peradaban Veda. Banyak dari pengaruh tersebut masih ada sampai saat ini. Hal ini membenarkan fakta bahwa pengaruh tersebut tidak akan ada disana jika wilayah tersebut tidak pernah pada suatu ketika menjadi bagian dari peradaban global Vedic Aryan dan diperintah oleh para penguasa Vedic.

Sejumlah negara Timur Tengah menerima dewa-dewa yang sama dengan cara yang beragam, walaupun mereka disebut dengan nama yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki banyak kesamaan dalam cerita legenda dan cerita yang menjelaskan tentang penciptaan realitas kosmis. Seringkali itu hanya merupakan variasinya atau bocoran dari tradisi milik tetangga atau yang sebelumnya merupakan keyakinan yang memang sudah lama ada. Dengan mempelajari beberapa hubungan dan kesamaan tersebut kita dapat melihat bahwa banyak dari kebudayaan tersebut saling terkait dan berhubungan dengan tradisi paling awal yang berasal dari peradaban Vedic Aryan. Kita juga dapat mengenali bagaimana pengaruh Veda melingkupi wilayah yang sangat luas dan bergerak ke arah barat masuk ke daratan Eropa dan wilayah-wilayah lain dan mempengaruhi negara-negara tersebut dalam kadar yang lebih besar atau lebih rendah.

India di jaman purba tidak diragukan lagi mencakup suatu wilayah yang jauh lebih luas daripada negara India sekarang ini dan menyebar jauh lebih ke utara dan barat. Setidaknya itu adalah indikasi sejarah yang memperlihatkan bahwa pengaruh Aryan dirasakan sampai di tempat yang sangat jauh. Para dewa Vedic, misalnya, dikenal luas. V.Gordon Childe, dalam bukunya The Aryans, menyatakan bahwa bukti menjadikannya jelas bahwa orang Arya telah menetap di pusat-pusat hunian di wilayah Upper Euphrate pada tahun 1400 B.C. Pusat-pusat hunian tersebut sama dengan kota-kota Lembah Indus dan kemudian dengan di Media dan Persia. Sebagai bukti, Hugo Winckler, dalam tahun 1907, mengenali nama-nama empat dewa Vedic (Indra, Varuna, Mitra, dan Nasatya) bersama dengan sepuluh dewa Babylonia dan empat dewa Mitanni yang ‘diundang’ sebagai saksi dalam perjanjian yang ditandatangani tahun 1360 B.C. antara raja Mitanni dan raja Hittite. Juga terdapat tablet-tablet di Tell-el-Amarna yang menyebut para pangeran Aryan di Syria dan Palestine. Tetapi orang-orang Arya tersebut sesungguhnya bukanlah penghuni tetap area tersebut tetapi adalah dinasti-dinasti yang menguasai wilayah non-Aryan tersebut. Ini menjelaskan kenapa para ilmuwan seperti Jacobi, Pargiter, dan Konow menerima deity-deity Mittani di Upper Euphrate, Syria dan Palestine sebagai milik bangsa India, diperkenalkan ke wilayah itu melalui perantaraan orang-orang yang bebicara Sanskrit yang datang dari Punjab. Lebih lanjut, L.A. Waddell mengklaim bahwa raja-raja Aryan yang pertama dapat ditelusuri balik setidaknya ke tahun 3380 B.C. Mereka memiliki ibu kota di bagian utara Euphrate dekat Laut Hitam yaitu Cappadocia di tahun 3378 B.C., dan raja-raja Hittite di Cappadocia tersebut memakai nama-nama Aryan. Hal ini berarti bahwa pada waktu itu orang-orang Arya telah sangat mapan mendiami area tersebut.
Bangsa Hittite
Berbicara tentang bangsa Hittite, dikatakan bahwa mereka menginvasi dan masuk ke wilayah Cappadocia sekitar 1950 B.C. Tetapi, sebagaimana bukti di atas menunjukan, mereka telah ada di sana jauh sebelumnya. Bangsa Hittite disebut-sebut dalam catatan bangsa Mesir dan lain-lain, seperti halnya dalam Old Testament. Dokumen yang berasal dari Boghaz-Koi, Turki, diterjemahkan tahun 1917, memperlihatkan bahwa mereka berbicara menggunakan bahasa kuno, tetapi tidak dikenal, bahasa Indo-European. Ini tidak diragukan lagi pastilah terkait atau masih turunan dari Sanskrit. Dialek mereka termasuk Luwian, Palaic, Lydian, Lycian, dan lainnya. Dalam dokumen-dokumen tertua orang-orang Hittite disebut dengan Khatti. Ini kemungkinannya diturunkan dari istilah Sanskrit, Kshatriya atau Pali Khattiyo sebagaimana disebutkan oleh D.D. Kosambi dalam buku The Culture and Civilization of Ancient India, (hal. 77). Orang-orang Hittite diketahui menyembah dewa yang disebut dengan Inar, sangat tidak diragukan lagi ini adalah nama dewa Vedic, Indra, yang disebutkan dalam Larousse Encyclopedia of Mythology (hal. 85) sebagai dewa yang datang dari India bersama dengan Indo-European Hittities. Juga terdapat sebuah buku yang ditemukan di Anatolia, di tempat pelatihan kuda, yang berisikan istilah-istilah teknis dalam bahasa Sanskrit yang sempurna. Jadi, orang-orang Hittite tentunya merupakan bagian dari peradaban Veda dan sebuah arus migrasi keluar dari wilayah India. Ini kemungkinan terjadi karena ketiadaan sumber air di wilayah tersebut seiring dengan meluasnya gurun pasir.
Bangsa Kassite
Juga di wilayah Iran dan Asia Barat kita menjumpai bangsa Kassite, hanya sebelum 2000 B.C. Mereka adalah orang-orang Indo-Aryan di Iran. Mereka menyerang Babylonia sekitar tahun 1760 B.C. Mereka menyembah deity Vedic dan memerintah Babylonia selama lebih dari 500 tahun setelah mereka memindahkan kerajaan Hammurabi. Walau mereka meng-adopsi ucapan dan tradisi Babylonia, mereka masih memuja Suria (Vedic, Surya), Marutta (Vedic, Maruta), dan Indabugas (Vedic, Indra dan Bhaga, atau Bhagavan). Bangsa Kassite adalah suatu kelompok dari Vedic Puru. Dewa-dewa bangsa Kassite juga memiliki nama mirip dengan dewa-dewa Veda, sebagaimana ditunjukkan oleh sedikit contoh berikut :

KASSITE/ VEDIC
Indash/ Indra
Shuriash/ Surya
Maruttash/ Maruts
Bugash (istilah untuk Tuhan)/ Bhaga, Bhagavan (nama Tuhan)
Bangsa Mitanni
Orang-orang Mitanni juga adalah orang-orang yang berasal dari daerah timur yang terpaksa pindah lebih jauh lagi ke arah barat dari tanah kelahirannya di India. Mereka muncul sebagai suku pribumi penguasa Mesopotamia, Syria dan Palestine sekitar 1400 B.C. Ini adalah contoh lainnya dari orang-orang India Bagian Utara yang harus meninggalkan wilayahnya karena kekurangan sumber air dan sumber daya alam lainnya sejalan dengan meluasnya gurun pasir. Walau mereka membawa serta bahasa lokal dan kebudayaan dari daerahnya, mereka masih meninggalkan clay tablet di El Amara dari abad ke-15 B.C. yang mencatat nama-nama raja Mitanni di Syria, yang bernama Artatama, Artamanya, Saussatar, Sutarna, Subanda, Dusratta, Suwardata, dan Yasdata. Berikutnya, dalam perjanjian yang dibuat antara raja Hittite Shubbiluliuma dan raja Mitanni Mattiuza disebutkan adanya doa permohonan sebagai saksi kepada dewa-dewa Mitanni yaitu Mitra (Vedic Mitra), Indaru (Indra), Uruwna (Varuna), dan Nashattiya (Nasatyas). Disini dapat kita lihat bahwa dewa-dewa Mitanni memiliki nama yang sama dengan dewa-dewa Vedic. Penduduk Mitanni juga disebut sebagai orang-orang Maryanni. Childe, dalam bukunya The Aryans (hal.19), membandingkan nama ini dengan kata Sanskrit marya, yang berarti para pemuda atau pahlawan. Kata ini digunakan dalam Rig-veda (3.54.13 & 5.59.6).

