Kebahagiaan

singthung

New member
Janganlah berbuat jahat, lebih banyaklah berbuat baik, sucikan hati dan pikiran, ini adalah Ajaran para Buddha
(Dhammapada XIV:5)

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa (3x)

Kebahagiaan​



Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah merasa senang (gembira), tertawa melihat hal-hal yang lucu, ataupun bersuka cita. Itulah kebahagiaan. Dalam buku Dhamma Vibhaga terdapat 4 pengertian kebahagiaan yang dibagi menjadi dua kelompok.

Yang pertama adalah Kayika sukha atau kebahagiaan jasmaniah. kebahagiaan ini berhubungan dengan indera. Apabila badan berada dalam keadaan sehat, tidak merasa lapar atau haus, tidak menderita penyakit organis, itulah kebahagiaan jasmani. Kita sekarang yang berkumpul disini tentu sedang mengalami kebahagiaan jasmani.

Yang kedua adalah cetasika sukha atau kebahagiaan bathin. Kebahagiaan ini merupakan hasil dari sumber-sumber yang ada di dalam bathin. Seseorang dikatakan mengalami kebahagiaan bathin apabila pikiran terserap dalam kegembiraan, apakah karena terpenuhinya keinginan-keinginan indera atau karena telah melakukan suatu perbuatan baik. Contohnya orang yang merasa bahagia setelah berdana.

Kebahagiaan yang pertama dan yang kedua dalam buku Dhamma Vibhaga merupakan satu kelompok. Dan kebahagiaan yang berikutnya tiga dan empat merupakan satu kelompok.

Kebahagiaan yang ketiga adalah samisa sukha yaitu kebahagiaan dengan mata kail berumpan. Kebahagiaan ini timbul karena terpenuhinya keinginan-keinginan indera yang tergantung pada hal-hal luar atau benda-benda materi. Disebut kebahagiaan dengan mata kail karena dapat menimbulkan kemelekatan. Contohnya orang yang merasa bahagia ketika mendapat pujian. Orang tersebut akan bahagia apabila ia mengingat-ingat pujian itu. Jika pujian terssebut tidak ada maka kebahagiaannya itu juga tidak ada.

Yang keempat adalah kebahagiaan tanpa mata kail berumpan bahasa palinya niramisa sukha. Seseorang yang melakukan kegiatan keagamaan dengan meninggalkan keinginan- keinginan inderwi dikatakan mengalami kebahagiaan tersebut. Karena kebahagiaan ini tidak tergantung pada hal-hal luar dan tidak menimbulkan kemelekatan.

Orang mengalami kebahagiaan ini bisa dianalogikan sebagai ikan, kebahagiaannya sebagai umpan dan mata kail sebagai benda-benda materi yang menyebabkan kemelekatan. Ikan yang memakan umpan dengan mata kail akan mengalami kebahagiaan kemudiaan ia akan mengalami penderitaan karena melekat. Ia tidak tahu bahwa umpan tersebut memiliki mata kail sehingga setelah dimakan mulutnya akan tersangkut mata kail. Sedangkan ikan yang memakan umpan tanpa mata kail akan mengalami kebahagiaan tanpa kemelekatan. Karena di dalam umpannya tidak ada mata kail.

Perlu diingat bahwa kebahagiaan dengan mata kail berumpan menyebabkan kelahiran dan kematian yang terus menerus (tumimbal lahir), sedangkan kebahagiaan tanpa mata kail berumpan dapat menghapus perputaran roda penderitaan.

Setelah mengetahui keempat pengertiaan kebahagiaan, kita bisa mengidentifikasi diri kita sendiri apakah sedang mengalami kebahagiaan jasmani atau bathin atau kedua-duanya. Kita juga bisa memilih kebahagiaan dengan mata kail berumpan atau kebahgiaan tanpa mata kail berumpan.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta (Semoga semua makhluk berbahagia).


 
Back
Top