bidjiegandume
New member
B E N A R
"Allah adalah Benar"
Roma 3:4
"Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya"
Ibrani 13:8
"Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain . . ."
Efesus 4:24-25
B E N A R
1. HAYAT DAN SIFAT ALLAH ADALAH BENAR
Roma 3:4 mengatakan, "Allah adalah benar." Efesus 4:24 mengatakan, "Manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Satu Tesalonika 1:9 mengatakan, "Melayani Allah yang hidup dan yang benar." Dan 1 Yohanes 5:20 mengatakan, "Dialah Allah yang benar."
Allah adalah benar, sebab Allah tetap ada (Ibr. 1:10-11; Mzm. 90:2), selamanya tak berubah, "padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran" (Yak. 1:17). "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibr. 13:8).
Firman Allah juga benar "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada" (Mzm. 33:9). "Berfirmanlah Allah . . . Dan jadilah demikian" (Kej. 1:24). "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Mat. 24:35). "Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya" (1 Ptr. 1:25). "Karena kamu telah dilahirkan kembali . . . melalui firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1 Ptr. 1:23). Allah adalah "Allah yang tidak berdusta" (Tit. 1:2). "Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah" (2 Kor. 1:20)
Dalam alam semesta, hanya Allah dan firman-Nya yang benar. Dalam suatu sidang pelatihan di Kuling yang dipimpin oleh Saudara Watchman Nee, selesai bersaksi, seorang saudara bertanya, "Mengapa orang yang dulu pernah sakit, kemudian beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan, namun gejala sakitnya tetap ada?" Saudara Watchman Nee menjawab, "Hari ini dalam alam semesta hanya Allah dan firman-Nya yang benar, lainnya semua palsu. Karena itu, jika sudah beroleh firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu." Saudara tadi berkata: Pertanyaan ini saya ajukan karena sejak tahun 1936 saya muntah darah sehingga harus berbaring sepanjang tahun 1937. Kemudian saya beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan. Lalu saya pergi ke Cheefoo. Saat itu beberapa saudara sudah pindah ke tempat lain, sehingga semua tugas dipikul oleh kami yang masih muda. Setiap kali memberitakan Injil, kami selalu melakukannya dengan sekuat tenaga. Akibatnya, adakalanya saya masih bisa muntah darah. Gejala sakit itu terus berlangsung sampai tahun 1948. Ketika di Shanghai diadakan sidang khusus, gejala sakit itu menjadi lebih parah. Saudara Watchman Nee menjawab, "Jika sudah ada firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu. Janganlah percaya kepadanya." Kenyataannya sungguh demikian, sejak tahun 1948 hingga kini (1986), selama 38 tahun, gejala sakit itu tidak kambuh lagi, dan usia saya sekarang sudah lebih dari 70 tahun. Jawaban Saudara Wachman Nee sungguh indah, ia benar-benar adalah orang yang mengenal Allah.
Selanjutnya, Saudara Watchman Nee sendiri mengisahkan kesaksian bagaimana ia beroleh kesembuhan: Saya pernah sekali menderita sakit parah, berturut-turut beberapa malam saya tidak dapat tidur. Suhu badan saya sangat tinggi, denyut nadi saya sangat cepat, saya merasa bahwa saya sudah tidak jauh dari pintu maut. Pada malam itu, saya berdoa dan Tuhan mendengar doa saya. Keesokan siang harinya, Tuhan memberi saya sebuah firman, "Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu" (Rm. 8:11). Saya lalu mengira bahwa hari itu saya pasti dapat tidur dengan baik. Tetapi faktanya lebih buruk lagi. Suhu badan saya malah semakin tinggi, denyut nadi pun semakin cepat. Setan segera mendatangi saya dan berkata, "Di manakah janji firman Allah itu? Lihatlah, kau tidak dihidupkan!" Saat itu juga Allah memberi saya dua ayat lagi: "Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia" (Yun.2:8); "Firman-Mu itulah kebenaran" (Yoh. 17:17). Ayat pertama mengacu kepada keadaan lahir, yakni gejala sakit yang di luar, itu semua sia-sia dan dusta; dan ayat berikutnya mengacu kepada firman Allah saja yang benar. Kalau demikian, bagaimanapun tingginya suhu badan dan cepatnya denyut nadi saya, semuanya itu semu, bahkan kesulitan tidur saya pun semu. Saya segera mengucap syukur kepada Allah dan berkata bahwa perkataan Roma 8:11 itulah yang benar, sedang semua gejala sakit saya adalah semu. Setelah saya beriman dan mengumumkan demikian, sore harinya suhu badan dan denyut nadi saya normal kembali, dan malamnya saya bisa tidur dengan nyenyak.