Jadi, sepertinya bahwa bangsa Mitanni tidak mungkin lain tetapi bagian dari peradaban Veda dan berasal dari India. Tetapi, karena mereka pindah dari tanah tumpah darahnya, mereka mengembangkan bibit-bibit kebudayaan mereka. Orang-orang Mitanni merupakan kelompok yang berasal dari keluarga Vedic Puru.
Bangsa Sumeria
Satu pandangan yang diterima secara luas tentang bangsa Sumeria adalah bahwa mereka datang di Mesopotamia sebelum 3000 B.C. ketika mereka mengambil alih harta benda dari penduduk yang tinggal disana. Tetapi, menurut pandangan lain bangsa Sumeria sebenarnya merupakan penghuni pertama dan yang memulai pembangunan Mesopotamia. Mereka memiliki filosofi yang secara khusus mempengaruhi bangsa Babylonia dan Assyria yang menyerap banyak kepercayaan mereka. Orang-orang Sumeria percaya jagat raya dan segala isinya merupakan cerminan dari pikiran dan aktivitas supernatural. Mereka percaya bahwa jagat raya diciptakan dari samudra primeval bersamaan dengan semua planet, bintang, matahari, bulan, yang memiliki orbitnya sendiri-sendiri. Setelah penciptaan planet-planet, datang manusia super dan mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, yang kemudian membuat manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Theologi bangsa Sumeria, yang sangat mirip dengan versi Veda, masih dapat ditemukan dalam sebuah tulisan yang sangat detil bertajuk tahun 1900 B.C.

Walau kota-kota Mesopotamia menerima pantheon umum, tidak semua dewa disembah di setiap kota, mereka juga tidak disebut dengan nama-nama yang sama. Dan ketika bangsa Semit menginvasi wilayah itu, mereka mengganti nama-nama para dewa, sifat-sifatnya dan hubungannya. Sehingga saat ini menjadi tidak jelas yang mana dewa-dewa bangsa Sumeria atau yang mana yang dibawa dari Vedic Aryan, kepada siapa orang-orang Sumeria setidaknya memiliki hubungan dekat jika bukan merupakan bagian dari peradaban Veda.

Bangsa Sumeria memiliki banyak kuil, seperti kuil Enki di Eridu, dan Marduk di Babylon. Citra para dewa disembah dengan cara diberikan persembahan makanan dan minuman, buah, dupa, dan pakaian baru saat hari festival. Ini sama dengan cara yang digunakan dalam pemujaan Vedic deity di India. Anu adalah dewa kahyangan, dan awalnya adalah pimpinan dari dewa-dewa lain, seperti Enlil, (dewa angin dan pencipta matahari, bulan, dan tumbuh-tumbuhan), Ninki (ibu pertiwi), dan Enki (penguasa dunia bawah). Anu khususnya dipuja di Uruk, sekitar 3000 B.C., tetapi kemudian digantikan oleh Enlil saat kota Nippur mengalahkan Uruk, kota bibel Erech dan Warka moderen. Terapi, dewa Marduk, putra Enki, menggantikan Enlil di Babylonia ketika kotanya Babylonia memerintah Mesopotamia dengan pengaruh dinasti yang sangat kuat, dan juga digantikan oleh Ashur di Assyria sekitar pertengahan millenium kedua. Pasangan Enlil, Ninlil, menjadi Ishtar bagi orang-orang Babylonia, yang mewakili deity perempuan sebelumnya dan juga dikenal sebagai Anat bagi orang-orang Syria, sebagai Atar bagi orang-orang Arab, sebagai Astarte bagi orang-orang Yunani, dan sebagai Isis bagi orang-orang Mesir. Di Assyria, Adad merupakan dewa yang mengendalikan hujan. Di Syria ia disebut sebagai Ramman sang dewa petir, di kalangan Hittite ia adalah Teshub, dan di dalam tradisi Veda ia disebut Indra. Jadi, kita bisa melihat keterkaitan kebudayaan Sumeria dengan yang lainnya di wilayah tersebut, yang sebagian besar akarnya dapat ditelusuri kembali ke India dan tradisi Veda. Ternyata, L.A. Waddell menyimpulkan bahwa dalam banyak hal orang-orang Sumeria adalah Aryan.
Kebanyakan ilmuwan sepakat bahwa agama tertua sepertinya telah muncul dari sebuah kebudayaan terorganisir yang sangat purba, apakah itu bangsa Sumeria di sepanjang sungai Euphrate atau bangsa Arya di wilayah Lembah Indus. Kenyataannya, kedua kebudayaan ini mempunyai hubungan. C.L. Wooley, salah seorang arkeolog dunia yang sangat terkenal, menyatakan di dalam bukunya, The Sumerian, bahwa karakteristik roman muka orang-orang Sumeria dapat ditelusuri ke Afganistan, Baluchistan, dan akhirnya ke wilayah Lembah Indus. Peradaban awal Indus, yang telah berkembang secara istimewa, memiliki banyak kesamaan dengan Sumeria yang berjarak 1500 mil, khususnya dalam hal cap stempel yang berbentuk bujur sangkar yang memuat materi yang identik antara keduanya, dan mirip dalam hal gaya pahatan dan tulisan. Juga terdapat kemiripan dalam metode yang dipakai dalam perencanaan tata kota dan konstruksi bangunan-bangunannya. Woolley mengusulkan bahwa, daripada membuat kesimpulan yang terlalu cepat bahwa peradaban Sumeria dan Indus memiliki ras dan budaya politik yang sama, yang kemungkinan besar kenyataannya adalah demikian, atau bahwa kemiripan tersebut sekedar karena hubungan perdagangan, bukti tersebut setidaknya menunjukkan bahwa keduanya memiliki sebuah sumber yang sama.

Peneliti dan ilmuwan L.A. Waddell menawarkan bukti-bukti lebih banyak lagi untuk menunjukkan hubungan antara orang-orang Arya dan orang-orang Sumeria. Dia mengemukakan di dalam bukunya, The Indo Sumerian Seals Deciphered, bahwa temuan dan terjemahan cap stempel bangsa Sumeria begitu juga dengan Lembah Indus memberikan bukti-bukti bahwa keberadaan masyarakat Arya disana sudah ada jauh sebelum 3100 B.C. Beberapa cap stempel bangsa Sumeria dan Lembah Indus yang ditemukan secara bersamaan keduanya menampilkan nama-nama peramal terkenal Vedic Aryan dan para pangeran yang disebutkan di dalam hymne-hymne Veda. Tetapi, personalitas orang-orang Arya tersebut tidak hanya sekedar bagian dari sebuah dongeng yang sengaja dibuat, sebagaimana diklaim oleh banyak orang, tetapi kenyataannya mereka memang pernah hidup lima ribu tahun yang lalu sebagaimana disebutkan dalam beberapa epos dan Purana.

Waddell juga mengatakan bahwa bahasa dan agama dari Indo-Aryan secara keseluruhan sama persis dengan bangsa Sumeria dan Phoenic, dan bahwa raja-raja masa awal Vedic Aryan India adalah identik dengan raja-raja yang dikenal dalam sejarah bangsa Sumeria. Dia percaya bahwa arti dari tulisan yang terdapat dalam cap stempel Lembah Indus memberikan konfirmasi bahwa bangsa Sumeria sebenarnya adalah orang-orang Arya permulaan dan pencetus dan juga pelaku dari peradaban India. Dia menyimpulkan bahwa bangsa Sumeria adalah orang Arya dalam postur tubuh, kebudayaan, agama, bahasa, dan tulisan. Dia juga menganggap bahwa bangsa Sumeria permulaan di Teluk Persia sekitar 3100 B.C. adalah orang-orang Phoenic yang adalah orang Arya dalam ras dan pembicaraan, dan penggagas peradaban Arya di India kuno. Jadi, dia menyimpulkan bahwa adalah orang-orang Arya yang mengusung peradaban tinggi dan yang menyebarkannya ke seluruh Mediterrania, Barat Laut Eropa, dan Britania, begitu juga dengan India. Tetapi, dia menyatakan bahwa bangsa Arya Sumero-Phoenician permulaan tidak ambil bagian dalam Invasi bangsa Arya ke India sampai pada abad ketujuh B.C. setelah mereka dikalahkan oleh Assyrian Sargon II dalam tahun 718 B.C. di Carchemish di Mesopotamia Atas. Walaupun bangsa Sumeria mungkin benar-benar adalah bangsa Arya, beberapa peneliti menganggap bahwa agaknya daripada sebagai originator dari peradaban Vedic Arya, atau ambil bagian dalam invasi ke India, mereka merupakan sebuah perluasan dari peradaban Veda yang bersumber di India dan menyebar sepanjang Persia dan masuk ke Eropa.
Bangsa Persia
Nama Persia sebenarnya adalah turunan dari nama Sanskrit Parasu, yang adalah nama senjata kampak milik Parashurama. Lord Parashurama telah memimpin 21 kali ekspedisi ke seluruh dunia untuk menghukum demi kebaikan para Kshatriya yang telah melenceng dari prinsip-prinsip Veda dan menjadi kejam dan tidak patuh. Ini terjadi pada masa sebelum Lord Ramachandra. Persia telah dibanjiri oleh Parashurama dan pasukannya dan tunduk di bawah administrasinya. Menurut E. Pococke dalam bukunya India in Greece halaman 45, tanah Persia menjadi dikenal dengan nama Paarasika.

