Semaikanlah Benih Kebajikan

singthung

New member
SEMAIKANLAH BENIH KEBAJIKAN

Arati virati papa
Majjapana ca sabbamo
Appamado ca dhammesu
Etammaggalamuttamam


Menjauhi, tidak melakukan kejahatan,
Menghindari minuman keras,
Tekun melaksanakan Dhamma
Itulah berkah utama.

Manggala Sutta

Oleh: Bhikkhu Abhayanando


A. Dekadensi Moral

Kehidupan manusia dewasa ini telah memasuki abad teknologi, berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kita pada pola kehidupan modern dan terbentuk dengan bentuk masyarakat modern. Perkembangan IPTEK yang demikian maju telah memberikan dampak yang positif bagi umat manusia, kita dapat menikmati fasilitas-fasilitas dalam bidang kedokteran, komunikasi, industri, dan lain-lain. Tetapi patut dicatat bahwa perkembangan IPTEK juga telah memberikan dampak negatif yang tidak kalah hebatnya, seperti penyalahgunaan IPTEK demi kepentingan pribadi yang merugikan orang banyak serta merosotnya nilai sosial kemasyarakatan. Nilai-nilai moral dan etika yang berlaku di masyarakat menjadi menurun karena mereka marasa tidak memerlukannya lagi pada jaman modern ini.

Sekarang kita sedang melangkah menuju milenium III, terobosan-terobosan teknologi apalagi yang akan kita lihat nanti? Peradaban modern seperti apakah yang akan kita hadapi? Masih berlakukah nilai-nilai moral dan etika kemasyarakatan? Tetapi, yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana kita mensiasatinya agar kita tidak terbawa arus dekadensi moral?


B. `Keyakinan' Dalam Agama Buddha

Dalam Agama Buddha, kita mengenal apa yang disebut dalam bahasa pali dengan Saddha atau keyakinan, yang mungkin hal ini cukup sepadan dengan kata `iman' dalam ajaran-ajaran lain. Tetapi terlepas dari perbedaan istilah itu, baiklah kita menilik apa yang dimaksud dengan saddha atau keyakinan dalam Agama Buddha?

Saddha yang dimaksud oleh Sang Buddha adalah suatu keyakinan yang diperoleh dari penyelidikan, seseorang hendaknya menghindari sikap tidak percaya sama sekali atau terlalu mudah percaya pada sesuatu hal baik yang didengar atau yang tertulis pada buku-buku. Ia seharusnya mengembangkan semangat menyelidiki (pariyesana) dan ia tidak memiliki kepercayaan membuta (okkapana saddha) atau keyakinan yang terbentuk karena tradisi ataupun karena ingin menghormati.

Dengan demikian keyakinan yang dimiliki adalah berdasarkan rasio atau keyakinan rasional yang lahir dari penghargaan karena kita mengetahui nilai hal itu (pasadha). Keyakinan itu timbul dari pengetahuan yang berlandaskan pada kebijaksanaan (Pabba Maya Saddha) inilah yang akan menjadi kekuatan dalam menghadapi ketidakpastian hidup. Dengan kekuatan keyakinan kita menjadi tidak terombang-ambing lagi dalam menempuh atau menjalani kehidupan ini.

Saddha dapat diumpamakan sebagai `benih suatu tanaman', yang harus ditanamkan pada hati kita dengan akar kebajikan yang kita jalankan sehingga akan menghasilkan ketenangan, kebahagiaan dan pengertian benar. Dengan demikian benih saddha tersebut akan tumbuh dan berkembang, semakin besar engkau menanamkan kebajikan, kekuatan konsentrasi dan kematangan dalam kebijaksanaan akan menghasilkan buah kesucian dan menimbulkan pengetahuan analitis yang luar biasa.