2. HAYAT DAN SIFAT MANUSIA ADALAH SEMU
Pada satu aspek, Roma 3:4 mengatakan, "Allah adalah benar," pada aspek lain mengatakan, "Manusia pembohong." "Sebab: 'Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur'" (1 Ptr. 1:24). "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yak. 4:14). ". . . Kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan" (Mzm. 4:3). Orang Israel menghendaki Barabas, menolak Kristus (Mat. 27:21-22). Orang-orang di dunia hanya ingin uang, harta, kedudukan, dan reputasi; berambisi kepada kemuliaan yang semu, tetapi enggan akan Kristus yang benar dan kemuliaan yang sejati. "Ia (orang-orang dunia) hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti" (Mzm. 39:7). Sibuk menimbun harta, tetapi pada akhirnya sia-sia belaka. Hanya Kristuslah yang sejati. Cari dan dapatkanlah Dia! Jangan memperebutkan harta yang tidak menentu.
Tuhan Yesus mencela orang Israel karena menyembah Allah dengan kepalsuan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku" (Mat. 15:8-9). Dalam hal menghormati orang tua, mereka juga semu: "Tetapi kamu berkata: Siapa saja yang berkata kepada bapaknya atau kepada ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dari aku adalah persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapaknya atau ibunya" (Mat. 15:5-6). Dengan dalih itu, mereka tidak lagi memelihara orang tua mereka; mereka melakukan kebajikan semu. Seperti orang-orang Farisi yang munafik, ketika memberi sedekah, meniup terompet di hadapan orang; ketika berdoa, senang berdiri di tempat ibadah atau di persimpangan jalan, agar kelihatan orang banyak; ketika berpuasa, wajahnya dibuat bermuram durja. Orang Farisi senang mencobai Tuhan melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, untuk mendapatkan alasan menuduh Tuhan. Orang-orang Yahudi sangat bergairah terhadap Allah, namun tidak menurut pengetahuan yang benar, sebaliknya, mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, dan tidak takluk kepada kebenaran Allah (Rm. 10:2-3).
Racun dusta Iblis telah terinjeksi ke dalam diri manusia, sehingga manusia menjadi pendusta, dan apa yang dikatakan dan dilakukan manusia menjadilah dusta, palsu dan sia-sia. "Dasar orang Kreta pembohong . . ." (Tit. 1:12). Manusia telah menjadi anak-anak Iblis, Iblis adalah bapa semua orang yang berdusta (Yoh. 8:44).
3. GEREJA SESIFAT DENGAN ALLAH
Allah adalah benar, gereja sesifat dengan Allah, juga harus benar. Gereja adalah manusia baru "yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef. 4:24). Dikatakan selanjutnya, "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain" (Ef. 4:25). Segala yang ada di dalam gereja, haruslah benar; kedustaan dan kepalsuan tidak seharusnya ada.
a. Gereja Tidak Boleh Mentolerir Dusta
Iblis mendirikan kerajaannya dengan dusta, Iblis merusak Kerajaan Allah juga dengan dusta. Karena itu, gereja tidak boleh mentolerir dusta dan kepalsuan. Tercatat dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira menjual tanah mereka dan menahan sebagian dari hasil penjualannya, mendustai Allah. Akibatnya, putuslah nyawa mereka.
b. Dalam Gereja, Segalanya Harus Berada
di dalam Roh dan Kebenaran
1) Menyembah dengan Roh dan Kebenaran
"Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:24).
2) Menerima Sunat yang Sejati
"Sebab kitalah orang-orang bersunat yang beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak mengandalkan hal-hal lahiriah" (Flp. 3:3). " . . . dan sunat sejati ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harfiah" (Rm. 2:29).
3) Orang Yahudi Sejati
"Orang Yahudi sejati ialah yang melakukannya dari batin" (Rm. 2:29 Tl.); "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23).