Pococke meneruskan penjelasannya bahwa istilah “Chaldean” berasal dari istilah Sanskrit Kul-deva (sering diucapkan Kaldeo), yang berarti ‘keluarga para dewa’ merujuk kepada orang-orang yang menyembah dewa-dewa dari kaum Brahmana. Ia juga menambahkan bahwa peta Persia, Colchis, dan Armenia di jaman purba memberikan bukti berbeda yang memperlihatkan kolonisasi orang-orang dari India dalam skala yang sangat besar. Itu juga memperlihatkan kebenaran beberapa uraian utama wilayah tersebut sebagaimana ditemukan dalam Ramayana dan Mahabharata.

Seorang pengarang Inggris, R.G. Wallace, menunjukkan pada halaman tujuh bukunya, Memories of India, bahwa bangsa Hindu adalah sejumlah keseluruhan Afghanistan, begitu juga Arabia dan Persia. Ini bukanlah para migran terbaru tetapi sisa-sisa dari populasi lokal yang telah dikonversi masuk Islam dengan kekuatan militer.

Lt. Gen. Charles Vallancy, pada halaman 465 bukunya Collectania De Rebus Hibernicus, mengutip perkataan Sir William Jones, “Itu telah terbukti melalui bukti dan alasan yang jelas bahwa sebuah monarki yang sangat berkuasa telah berdiri di Iran, jauh sebelum diperintah oleh bangsa Assyria atau Pishdadi; yang jelas-jelas adalah sebuah monarki Hindu . . . yang berkuasa selama berabad-abad dan bahwa sejarahnya merupakan bagian dari sejarah bangsa Hindu, yang membangun monarki di Ayodhya dan Indraprastha . . .”

E. Pococke, pada halaman 178 bukunya India in Greece, menjelaskan bahwa, “Sebuah sistem Hinduisme meliputi seluruh kekaisaran Babylonia dan Assyria. Kitab-kitab kuno menyajikan bukti berlimpah, dalam menyebutkan berbagai type dewa-Matahari, Bal-nath, yang tiang-tiang pilarnya menghias setiap perbukitan dan hutan-hutan kecil.” Kemudian, pada halaman 182 buku yang sama, ia menjelaskan bahwa istilah Syria diturunkan dari suku bangsa India Sur atau Surya, matahari, memberikan namanya untuk sebuah provinsi yang sangat luas, Surya, sekarang ini Syria. Suku bangsa yang berhubungan dengan peperangan ini kekuatan terbesarnya ditemukan di Palestine.

Juga dijelaskan bahwa Babylonia diberi namanya demikian sesuai dengan nama Sanskrit Bahubalaneeya, yang berarti dunianya Raja Bahubali, raja yang sangat terkenal dalam legenda Veda.

V. Gordon Childe menunjukkan kesesuaian linguistik yang ditemukan antara Sanskrit Rig-veda dan bahasa Iran dari Gathas Zoroaster dan Darius Yang Agung. Baik orang-orang India maupun Iran keduanya menyebut diri mereka Aryan dan menyembah dewa-dewa yang sama, seperti Mitra, Aryaman, Indra, Varuna, Agni, dan seterusnya. Mereka juga pernah mengenal nama-nama sungai yang sama, Sarasvati dan Hara‘uvati, begitu juga sama-sama menerima ritual Soma. Jadi, orang dapat menyimpulkan bahwa mereka berasal dari dan memiliki latar belakang sama. Bahkan kata Iran atau Ariana memiliki makna ‘Tanah Aryan’ seperti diunjukkan oleh Hermann Kulke dalam bukunya, A History of India. Semua ini menandakan bahwa orang-orang Iranian awal merupakan bagian atau setidaknya berafiliasi dengan peradaban Vedic Aryan.

Banyak konsep-konsep Ketuhanan Vedic Aryan diadopsi oleh Zoroastrianisme. Faktanya, doktrin-doktrin dasar dan konsepsi tentang dewa mereka, Ahura Mazda, dapat ditelusuri kembali kepada Purusha-sukta di dalam Rig-veda. Lebih jauh lagi, Zoroastrianisme memiliki sebuah pengaruh besar kepada agama Judeo-Christian. Waddell menunjukkan bahwa Adam yaitu cerita Adam dan Eva dari Hebrew Genesis sepertinya berasal dari sejarah tradisional Babylonia akhir yang menjelaskan raja-raja tertua yang terkenal di dunia pada jaman purba dari dinasti Arya. Rabi-rabi Yahudi yang menyusun buku Genesis (dikatakan sebagai buku karya Musa) mendengar sejarah tentang manusia super raja-raja besar Arya. Karena tidak begitu memahami siapa mereka itu, para rabi menyelewengkan fakta-fakta sejarah tentang raja besar Adda (sebutan orang-orang Babylonia kepada raja Aryan awal yang juga disebut Addamu) dan hanya dengan mengubah Addamu menjadi “Adam”, manusia ciptaan pertama yang dikatakan telah dibuat Tuhan pada tahun 3761 B.C. Sehingga, Waddall menyimpulkan bahwa cerita tentang silsilah bangsa Yahudi mengenai Adam, Cain, Enoch, Noah, dan Japhet adalah variasi-variasi dari nama-nama dan penyimpangan sejarah Babylonia tentang catatan paling awal raja-raja Aryan.

Waddall meneruskan penjelasannya bahwa Yahudi Adam adalah Sumerian Adar atau Addamu dan Aryan Iksvaku. Nama Cain adalah ekivalen Inggris atas nama Yahudi Qain, yang disebut di dalam Genesis dengan gelar Aysh, mirip dengan Ayus dari epos Veda. Cain dikatakan telah membangun sebuah kota dan diberi nama sama dengan nama anaknya Enoch, yang mana adalah versi Inggris dari namaYahudi Hanuk. Otoritas Bibel mengatakan bahwa kota ini identik dengan kota pelabuhan tua Sumeria yaitu Unuk di Mesopotamia Bawah yang kemudian orang Chaldean menyebutnya Erek. Dan nama Enoch atau Hanuck sama dengan Janak dari epos Veda. Jadi, agama orang-orang Yahudi dan Kristen secara alami sama dalam banyak hal dengan tradisi Veda, walaupun orang-orang Yahudi telah menggunakan sejarah bangsa lain yang diselewengkan untuk membuat dongengan sejarah mereka sendiri. Begitu juga mereka mengambil berbagai tradisi bangsa lain. Sebagai contoh, upacara baptis yang dipraktekkan di semua agama Kristen berasal dari India dalam wujud melakukan mandi suci di Sungai Gangga untuk menandai kelahiran kembali dan pemurnian secara spiritual.
Irak dan Iran
Nama-nama Irak dan Iran diturunkan dari Sanskrit. Akar katanya yang umum adalah “Ir”, seperti yang ditemukan dalam kata Sungai Irawati di Myanmar (Burma). Nama “Iranam” dalam Sanskrit, darimana nama Iran diturunkan, dipakai untuk menunjukkan daerah bergaram dan tandus. Ini adalah nama wilayah yang diberikan oleh para penguasa atau administratur yang berbicara Sanskrit. Ibukota Irak, Baghdad, juga memiliki sebuah nama yang didasarkan atas Sanskrit, Bhagwad atau Bhagwan Nagar, yaitu merujuk pada Nagar (sebuah kota) yang dipersembahkan kepada Bhagwan (Tuhan). Itu kemudian disingkat menjadi Bhagdad, yang berarti “Kota Tuhan”.

Ini juga berarti bahwa ini bukanlah kota Muslim pertama, dikatakan telah dibangun oleh Caliph Al-Mansur dalam setahun, 762-63 A.D, tetapi merupakan salah satu taklukan pertama pusat-pusat Veda. Kalau tidak, tidak akan ia diberi nama yang diturunkan dari Sanskrit. Lebih jauh lagi, itu merupakan sebuah kota dengan tata kota yang direncanakan dengan baik, yang akan makan waktu jauh lebih lama dari satu tahun untuk membangunnya. Ini juga merupakan indikasi dari sebuah model falsifikasi atau penindasan fakta sejarah yang biasa dilakukan oleh agama-agama yang mengandalkan kekuatan bersenjata untuk menghapus atau menyembunyikan apapun kemajuan yang dimiliki oleh kultur sebelumnya.

Kurdisthan merupakan bagian Irak dan juga adalah nama Sanskrit. Bahasa dan adat-istiadat Kurdi masih membawa jejak-jejak yang tidak bisa salah berasal dari Sanskrit dan India sebagai sumbernya.