Saddha memiliki dua aspek, yang pertama saddha sebagai indriya (kemampuan) dan yang kedua adalah saddha sebagai bala (kekuatan). Saddha sebagai kemampuan maksudnya bahwa keyakinan benar ada dalam diri setiap orang seperti halnya kemampuan melihat, mendengar, mencium, mengecap dan sentuhan; tetapi hal ini mungkin dalam bentuk yang tidak aktif. Apabila Saddha ini dikembangkan, maka Saddha ini akan menjadi suatu kekuatan (bala) terutama perilaku dalam tahap-tahap kehidupan spiritual kita masing-masing yang lebih tinggi. Seperti halnya suatu kepandaian yang kita miliki, bila kita tidak memanfaatkannya, maka kepandaian tersebut menjadi pasif. Tetapi kalau kita memanfaatkannya untuk belajar, maka kita akan memiliki kekuatan keyakinan bahwa kita akan lulus ujian.


Terdapat empat macam keyakinan yang harus dikembangkan oleh umat Buddha, yaitu:

a. Tathagata Bodhisaddha (Keyakinan terhadap Tathagata)

Merupakan keyakinan terhadap penerangan sejati (Sammasambodhi) dari Sang Buddha atau keyakinan kepada Dhamma (Ajaran) Sang Buddha bukan pada personalitas Sang Buddha. Dengan adanya keyakinan akan hal ini, maka orang akan berani mempelajari, menghayati dan mempraktekkan Dhamma-Vinaya.

Benih Saddha harus kita aktifkan untuk mengenal Saddha (Buddha, Dhamma, Sangha) sehingga menjadi kekuatan. Sang Buddha adalah orang yang telah merealisasikan Kebebasan Mutlak (Nibbana), Dhamma adalah ajaran-ajaran dari Sang Buddha yang dapat menuntun umat manusia dalam merealisasikan Kebebasan Mutlak (Nibbana). Orang-orang yang telah mempraktekkan ajaran Sang Buddha dan telah merealisasikan Dhamma yang sesungguhnya dan mencapai kebebasan mutlak (Nibbana) disebut sebagai seorang Ariya (Suci), dan kumpulan para Ariya disebut Ariya Sangha.

Keyakinan terhadap Tiratana akan memberikan "Perlindungan Yang Tertinggi". Kita harus bersikap aktif dengan berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Perlindungan kepada Tiratana ini adalah perlindungan yang tertinggi, keyakinan kita untuk berlindung kepada Tiratana akan membawa kita ke arah jalan kebebasan dari penderitaan (dukkha), yaitu dengan cara mengikuti dan menjalankan Ajaran-ajaran-Nya (uttamam ratanattayam vaditva khuddakanam karissami).


b. Kamma Saddha.

Yaitu keyakinan terhadap adanya akibat perbuatan (kamma) baik dan buruk, ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang mana yang benar dan mana yang salah, ia juga mengerti tentang hal yang bermanfaat, hal yang sesuai dengan Dhamma dan yang tidak sesuai dengan Dhamma. Dengan mengetahui hal tersebut maka ia menjadi optimis dalam bertindak dan memilih prinsip yang benar. Dengan demikian ia akan selalu berbuat baik dengan penuh Saddha tanpa menghiraukan keadaan yang tidak pasti dan selalu menghindari perbuatan jahat.


c. Vipaka Saddha

Keyakinan bahwa kamma (perbuatan) akan berakibat. Yakin bahwa seseorang yang melakukan perbuatan baik akan memperoleh hasil yang menyenangkan sebagai akibat dari perbuatan baiknya dan seseorang yang melakukan perbuatan jahat akan memperoleh hasil tidak menyenangkan sebagai akibat dari perbuatan jahatnya. Ia juga yakin hasil (vipaka) yang diterimanya, baik hasil yang membahagiakan (sukha) maupun yang menyakitkan (dukkha) adalah disebabkan oleh perbuatannya sendiri, dan tetap akan diterimanya dengan tabah. Dengan keyakinan ini, maka ia akan berani dan teguh dalam menghadapi akibat dari kammanya sendiri.


d. Kammassakata Saddha

Yaitu keyakinan terhadap semua kamma yang dimiliki setiap mahkluk. Ia memiliki keyakinan akan kamma yang diwarisi oleh setiap makhluk sesuai dengan kamma yang telah diperbuatnya. Sesuai dengan benih yang ditabur, demikianlah buah yang akan dituainya. Penabur kebajikan akan menuai kebajikan, penabur kejahatan akan memperoleh hasil dari perbuatan jahatnya. Sehingga dengan Saddha ini orang akan berusaha menghindari cara-cara yang tidak adil (agati) dan berani memberikan keadilan kepada orang lain.