Kisah kesaksian: Ada seorang anak negro bernama Yekana. Ia tinggal di asrama suatu misi penginjilan di Afrika Tengah. Sejak kecil ia sudah mendengar Injil dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Pada suatu hari, pembimbingnya menyuruh Yekana menyapu kelas. Ketika Yekana menyapu sampai di depan sebuah almari besar, ia berpikir, "Tidak perlu menyapu yang di balik almari. Disapu atau tidak, tetap tidak akan dilihat orang, buat apa menambah-nambah pekerjaan?" Namun, ada satu pikiran lain yang muncul, "Di seluruh ruang kelas ini, ada satu tempat di mana saya boleh menyapunya untuk Tuhan, karena orang lain tidak akan tahu." Demikianlah kemudian ia menyapu bagian belakang almari besar itu. Saat menyapu, ia berdoa, "Tuhan, aku menyapu tempat ini untuk-Mu." Sungguh tepat dengan yang dikatakan dalam Kolose 3:23.
Dalam Efesus 6:5-7 dikatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya dengan tulus hati, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.
Seorang saudara mengatakan bahwa bahaya kaum saleh ialah dari luarnya tidak mengubah kebiasaannya mengasihi Tuhan, namun dari dalamnya telah kehilangan kasih yang semula terhadap Tuhan.
4) Harus Menanggung Satu Kuk dengan Sesungguhnya
Bukan saling memperlakukan secara lahiriah, melainkan dengan sehati sejiwa (Flp. 4:3; 2 Kor. 12:18). Bersama melayani, juga bisa bersama berdoa; saling berbaur di dalam roh. Bukan hanya bersekutu di bibir, tetapi dalam roh harus saling memberi respon. Sehati di batin, sejalan di lahir.
4. HARUS MENJADI ORANG ISRAEL SEJATI
Orang Israel sejati adalah orang yang tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47). Melayani dalam gereja janganlah menyimpan maksud atau ambisi apa pun. Berambisi berarti licik. Harus murni untuk Tuhan, untuk gereja dengan setulusnya. Seperti syair sebuah lagu: "Setiap pencinta Tuhan yang tulus, tidak menghiraukan bahagia atau celaka".
5. BENAR BERARTI SELARAS LAHIR DAN BATIN
Bagaimana yang di dalam, begitu pula penyataannya yang di luar. Yohanes Pembaptis berkata kepada Herodes bahwa ia memperistri Herodias itu tidak halal (Mat. 14:4). Yohanes adalah seorang yang benar; batin dan lahirnya selaras. Ketika Filipus bersaksi kepada Natanael tentang Tuhan Yesus, Natanael berkata, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Ini benar, selaras lahir dan batin. Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Ketika di Antiokhia, Petrus bersikap lemah dalam kebenaran, yaitu berpura-pura meninggalkan kaum beriman bukan Yahudi, Barnabas juga ikut-ikutan berpura-pura. Melihat kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil, Paulus dengan terus terang menentangnya. Ini benar (Gal. 2:11-15).
Tuhan menghendaki kita benar, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak" (Mat. 5:37). Jangan lain di mulut, lain pula di hati.
Saudara Witness Lee berkata, "Sering kali orang yang melayani dalam gereja sangat kawakan." Maafkan saya berkata demikian, sangat kawakan sehingga menjadi 'hebat'. Walaupun hatinya sangat tidak menyukai seseorang, tetapi di luarnya tetap bisa bersenyum simpul. Kalau Anda tidak menyenangi seseorang atas sikapnya yang tidak benar, Anda tidak boleh melampiaskan amarah kepadanya, itu benar; tetapi senyum simpul dengan pura-pura, itu tidak seharusnya, itu munafik. Anda harus menunjukkan sikap serius di hadapannya sehingga ia merasakan bahwa Anda tidak menyukainya. Ini baru benar. Tidak melampiaskan amarah itu benar, namun bersenyum dengan pura-pura itu tidak benar. Dalam organisasi masyarakat, orang mungkin berpura-pura, bermain politik, atau main kayu, tetapi di dalam gereja, terhadap saudara saudari, tidak boleh demikian. Lebih-lebih orang yang melayani, harus ada kebenaran dan kejujuran. Baik tutur kata, sikap, pernyataan, maupun pergaulan dengan saudara saudari, harus ada kebenaran dan kejujuran.