Satu hal yang menarik adalah bahwa kelurga kerajaan Iran, Pehlavi, memiliki akarnya dalam tradisi Kshatriya. Nama Pehlavi muncul pertama kali dalam episode Ramayana dimana Vishvamitra berusaha untuk menyingkirkan sapi suci milik Vashista. Sebutan gelar “Shah” juga adalah nama Vedic dan juga adalah nama belakang yang umum untuk orang Hindu. Raja Hindu Nepal juga memiliki gelar “Shah”. Raja Kshatriya dari Gwalior yang dipecat oleh Muslim adalah Ram Shah. Seorang patriot kaya-raya yang menyumbangkan seluruh hartanya kepada Rana Pratap untuk membantu mempertahankan India adalah Bhama Shah. Oleh sebab itu, gelar “Shah” di Iran hanya mengingatkan kita kepada tradisi para Kshatriya India yang pernah memerintah wilayah Iran. Kenyataannya, ketika Iran mulai diserang oleh invasi tentara Islam, banyak orang-orang biasa melarikan diri ke India. Sejarah juga mencatat bahwa keluarga kerajaan pada waktu itu juga diperkirakan melarikan diri meninggalkan Iran untuk mencari perlindungan di India. Jadi dengan adanya bukti bahwa orang-orang umum dan penguasa Iran berpikir untuk datang ke India selama masa penaklukan oleh tentara Islam membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang Hindu, bagian dari peradaban Veda.

Rig-veda, karena merupakan pustaka suci yang paling tua, dan bahasanya adalah Sanskrit, menyediakan bukti bahwa Sanskrit adalah nenek moyang dari semua bahasa yang diketahui. Bahasa Persia juga, karenanya merupakan sebuah dialek turunan Sanskrit. Sebagai contoh, banyak kota di Iran memiliki nama Sanskrit. Tempat kelahiran Omar Khayam, sastrawan Persia terkenal, adalah Nishapur, yang adalah murni sebuah nama Sanskrit. Tentara India yang ditugaskan di Asia Barat selama Perang Dunia I dan II melaporkan telah melihat kuil-kuil deity India seperti Ganesha dan Shankar (Shiva) dalam kondisi rusak di suatu daerah terpencil di Iran, Afghanistan, dan negara-negara lain. Mytologi penduduk Iran juga memiliki kaitan dengan cerita-cerita Veda.

Satu hal yang lebih menarik adalah bahwa penduduk Iran juga mengetahui tentang Lord Rama, sebagaimana disebutkan oleh Koenraad Elst dalam bukunya, Indigenous Indians: Agastya to Ambedkar (Voice of India, New Delhi, 1993). Ia menulis bahwa menurut Ghosh, nama Rama muncul pada bagian paling awal Avesta sebagai dewa perdamaian, ditemani oleh Vayu, dewa angin. Penyebutan tentang Vayu ini sepertinya yang dimaksud adalah Hanuman, pemuja dan kawan terdekat Rama, putra dewa Vayu. Vasistha, gurunya Rama, juga disebut sebagai Vahista, yang memiliki Gatha-nya sendiri yang dipersembahkan untuknya, Vahishte-Ishti-Gatha. Ini adalah sebelum revolusi Zoroastrian. Juga, banyak ritual penduduk Iran mirip dengan tata cara Veda, seperti pemakaian benang suci. Jadi ini mencerminkan migrasi penduduk Iran permulaan keluar India sejak jaman dahulu, pada sekitar 1900 atau 1800 B.C.

Bukti lebih jauh lagi adalah bahwa demon utama dalam Avesta adalah Angra Mainyu, yang adalah Angira dan Manyu dari Rigvedic. Keluarga Angira adalah salah satu keluarga besar rishi dalam Rig-veda, sementara Manyu adalah Indra dalam wujud sebagai perusak di dalam Rig-veda (10.83 & 10.84). Nama-nama dewa penduduk Iran mirip dengan di Veda:

IRANIAN——— —–VEDIC
Ahura —————–Asura
Mithra———– ——Mitra
Naonhaithya (demon)—Nasatya
Thrita & Athvya——–Trita/Aptya
Aspina—————–Ashvina
Yima——————-Yama
Vivanhant————–Vivasvat
Indra (demon)———-Indra (demigod)
Yashna—————–Yajna (diucapkan Yagya, ritual)
Athravan (pendeta)—–Atharvan
Haoma—————–Soma
 
Bls: Jejak-Jejak Peradaban Veda di Dunia

Peradaban Veda dan Suku Maya
22 12 2009
Peradaban Veda Suku Maya

Imajinasi yang katanya merupakan rekaan ilmiah hasil karya Hollywood telah berhasil menarik perhatian semua orang. Tidak terkecuali masyarakat awam, para kaum itelektual dan rohaniawanpun tidak henti-hentinya berkoar-koar masalah kapan terjadinya kiamat. Suara pro dan kontra datang dari mana-mana. Uniknya, lembaga agamapun ternyata tidak tinggal diam, sampai-sampai sebuah lembaga agama mengeluarkan fatwa larangan menonton film kiamat tersebut.

Patrick Geryl, seorang pekerja laboratorium di Belgia rela meninggalkan pekerjaannya setelah dia merasa tabungannya mencukupi untuk bertahan hidup sampai tahun 2012. Namun ternyata Patrick bukanlah satu-satunya orang yang bertingkah aneh seperti itu, banyak anggota sekte apokaliptis yang meyakini hari kiamat melakukan hal serupa.

Kenapa kiamat menjadi isu yang sangat penting bagi umat manusia? Jawabannya sudah pasti, yaitu ketakutan pada kematian dan sikap materialistis yang berlebih.

Dari mana isu kiamat 2012 ini berawal? Semuanya datang dari usaha pemecahan misteri kalender suku bangsa Maya Amerika yang terkenal sangat maju dalam ilmu matematika dan astronomi. Para arkeolog mengasumsikan bahwa berakhirnya siklus penanggalan bangsa maya pada tanggal 12 Desember 2012 mengindikasikan bahwa berakhir juga peradaban di Bumi ini. Celakanya hal ini juga dikaitkan dengan isu orbit Bumi yang tepat dalam satu garis lurus dengan pusat tata surya. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan kondisi seperti itu, maka angin matahari akan mengarah ke Bumi. Adanya sunspot dan sunflare yang jumlahnya membengkak, menyebabkan adanya efek terhadap medan magnet bumi. Dikatakan juga bahwa hal ini terjadi lagi untuk pertama kalinya sejak 26.000 tahun yang lalu.

Benarkah kiamat akan terjadi pada tanggal 12-12-2012? Bantahan demi bantahan sudah datang dari berbagai golongan. Dari para ahli astronomi sudah menjelaskan bahwasanya angin matahari sudah biasa menerpa bumi setidaknya dalam kurun waktu setiap 11 tahun dan terbukti bahwa tidak ada masalah akan hal ini. Tetua suku bangsa Maya sendiri sudah membuka mulut prihal kesalahan tafsir yang dilakukan para ilmuan modern terhadap sistem kalender mereka. Mereka mengatakan bahwa dalam singkronisasi kalender Maya yang menggunakan basis bilangan yang berbeda dengan kalender Masehi menyebabkan seolah-olah terjadi siklus berulang kalender Maya yang jatuh pada tanggal 12 Desember 2012. Adanya akhir siklus ini bukan berarti dunia ini berakhir.

Siapakah Bangsa Maya yang memiliki ilmu astronomi yang sangat canggih tersebut?

Puing-puing peradaban suku Maya yang dulu di hancurkan oleh Christopher Columbus dan koloninya akibat semangat gospel yang membabi buta sekarang malah diakui sebagai peradaban yang sangat modern dan bahkan menggemparkan dunia akibat tafsir terhadap sistem kalendernya.

Sisa-sisa arkeologi Maya kuno mexico tersebar di bagian Yucatan, Campeche, Tabasco, daerah sebelah timur tengah dari Chiapas dan juga sebagian wilayah Quintana Roo, republik Meksiko. Seluasnya sekitar 125.000 mil persegi, jejak-jejak peradaban ini juga dapat ditemukan di bagian barat Republik Honduras, Peten, dataran tinggi Guatemala dan juga di seluruh Honduras. Columbus secara keliru menyebut daerah ini sebagai India. Meskipun ia menyadari kesalahan dan mengoreksinya kemudian, namun penduduk asli Amerika sampai sekarang akhirnya tetap disebut “orang India” atau Indian.