C. Sila (Kemoralan)

Sebagai umat Buddha, setelah mengetahui dengan benar makna dari Saddha , maka sudah sepantasnya kemudian menjalankan ajaran-ajaranNya. Kalau pada saat ini moral masyarakat dianggap sudah begitu merosot, maka dengan demikian ajaran moralitas harus ditegakkan kembali.

Praktek kemoralan berarti berusaha menghindari kejahatan yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani. Orang yang telah berlatih menghindari kejahatan berarti orang tersebut tidak akan melakukan kesalahan yang akan dicela oleh para bijaksana. Inti dari kemoralan adalah untuk umat awam ber-aditthana atau bertekad untuk melatih diri terhadap lima hal yaitu menghindari pembunuhan terhadap makhluk hidup, mencuri, asusila, ucapan tidak benar (termasuk dalam musavada ini adalah fitnah gosip dan ucapan kasar), dan mengkonsumsi sesuatu yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran, kita berdisiplin diri dalam kehidupan ini dengan menjalankan Pancasila Buddhis.

Latihan kemoralan bagi perumah tangga disebut sebagai Pakati Sila yaitu sila yang bersifat alamiah, sila-sila ini bukan buatan Sang Buddha atau siapapun, sila- sila ini ada dan telah ada tanpa dibatasi jaman/waktunya, dan sila- sila ini pun dikenal oleh agama-agama lain.

Pancasila dikenal juga dengan sebutan Manussa Dhamma karena sila-sila ini menandai sifat-sifat kemanusiaan, dengan menjalankan sila-sila ini maka kehidupan yang harmonis dan bahagia dalam keluarga dan masyarakat akan terbina. Pelaksanaan Pancasila secara sungguh-sungguh tidak bisa ditunda lagi jika anda ingin mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini dan di kehidupan berikutnya. Melepaskan diri dari hal-hal yang melanggar Pancasila meskipun sulit, tapi bila dapat dilakukan maka akan menimbulkan rasa percaya diri dan harga diri ke dalam, timbul kebahagiaan dengan menjalankan dan mempertahankan moralitas.

D. Samadhi (Meditasi)

Pelaksanaan latihan kemoralan (sila) dengan sungguh-sungguh akan sangat membantu seseorang dalam melakukan praktek meditasi (samadhi) karena orang tersebut telah didasari oleh perbuatan-perbuatan yang baik sebelumnya sehingga ketenangan batin akan segera dicapai. Moralitas adalah basis samadhi, kemajuan samadhi juga dipengaruhi oleh moralitas.

Umat Buddha mempraktikkan meditasi untuk memelihara batin atau pikiran dan untuk mengembangkan batin/spiritual. Tak seorang pun dapat mencapai Nibbana atau kebebasan mutlak tanpa mengembangkan batin melalui meditasi. Tidak melakukan kejahatan dan melakukan perbuatan-perbuatan bajik saja tidaklah cukup bagi seseorang untuk membawanya mencapai tujuan akhir tanpa melakukan penyucian batin. Pikiran yang tidak terlatih tentu saja sangat susah dikendalikan dan mendorong orang-orang melakukan kajahatan serta menjadi budak nafsu indria. Akan tetapi, seseorang yang mempraktekkan meditasi akan dapat mengendalikan pikirannya ketika pikirannya disimpangkan oleh nafsu indria.