Sudah sangat banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan asal usul bangsa Indian Amerika ini dan hubungannya dengan peradaban kuno yang lain. Beberapa sejarawan meyakini teori yang menyatakan bahwa Suku Indian adalah orang Asia yang menyeberangi Asia melalui Selat Bering di Alaska dan mencapai Benua Amerika sekitar 12.000 – 15.000 tahun yang lalu, dan beberapa kalangan lagi yakin bahwa suku Indian adalah suku asli yang memang dari awal ada di sana. Meski begitu banyak waktu dan biaya telah dihabiskan untuk menguak tabir ini, namun sampai saat ini bangsa Indian kuno tetap terselubung dalam misteri. Mengutip pernyataan Glyn Daniel dari bukunya The First Civilization, “dalam waktu 15 tahun, antara 1519-1533, Bangsa Eropa menemukan benua Amerika dan menghancurkan tiga peradaban secara brutal, yaitu Aztec di Meksiko, Maya dari Yuacatan dan Guatemala serta Inca di Peru.” Elaborasi unik peradaban Maya telah menjadi tantangan tersendiri bagi para penjelajah imajinasi dan ahli sejarah. Maya telah mencapai peradaban tertinggi dalam bidang seni, kerajinan, patung dan hieroglif. Terdapat teori yang tak terhitung banyaknya tentang orang-orang kuno ini. Mereka memiliki peradaban yang luar biasa dalam hal sosial, ekonomi, bidang politik dan agama, kalender mereka dan tulisan-tulisan hiroglif. Meskipun ilmuwan modern telah mencapai keberhasilan signifikan dalam memecahkan sistem kalender Maya, namun tak satu pun yang sudah mampu memecahkan sistem tulisan hiroglif mereka.

Apa hubungan antara peradaban-peradaban tertua di dunia seperti peradaban Mesopotamia dan peradaban Mohenjodaro-Harapah (India) dengan peradaban “dunia baru” Amerika?

Kemungkinan adanya hubungan antara peradaban kuno di Asia, khususnya India kuno dengan kebudayaan Amerika kuno tidak dapat diterima oleh banyak sejarawan. Namun juga terdapat ilmuan-ilmuan terkemuka seperti Mackenzie, Hewitt, Tod, Pococke dan Mrs Nuttal sudah mengumpulkan banyak data untuk menunjukkan peradaban Amerika kuno dipengaruhi oleh peradaban India kuno. Satu hal yang pasti, pada masa pasca-Columbus yang berlangsung sekitar 300 tahun adalah kisah penghancuran kejam dan brutal terhadap bangunan-bangunan, dokumen berharga, dan kuil kuno serta pembantaian yang tidak berprikemanusiaan terhadap penduduk asli Amerika (Indian). Hanya tiga codex dari ‘Chilam Balam’ yang ternyata selamat secara utuh dari tragedi tersebut.

Ada dua penemuan arkeologi khusus yang merujuk tahun 761 M, yang mengarahkan pada hubungan peradaban Maya dengan peradaban kuno India. Yang pertama adalah ukiran dinding (Panel No 3 dari Candi 0-13, di Piedras Negras, Guatemala; direproduksi sebagai Plate 69, halaman 343 dari “The Ancient Maya ‘oleh S. G. Morley) yang terkait dengan puncak peradaban arsitektur dan seni patung bangsa Maya. Tampaknya bahwa adegan yang digambarkan dalam dinding tersebut sangat berkaitan dengan kisah termasyur ‘Ramayana’ dari India. Di sana diperlihatkan seorang raja duduk di tahta dan satu pelayan dengan dua anak-anak berdiri di sebelah kanan tahta. Seorang penjaga berdiri belakang. Di sisi lain raja, tiga tokoh penting berdiri sedangkan petinggi kerajaan yang lain duduk di depan tahta. Raja di atas tahta tersebut diyakini sebagai Suryavanshi Ram (Rama dari dinasti Surya) dengan dua saudara termasyhur berdiri di sampingnya (Bharata dan laksmana). Kedua anak kecil dalah putranya (Kusa dan Lawa). Ukiran-ukiran tersebut mengindikasikan adanya hubungan antara India dengan Meksiko yang berlangsung setidaknya pada abad ke-8. Bentuk relief dan ukiran angka-angka dapat dibandingkan dengan yang ditemukan di gua Ajanta dan Ellora di India.

Penemuan arkeologi lain di tempat yang sama yaitu Piedras Negras Guatemala, adalah sebuah batu stela (No 12, Plate No 18, halaman 61 dari “The Ancient Maya ‘oleh SG Morley). Sebuah kejadian mitologis telah diukir dalam Stela, menggambarkan kematangan arsitektur dan seni bangsa Maya pada tahun 594-889 M. Terdapat gambar dewa dengan delapan tangan (ashtabhuja) yang indah. Bentuk perwujudan dewa dengan delapan tangan ini hanya dimiliki oleh Hindu, lalu kenapa dapat ditemukan di sisa peradaban suku Maya? Karena penemuan inilah diindikasikan bahwa yang berkuasa di Meksiko pada waktu penaklukan oleh Spanyol adalah ‘Aztek’ atau Ashtak (Delapan).

Di indikasikan bahwa tempat dimana puing-puing ini ditemukan yaitu di Piedras Negras merupakan distorsi pelafalan bahasa sansekerta sebagaimana yang banyak terjadi selama ini. Yaitu dari kata ‘Priyadarsh Nagraj’. Morley telah menjelaskan secara terperinci Budaya dan sosial masyarakat maya dalam bukunya ‘The Ancient Maya’, dimana dia mengutip perkataan Uskup Diego de Landa yang saat itu juga berperan memberhanguskan kebudayaan kuno ini.

Uskup Landa mengatakan: “Orang-orang Maya memiliki jumlah berhala dan candi yang sangat banyak. Para bansawan, pemuka agama dan masyarakat melakukan ritual bersama dan mereka juga melakukan persembahan secara pribadi dihadapan berhala mereka dengan berbagai macam persembahan dan sudah pasti hal ini sangat berhubungan dengan India”.

Beberapa penemuan dan hipotesa terakhir mengatakan bahwa para pelaut dan pedagang dari Asia sudah sangat sering melakukan kontak dengan bangsa Amerika kuno. Pada era Mahabharata dan periode berikutnya raja-raja India memiliki armada laut yang besar yang digunakan untuk melakukan perdagangan dengan Negara-negara di Arab, Eropa, Asia tenggara, dan Samudra Fasifik. Penaklukan Malaya oleh Rajendra Chola, kisah Pelaut besar Buddhagupta (Mahanavik), ekspedisi keagamaan orang India untuk menyebarkan Hindu dan Buddha ke Kamboja, Annam, Bali, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Jepang, Korea, Mongolia dan Cina juga merupakan dasar hipotesa yang kuat akan adanya link antara India kuno dengan Amerika kuno.

Cerita rakyat, Buddha Jatakas juga mengisahkan banyak kisah yang berkaitan dengan petualangan maritime/perjalanan laut yang menegaskan bahwa pengarungan samudra adalah bagian yang penting dari budaya India pada waktu itu.

Pembenaran akan adanya link antara India dan Amerika kuno ini juga dibenarkan oleh Dr V. Ganapati Sthapati yang melakukan pendekatan dari segi Vastu sastra, atau ilmu arsitektur kuno Veda. Vastusastra memiliki aturan-aturan ketat dan unik dalam seni bangunan tempat suci maupun tempat tinggal. Vastusastra diyakini sebagai aturan-aturan yang diwariskan dari Maya Danava yang banyak di singgung dalam kitab suci Veda sebagai sosok yang memiliki kemampuan magis dan kemampuan seni arsitektur yang tak tertandingi.

Pada musim semi 1995 Dr V. Ganapati melakukan perjalanan ke Peru untuk meneliti sisa-sisa bangunan kuno di sana. Betapa mengejutkannya dimana disana dia menemukan kesamaan plot, matrik geometri dan sistem pengukuran masyarakat kuno Peru dengan yang tertulis dalam Vasatipurusha Mandala. Beberapa bangunan juga sangat identik dengan kuil kubah yang disebut Vimana di India Selatan.

Dr Sthapati menemukan bahwa sistem pengukuran yang berkembang di India digunakan terutama di wilayah Peru Kushku. Berbagai bangunan juga dibangun secara ketat sesuai dengan prinsip-prinsip Vasati, sebagaimana dikembangkan oleh Maya Danava. Plot, posisi pintu dan jendela, proporsi, bentuk atap, sudut-sudut kecenderungan dari atap, diameter kolom, lebar dinding dan lain-lain secara sempurna sesuai dengan aturan Vasati, yang masih diterapkan di sebagian besar rumah di India saat ini.

Sulit untuk mengatakan bahwa kesamaan seni arsitektur Veda yang berkembang di India dengan yang terdapat di Peru sebagai suatu kebetulan. Tentunya harus terdapat suatu korelasi antara India kuno dengan bangsa kuno yang hidup di Peru. Apakah Maya Danava yang menurunkan Vastusastra berasal dari Amerika dan mengajarkannya di India ataukah dia pergi dari India ke Amerika dan mengembangkan sistem Vastusastra di sana? Bagaimana dia bisa melakukan perjalanan sejauh itu? Hal ini hanya bisa di jawab jika kita memperhitungkan mistik yang dimiliki oleh Maya Danava.

Menurut catatan sejarah Veda, Maya Danava mempengaruhi peradaban manusia selama 8.000 tahun. Maya danava juga digambarkan sebagai makhluk dari sistem planet lain yang memiliki segala macam kekuatan mistik dan ilmu astronomi. Dikisahkan bahwa Maya Danava bekerja sebagai seorang arsitek di India Selatan dan teks-teks Veda (Vastusasta).

Disamping itu juga terdapat indikasi adanya hubungan linguistic antara India dengan Amerika kuno. Sangat banyak istilah kata bangsa Maya yang sangat serupa dengan bahasa Veda, yaitu sansekerta. Contohnya kata “K’ultanlini” yang mengacu kepada kuasa/kesadaran Ilahi memiliki kemiripan dengan kata dalam sansekerta “Kundalini” yang mengacu pada maksud yang sama. Dan demikian juga dengan istilah “yoga” dalam bahasa bangsa Maya disebut “Yok’hah”.

Istilah Bangsa Maya, “Chilambalam” untuk menyebutkan ruang kuil castle-piramid Chichen Itza, ternyata memiliki plot yang sama dengan kuil Vimana di India Selatan. Keduanya dibangun dengan struktur grid persegi 8 x 8. Dalam aturan Vastusastra, Vasati, grid persegi disebut Manduka Mandala. Pusatnya disusun atas 4 persegi yang berkorelasi dengan Brahmasthana (tempat Brahma). Yang menurut aturan Vastusastra merupakan pusat energy ilahi yang sangat kuat sehingga tidak cocok sebagai tempat tinggal.

Baik bangunan yang didasarkan pada Vasati maupun bangunan-bangunan bangsa Maya menempatkan ruangan tersuci pada lokasi yang sama, dimana dalam istilah mereka disebut sebagai Chilambalam yang artinya ruang suci. Yang mengejutkannya, di India selatan setelah Shri Rangam terdapat kuil dewa Siva yang juga memiliki struktur yang sama dan ternyata ruangan sucinya juga di sebut sebagai Chidambaram.

Apakah itu berarti bangsa Maya dan Amerika kuno lainnya adalah penganut Veda?

Referensi:

http://www.indiagov.org/perspec/mar99/maya.htm

http://www.cylive.com/content/38511/Were_the_Mayan_Pyramids_Built_By_the_Vedic_Architect_Maya

http://ponniyinselvan.in/ta/node/4805/backlinks
 
Bls: Jejak-Jejak Peradaban Veda di Dunia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Scandinavia
14 12 2009


Nama Scandinavia itu sendiri adalah sebuah indikasi tentang Veda, region yang memiliki akar-akar Sanskrit. Scanda (atau Skanda) adalah warrior putra Lord Shiva dan menjadi Panglima dari angkatan perang ilahi. Kata Sanskrit naviya menandakan ekspedisi laut dan pemukiman. Jadinya ini adalah suatu daerah pemukiman yang diawali oleh kedatangan ekspedisi kelautan atas nama Skanda. Ekspedisi seperti ini dilakukan oleh para prajurit Kshatriya Veda yang tentunya menghuni daerah ini. Pada halaman 53 dari buku India in Greece, Edward Pococke menelaah bahwa kelompok orang-orang Eropa, Scandinavia dan prajurit Kshatriya India adalah identik. Ini memperlihatkan bahwa para prajurit yang sama dari India yang bermigrasi sampai ke Eropa juga pergi ke Scandinavia. Orang-orang Viking dari daerah ini kemudian hari muncul sebagai pewaris tradisi ini. Ternyata, suku kata terakhir Viking (King) berasal dari kata Sanskrit simha yang berarti singa. Simha diucapkan sebagai “singa”, dan perubahan “S” menjadi “K” akhirnya menjadi “king”. Jadi, orang-orang Viking dianggap sebagai prajurit bagaikan singa.

Seluruh Eropa pada jaman dahulu kala diatur oleh klan Veda yang berbicara Sanskrit yang dikenal sebagai klan para Daitya. Danu dan Merk adalah dua pemimpin dari klan Daitya kuno itu. Dua nama inilah yang dikombinasi menjadi nama Denmark. Count Biornstierna, dia sendiri adalah orang Scandinavia, tidak ragu-ragu lagi dalam menentukan dalam bukunya, The Theogony of the Hindus, “Kelihatannya bahwa pemukim orang-orang Hindu bermigrasi ke Scandinavia sebelum Perang Mahabharata”.

Nama kuno Sveringe untuk Swedia dan Norge untuk Norwegia berasal dari istilah Sanskrit Swarga dan Narka. Istilah Swedia dalam Sanskrit berarti sebuah tempat tanpa keringat, dan narka berarti neraka. Sebuah kota di Norwegia benar-benar bernama Neraka (Hell). Nama orang-orang Scandinavia seperti Amundsen dan Sorensen juga memperlihatkan karakter dari tradisi Veda. Istilah “sen” di India umumnya dipakai sebagai nama panggilan, tetapi juga sebagai nama perorangan, seperti Ugrasen, Bhadrasen, dan Bimasen.

Ajaran-ajaran kuno Veda yang diikuti oleh para Kshatriya juga dibawa ke Scandinavia. Kemudian itu menjadi Eddas, yang masih menjadi kitab suci paling tua di wilayah itu. Tetapi, karena terhentinya bentuk pendidikan Veda, konten Eddas semuanya berubah dari teks-teks kuno Veda menjadi cerita dongeng memakai bahasa modern setempat. Walau demikian, penelitian secara cermat mengungkapkan banyak kemiripan antara dongengan-dongengan dalam Eddas dengan legenda-legenda Veda dan Purana.

Balada rakyat Norwegia tentang Sigfried, sosok pahlawan yang terlahir dengan sebuah mantel tanduk, adalah peninggalan orang-orang Eropa tentang cerita Karna. Ia terlahir dengan tubuh berlapis baju zirah sebagaimana diuraikan dalam Mahabharata. Juga, cerita yang disebut “Hildebrand Lied”, yang tertua dalam mitologi rakyat Norwegia, adalah episode dari cerita klasik Ramayana.

Mirip dengan rentang waktu menurut Veda, di wilayah Norwegia dikatakan bahwa orang-orang pada jaman dahulu hidup selama ratusan tahun. Juga ada satu set zaman, atau periode waktu, yang mana kondisi akan semakin buruk dengan meningkatnya kekerasan ke dalam suatu masa yang disebut dengan jaman pisau dan kampak. Setelah jaman akhir ini akan ada apa yang disebut Ragnarok, periode annihilasi, penghancuran. Tetapi, setelah ini akan ada suatu masa restorasi yang mana dunia akan kembali kepada jaman kebaikan. Selama Ragnorak, dunia akan dihancurkan oleh nyala api yang datang dari sesuatu yang disebut Surt. Itulah ia yang menghuni dunia-bawah, Hel. Ini sangat mirip dengan versi menurut Veda (Bhagavatam 3.11.30) yang mana dunia dihancurkan oleh nyala api yang datang dari mulut Lord Sankarshana, yang merupakan ekspansi dari Yang Maha Kuasa yang berkedudukan di bagian bawah jagat raya.

Dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan dalam Veda juga sama dengan apa yang ditemukan di Scandinavia, walaupun telah diberi nama berbeda dalam Eddas. Kita menemukan pada halaman 27 dari catatan kaki Volume I dari teks Aryatarangini: “Bahkan saat ini, studi bahasa Sansekerta adalah sebuah usaha yang sangat dihargai diantara orang-orang Finlandia dan Lithuania dan dewa-dewa legendaris mereka sebagian besar identik dengan deity-deity Veda”.

Sebagai contoh, Woden milik penduduk Scandinavia dan Odin milik rakyat Jerman mirip dengan Varuna dalam Veda. Woden adalah dewa yang memerintah melalui kekuatan magis dan menaruh minat terhadap tujuan universal, dan tidak sekedar untuk dunia manusia. Odin memberikan aturan hukum kepada masyarakat. Varuna juga menaruh perhatian terhadap tatanan universal dan memberikan kaidah-kaidah moral untuk dunia. Sosok Woden dan Odin yang berpakaian kerajaan dan tinggal dalam istana wujudnya mirip dengan Varuna yang mengenakan mantel dan jubah keemasan dan tinggal dalam istana yang terbuat dari emas (Rig-veda 5.67.2).