Meditasi Buddhis tidak memiliki tujuan lain selain untuk membawa pikiran kembali pada saat ini, dalam keadaan yang penuh dengan kesadaran, dengan menjernihkannya dari semua halangan-halangan yang telah diciptakan oleh kebiasaan atau tradisi. Agar kita memperoleh hasil dari praktek meditasi ini dan sehingga menjadi suatu kekuatan serta memberikan rasa aman, maka seseorang harus memiliki ketetapan hati, usaha, dan kesabaran yang tinggi. Kita harus ingat bahwa untuk menjadi seorang dokter yang profesional, ahli hukum, ilmuwan lainnya, mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempraktekkannya. Demikian pula untuk menjadi meditator yang baik, seseorang mem-butuhkan waktu untuk dapat mengendalikan pikirannya dan melenyapkan nafsu-nafsu indrianya yang liar.

Dengan meditasi kita tidak membuang-buang waktu yang berharga. Pikiran yang telah maju dari seorang meditator dapat memecahkan begitu banyak masalah-masalah manusia dan sangat berguna untuk membantu seseorang agar dapat hidup dengan damai meskipun banyak gangguan-gangguan yang terjadi di jaman modern ini.

Meditasi mempunyai tujuan melatih seseorang untuk menghadapi, mengerti, dan mengatasi dunia ini dimana pun dia berada. Meditasi mengajarkan kita untuk menyesuaikan diri kita dalam menghadapi berbagai hambatan kehidupan di jaman modern ini. Melalui meditasi anda dapat belajar bagaimana untuk mengendurkan tubuh dan menenangkan pikiran, anda dapat belajar untuk dapat menjadi tenang dan bahagia bersamanya. Meditasi akan memperkuat pikiran untuk megendalikan emosi manusia ketika terganggu oleh pikiran-pikiran negatif dan perasaan-perasaan seperti cemburu, marah, sombong, dan iri hati. Jika anda melatih meditasi, anda akan belajar untuk membuat keputusan yang tepat bilamana anda berada pada suatu persimpangan jalan dalam kehidupan dan bila anda tersesat tidak dapat melihat yang mana jalan untuk kembali.

E. Pabba (Kebijaksanaan)

Pabba dapat berarti pengetahuan, mengetahui sebab-sebab dari kemerosotan. Bagaikan cahaya yang berada dalam hati dan pikiran, maka Pabba ini menerangi dirinya, sehingga ia mengetahui sesuatu yang memang patut untuk diketahui, seperti seorang dokter yang ahli dalam ilmu pengobatan dan cara-cara mengobati pasiennya. Dengan memiliki pengetahuan yang patut untuk diketahui tersebut menjadikan seseorang berani berpikir, berbicara, dan bertindak.

Seseorang yang memiliki pikiran benar akan menjadi tidak egois, sebaliknya ia memikirkan kesejahteraan orang lain, ia mengembangkan pikiran yang penuh dengan cinta kasih dan kebajikan, bukan iri hati dan keserakahan, serta memiliki kasih sayang terhadap semua makhluk dan bukan memiliki sifat kejam.

F. Penutup

Dari pembahasan di atas dapatlah dimengerti bahwa Saddha bisa berfungsi sebagai dasar bagi seseorang untuk melakukan kebajikan. Ia melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan didasari keyakinan yang benar, bukan atas keyakinan yang membuta terhadap suatu ajaran. Suatu keyakinan adalah hasil dari penyelidikan yang menghasilkan pengetahuan dan berlandaskan kebajikan (Pabba maya saddha).

Kebijaksanaan yang dipraktekkan adalah penting bagi kita semua untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup ini, kebajikan saja tidaklah cukup. Kebajikan harus dikombinasikan dengan kebijaksanaan. Kebajikan dan kebijaksanaan ibarat dua sisi dari mata uang yang tak terpisahkan. Kebijaksanaan bertindak seperti mata seorang manusia dan kebajikan adalah kaki-kakinya. Kebajikan adalah seperti sebuah kendaraan yang membawa manusia pada gerbang keselamatan. Tetapi kebijaksanaan adalah kunci sebenarnya yang akan membuka pintu gerbang tersebut. Kebijaksanaan inilah yang membimbing seseorang untuk melakukan kebajikan dan perilaku yang baik.



Referensi:

1. Maggala Sutta

2. Vijja Dhamma
 
Bls: Semaikanlah Benih Kebajikan

agama Budha itu emang agama yang seimbang ya antara manusia dan lingkungan
 
Back
Top