Donar/Thor juga adalah dewa petir milik penduduk Scandinavia, bersenjatakan sebuah pecut halilintar. Ini sangat mirip dengan Indra, dewa hujan dan petir yang juga memakai sebuah pecut sebagai senjata, jadi, adalah dewa perang. Donar/Thor juga mempunyai kemampuan minum melebihi siapapun. Begitu juga, Indra juga dikenal karena minum air Soma dalam jumlah sangat besar (Rig-veda 5.29.7 & 3.48.2).

Bahkan simbolisasi juga diturunkan dari tradisi Veda. Adanya gajah dalam simbul orang-orang Scandinavia adalah indikasi yang sangat meyakinkan tentang lazimnya peradaban Veda di Scandinavia pra-Kristen. Sebenarnya tidak ada gajah di Scandinavia, tetapi gajah dianggap sebagai sebuah simbul dari kebijaksanaan dan kesucian yang sangat ditekankan dalam tradisi Veda. Patung-patungnya ditemukan menghiasi banyak kuil Veda dan istana.

Penggalan bukti lainnya adalah Gundestrup Cauldron. Ini adalah sebuah piala yang sangat besar terbuat dari perak yang berasal dari 150 B.C. yang ditemukan di Denmark. Ia menyajikan sebuah image Pashupati, Lord Shiva sahabat para binatang. Ini menunjukkan bahwa ia pastinya adalah deity yang umum di wilayah itu pada masa Eropa pra-Kristen. Piala ini menyajikan bukti lebih jauh tentang migrasi orang-orang Vedic Arya keluar India dan melalui Iran dan memasuki Eropa.

Juga terdapat sebuah peristiwa yang dimuat di koran-koran tentang sebuah bangkai kapal dari jaman purba di kedalaman lautan Arctic yang berisi image/patung Veda. Jadi para Kshatriya dan para orang bijak Veda pasti telah berlayar lebih jauh lagi ke utara Scandinavia dalam usaha mereka menjelajah dunia.

Informasi yang terkait dengan hal ini disajikan pada halaman 267-9 dalam buku Sanskrit and Its Kindred Literatures: Studies in Comparative Mythology karya Laura Elizabeth Poor: Bangsa Norwegia dikonversi ke dalam agama Kristen jauh belakangan bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya sehingga kosmogoni dan mitologi mereka masih terpelihara secara sempurna dalam kondisi tidak berubah. . . Literatur mereka sangat agung dan puitis. Kitab-kitab mereka yang sangat disucikan adalah dua Eddas, satu puisi, yang lainnya prosa, ditulis dalam bahasa (lidah) Norwegia tua yang pernah jadi bahasa percakapan bagi empat keluarga di seluruh Peninsula Scandinavia. Kata Edda berarti nenek moyang yang agung melalui pengulangan. Puisi Edda, yang lebih tua diantara yang dua, merupakan koleksi dari 37 hikayat. Beberapa diantaranya adalah religius, dan memberikan telaah tentang penciptaan dunia, tentang dewa-dewa dan manusia, beberapa diantaranya tentang cerita sejarah para pahlawan bangsa, satu diantaranya menyajikan sebuah serial peribahasa moral.

“Kisah-kisah balada ditulis sebelum abad ke-enam tetapi mereka baru dikumpulkan dalam tahun 1086 A.D. oleh seorang pendeta Kristen bernama Soemund. Para ilmuwan berpikir bahwa Soemund adalah sebuah nama yang diberikan kepadanya dalam kaitan ini, karena itu berarti mulut yang menyebarkan benih. . .”

Bersamaan dengan invasi Kristen terhadap Eropa, Olaf adalah raja Scandinavia pertama yang beralih menjadi penganut Kristen. Segera setelah ia dibaptis, ia membubarkan tentaranya tahun 1030 A.D. untuk setengah memaksa mengkonversikan seluruh orang Scandinavia menjadi Kristen. Setelah itu, dewa-dewa Veda dari masa lalu digambarkan secara sinis dan salah sebagai jahat dan iblis.

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
 
Bls: Jejak-Jejak Peradaban Veda di Dunia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Italy
14 12 2009
Nama Italy (dari Etaly) dalam Sanskrit menandakan sebuah negeri yang terletak di bawah suatu kontinen yang sekarang ini disebut Eropa. Dengan menyebarnya peradaban Veda melewati negari-negari timur-tengah lalu memasuki Yunani dan Italy, dewa-dewa Veda masih menjadi faktor utama dalam pemujaan dan legenda-legenda di daerah-daerah tersebut. Tetapi, nama-namanya telah berubah ke dalam jargon lokal untuk menekankan berbagai karakteristik berkenaan dengan penduduk wilayah itu. Kita bisa mengenali ini dalam hal bagaimana dewa Mithra yang populer di Romawi dapat ditelusuri kepada dewa Mitra dalam Veda, yang masuk ke Mediterania melalui Asia Kecil melalui kekuatan militer yang sangat tertarik dengan filsafat Veda.

Lebih jauh, banyak dewa-dewa Romawi lainnya berasal dari timur, khususnya dari tradisi Yunani yang lebih dapat dikenali memiliki karakteristik sesuai dengan deity-deity Veda. Sebagai contoh, Zeus adalah Dyaus, Jupiter adalah Diupeter (atau Dyaus Pitar, Vedic Indra), Minerva adalah Pallas Athen, Diana adalah Artemia, Venus (Vedic Lakshmi) menjadi Aphrodite, Neptune adalah Poseidon, Vulcan adalah Hephaestus, Ceres adalah Demetri, Liber adalah Dionysus, Mercury menjadi Hermes, dan Hermes sebelumnya adalah dewa Mesir kuno Thoth. Hal menarik mengenai Hermes diuraikan oleh Dr. Ginsburg dalam Life of Levita. Disebutkan bahwa cara dewa Hermes disembah adalah sebagai sebuah phallus, didirikan di atas sebuah batu datar, kemudian dilumuri/diurapi dengan minyak, mirip dengan cara pemujaan dewa Shiva sebagai linga yang dibasuhi air suci Gangga, yang melambangkan cara Shiva menerima curahan air sungai Gangga di atas kepalanya seperti air yang turun ke bumi dari dalam surga.

Salah satu alasan kenapa begitu banyak deity Veda ditemukan disini adalah bahwa Roma mengadakan hubungan dagang dengan India selama banyak tahun. Sebuah contoh tentang bagaimana luasnya perdagangan antara Roma dan India dapat dilihat pada Susupalgarh. Ini adalah sebuah benteng yang terletak di bagian timur India, tiga mill selatan Bhubaneshwar. Itu dibangun sekitar abad ke-tiga B.C. dan ditinggalkan pada abad ke-empat A.D. Penggalian yang dilakukan terungkap adanya uang coin Romawi dan India yang berasal dari abad ke-satu dan ke-dua.

Contoh lainnya tentang hal ini diberikan oleh Franz Cumont pada halaman 110 bukunya, Oriental Religions in Roman Paganism. Disini ia menjelaskan, “Cukup mudah bagi divinitas Phoenician Coast untuk menyebrangi laut (menuju Roma). Diantara mereka adalah Adonis sosok wanita berkabung dari Byblos; Balmarcodes ‘Lord of the Dance’, yang datang dari Beruit; Marna, penguasa hujan, disembah di Gaza; dan Maiuma yang hari kelautannya dirayakan pada setiap musim semi di tepi pantai dekat Ostia sebagaimana halnya di Orient”.

Penguasa Tarian secara umum dikenal sebagai Shiva, atau Nataraja. Tetapi, Shiva, seperti halnya Krishna, memiliki ratusan nama, juga, Balmarcodes merujuk kepada Balmukundas, sebuah nama Sanskrit untuk Lord Krishna sebagai anak-anak yang memberikan pembebasan. Maiuma adalah Dewi Ibu (Mother Goddess) Uma, pasangan Lord Shiva. Hari suci kelautan adalah karena para pelaut ikut berpartisipasi dalam pemujaannya. Marna adalah perusakan dari Maruna, merujuk kepada nama Varuna.

Bahkan sekarang ini kita bisa melihat patung Lord Shiva berdiri di atas air mancur di sebuah taman umum di Bologna, Italy. Walaupun ia mungkin digambarkan dengan karakter fisik Romawi, anda masih bisa melihat ia memegang trident (senjata trisula), dan tudung dari dua ekor ular di bahunya yang melingkar di lehernya. Di seluruh Italy dapat ditemukan patung Ganesha, Shiva, dan dety-deity Veda lainnya dalam penggalian-penggalian arkeologi. Ini menjadi bagian dari masa lalu Veda di Italy, walaupun temuan-temuan seperti itu tidak pernah diumumkan oleh rejim penguasa Kristen.

Italy….
Tidak saja orang-orang Italy permulaan memuja Lord Krishna dan Shiva, mereka juga mengetahui Ramayana dan menggambar episode-episode Ramayana pada berbagai plakat dan jambangan. Ratusan gambar dari episode Ramayana tersebut di dalam rumah-rumah kuno ditemukan di seluruh Italy dalam penggalian arkeologi dan dituangkan dalam buku-buku dan laporan-laporan. Tetapi, para ilmuwan Kristen dengan senang hati tidak acuh terhadap apa yang dilukiskan oleh gambar-gambar itu. Mr. Oak secara pribadi memiliki koleksi reproduksi dari lukisan-lukisan Etruscan kuno tersebut.

Beberapa dari pemandangan itu termasuk Rama, Sita dan Lakshmana berjalan beriringan melintasi hutan, seperti uraian dalam Ramayana. Yang lain memperlihatkan Bharat, adiknya Rama mempersiapkan diri untuk bertemu Rama. Yang lain memperlihatkan Vibhisan sedang membujuk Ravana supaya melepaskan Sita yang telah diculiknya. Ada juga seorang Kausalya sedang berbagi minuman suci kesuburan dengan kedua madunya, Kaikeyi dan Sumitra. Lukisan lain menggambarkan anak-anak Rama, Lava dan Kusha menghalau kuda pengorbanan yang dilepaskan Rama. Satu lagi memperlihatkan Subali dan Sugriva sedang berkelahi memperebutkan Ruma (Tara), istri Sugriva.

Pada halaman 812 dan 813 dari World Vedic Heritage kita bisa melihat gambar-gambar seperti apa penduduk permulaan Italy dan Etruscan. Kedua gambar ini muncul dalam History of Rome oleh Mr. Smith, dan Long Missing Links oleh Iyengar. Satu memperlihatkan Pompey, Konsul Roma, mengenakan tanda pengenal tilok Veda “V” di atas dahinya. Gambar yang lain memperlihatkan kaisar awal Etruscan (abad ke-dua B.C.) mengenakan lencana tilok Veda yang sama di atas dahinya dan tengkuknya begitu juga ia mengenakan dhoti, jubah tradisional India.

Kota Roma juga diberi nama mengikuti nama Lord Rama. Huruf Sanskrit “A” diganti dengan “O” untuk pelafalan orang Eropa, seperti Nasa (hidung) dalam Sanskrit ditulis sebagai “nose” dalam bahasa Inggris. Ini mencerminkan bahwa seluruh kekaisaran Romawi aslinya adalah bagian dari imperium Lord Rama.

Sebagaimana dijelaskan lebih kanjut pada halaman 255 Some Missing Chapters of World History, “Sebuah bukti tambahan adalah bahwa tanggal dibangunnya kota Roma masih benar-benar diingat oleh orang-orang Italy yaitu 21 April 753 B.C., yang sangat unik karena mungkin tidak ada kota kuno lain yang diingat secara sangat tepat tanggal pembangunnya. Kenapa dan bagaimana kemudian hanya Roma saja yang diingat secara tepat tanggal pembangunannya? Itu karena tanggal Ramanavami (perayaan kelahiran Rama) dalam tahun 753 B.C. jatuh pada tanggal 21 April.

“Namun bukti lainnya adalah bahwa kota Italy lainnya, Ravenna, diberi nama mengikuti nama Ravana, musuh besar Rama. Karena Rama dan Ravana saling bermusuhan, Roma dan Ravenna secara diametris terletak berseberangan satu dengan yang lain, satu di pantai sebelah barat dan yang lain di pantai sebelah timur Italy”.

Sejalan dengan penyebaran kebudayaan Romawi ke arah barat, maka lebih banyak lagi tergabung dewa dan dewi seperti milik bangsa Celtic, yaitu Suli, dewi di Bath, yang dikenali sebagai Minerva. Maponus dikenali sebagai Apollo, dan Mars (Vedic Skanda) memiliki banyak kesamaan dengan dewa-dewa lainnya. Nama dewa Romawi Janus adalah bahasa Latin untuk dewa Ganesh. Sebuah uraian tata cara penyembahan Janus secara praktis adalah sebuah duplikasi dari bagaimana cara Ganesh disembah.

Semua ini mengindikasikan bahwa orang-orang Italy pada jaman dahulu adalah bagian dari peradaban Veda, atau adalah orang-orang Hindu, para pemuja Lord Rama dan Krishna. Legenda-legenda mereka adalah Vedic, mereka memuja pantheon Veda, dan pemimpin pendeta mereka, Paus (the Pope), mengatur ritual Veda karena ia aslinya adalah seorang pendeta Veda.

Paus (Pope) dan Vatican
masih berhubungan dg jejak2 peradaban veda di Italy……..

Dalam Sanskrit Paap (papa) berarti dosa. Ditambah dengan huruf “ha” menjadi Papa-ha, menunjuk kepada orang yang menghapuskan (remove) dosa. Sebagai konsekwensinya, Papa-ha adalah julukan dan tugas dari pimpinan tertinggi yang melekat sebagai administratur Veda di Eropa. Dari ini muncul penyingkatan ucapan orang Eropa atas kata Pope. Kata-kata lain yang berhubungan dengan ini yang sumbernya dari Sanskrit adalah “papacy” dan “papal”, yang merujuk kepada yang berkenaan dengan dosa, atau panduan memperolehnya. Pa adalah akar kata Sanskrit yang mempunyai arti melindungi, dari mana istilah Pope yang berarti bapa, seperti seorang ayah melindungi anak-anaknya. Istilah “Pontiff” (Uskup) adalah sebuah perusakan dari istilah Sanskrit Pundit atau puntah.

Sebagai pimpinan pendeta Veda, Pope biasanya tinggal di dalam pondok atau pertapaan, yang dalam Sanskrit disebut Vatica (bower or hermitage). Bahkan sampai sekarang, itu masih disebut Vatican, yang mengungkap bahwa Sanskrit dan Veda sebagai sumber kedudukan itu. Sayangnya, dibawah perintah dari Constantine, yang baru saja dikonversi sebagai seorang Kristen, tentara Romawi menghancurkan semua sisa-sisa peradaban Veda dan memaksa setiap orang untuk menerima Kekristenan dan meninggalkan semua yang lainnya. Juga pada tahap itulah bahwa pimpinan pendeta Veda di wilayah itu, Papa-ha atau Pope, terpaksa mengalah dari ancaman tersebut. Sepertinya bahwa ia dibunuh oleh Constantine sekitar tahun 312 A.D. yang kemudian mendudukkan Bishop Roma, seorang pendeta kecil, kelompok Kristen yang baru terbentuk. Seluruh dokumen, catatan dan sejarah Veda pada waktu itu tentunya cepat-cepat disingkirkan, disembunyikan atau dihancurkan. Sejak saat itu, Vedic Vatica menjadi Christian Vatican.

Bukti lebih jauh bahwa Vatican tadinya adalah sebuah tonggak Veda ditemukan di dalam Museum Etruscan Vatican. Disini dipelihara dan dipajang lima Shiva-linga Hindu, beberapa diantaranya biasa dipuja oleh Pope Hindu, begitu juga dengan patung Shiva dengan ular cobra sedang mengangkat kepalanya di kepalanya Shiva. Banyak yang lainnya dikatakan ada tersimpan dan disembunyikan di dalam museum dan di dalam gudang bawah tanah Vatican. Apabila ini yang terjadi, sepertinya juga bahwa banyak terdapat patung lainnya seperti Lord Krishna, Rama, Ganesh (dikenal sebagai Janus), Lakshmi (dikenal sebagai Shree lalu Ceres), Brahma (dikenal sebagai Abraham), Vishnu (dikenal sebagai Vista), dll. Disana pasti pernah ada banyak kuil Veda di seluruh area sebelum itu semua dihancurkan.

Banyak ritual Pope sekarang ini berakar dalam tradisi dan kebiasaan Veda. Menyanyikan himne-himne, pemurnian memakai dupa atau wangi-wangian, persembahan dan membagikan makanan, dan bahkan membasuh kaki adalah sisa-sisa dari ritual-ritual Veda sepenuhnya yang biasa dilakukan oleh Pope. Upacara membasuh kaki seseorang saat upacara penting keagamaan yang dilakukan dengan penuh hormat adalah praktek pra-Kristen. Membasuh atau mencuci kaki bukanlah adat kebiasaan orang Kristen karena kongregation orang Kristen mengenakan kaus kaki dan sepatu. Tetapi, itu telah dilakukan sejak jaman dahulu kala sampai dengan saat ini dalam tradisi Veda ketika para pemimpin religius dan guru spiritual memberikan kakinya untuk dibasuh atau dupuja sebagai bentuk penghargaan dan rasa hormat. Oleh karenanya, ritual-ritual tertentu seperti membasuh kaki dalam Kekristenan adalah bawaan dari upacara menurut Veda sebelum agama Kristen. Tetapi, bahkan Pope sekarang ini kelihatannya tidak mengerti bahwa praktek itu bersumber dari Veda.

— eof —

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
 
Back
Top