Begitu Anda tidak benar dan tidak jujur, Anda membawa suatu maksud tertentu, itu berarti bermain politik, itu adalah kusta pada pakaian yang dikatakan dalam Imamat 13. Misalnya, Anda memberi sesuatu kepada seorang saudara karena memang Anda di hadapan Allah mempunyai beban, perasaan, dan kasih kepadanya. Kemudian, perbuatan lahir Anda sesuai dengan batin Anda. Itu adalah perkara yang indah. Namun jika hal itu Anda lakukan tanpa beban, tanpa pimpinan, dan tanpa kasih, melainkan karena bermaksud meminta agar ia mengerjakan sesuatu demi kepentingan Anda, itu adalah kusta pada pakaian di hadapan Allah. Hal demikian pantang dilakukan.
Saudara saudari, sampai-sampai kesungkanan dan sopan santun kita pun harus benar, tulus ikhlas. Jangan di luarnya berjabat tangan, tetapi di dalam hati menggeleng-gelengkan kepala.
Memang kita harus mengekang amarah. Misalkan, ada beberapa saudara bermasalah, lalu masalah itu dibawa ke hadapan Anda. Anda tahu bahwa Anda tidak boleh marah-marah, karena itu, Anda menahan diri dan berwajah manis terhadap mereka. Namun setelah mereka pergi, Anda segera menggerutu, dengan marah sekali Anda berkata, "Mereka benar-benar kurang ajar! Selama aku melayani, aku tidak pernah menginginkan uang mereka, mengapa mereka begitu merongrong aku!" Jika demikian, itu adalah mengekang amarah dengan munafik. Jangan sekali-kali kita berbuat demikian. Pengekangan yang sesungguhnya ialah Anda tunduk di bawah kuasa tangan Tuhan, menerima pengaturan Tuhan, dan menanggulangi temperamen Anda. Anda tidak saja menerima penanggulangan di hadapan saudara-saudara, setelah mereka pergi, Anda pun harus menerima penanggulangan di hadapan Tuhan. Dengan rasa sesal Anda harus berkata, "O Tuhan, aku mengakui bahwa temperamenku sangat buruk, aku sungguh benci akan diriku sendiri. Tuhan, aku mohon belas kasihan-Mu, kalau tidak, gereja akan kacau karena aku." Inilah pengekangan temperamen yang sesungguhnya.
Ada juga orang yang hidupnya tidak konsisten, lain di luar, lain pula di gereja, di hadapan saudara saudari. Demikian adalah munafik. Kehidupan kita di tengah-tengah kaum saleh seharusnya sama dengan kehidupan kita yang individual. Bagaimanapun, kita harus menjadi orang yang benar dan konsisten. Sebagai seorang yang melayani, yang dibutuhkan adalah manusia Anda, bukan cara Anda, sebab bukan cara yang bisa mengatur gereja, melainkan manusia.
Seorang saudara berkata, "Kalau keadaan Anda tidak begitu baik, tetapi Anda buat-buat supaya kelihatan baik, itu berarti tidak bening. Kondisi orang Kristen harus bening, karena kelak di hadapan Allah, segalanya bening. Sebab itu, hari ini kita harus menjadi manusia yang bening, yang apa adanya, jangan bersandiwara."
Adakalanya jika terlampau mahir dalam menangani suatu perkara, seseorang mudah sekali menjadi orang yang bermuka dua, bisa hitam, bisa putih. Seperti mempunyai dua lidah, bisa mengucapkan dua jenis perkataan. Orang yang melayani tidak seharusnya demikian. Harus konsisten, apa yang terkandung di hati, itu pula yang dinyatakan di bibir dan perbuatan.
Orang Kristen memang harus belajar membawa diri, tetapi jangan munafik seperti yang dilakukan khalayak dalam masyarakat hari ini. Misalnya, ada seorang saudara bermasalah di hadapan Allah, Anda mengetahui hal itu. Kemudian ia datang membicarakan masalahnya kepada Anda. Bagaimana sikap Anda? Kalau Anda tidak mampu menegurnya, Anda tidak boleh mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Anda harus mempertimbangkan keadaannya dan daya penerimaannya. Kalau dia tidak bisa menerima teguran Anda, lebih baik Anda berdiam diri. Jangan sekali-kali Anda bersikap munafik dan berkata kepadanya, "Saudara, Anda tidak bersalah, Anda baik."
Saudara Witness Lee sering menjumpai kasus seperti di bawah ini. Adakalanya, setelah saudara yang bermasalah itu berbincang-bincang dan pergi, saudara pewajib gereja yang tadinya berkata bahwa saudara itu benar, segera berkata kepada saudara Lee, "Saudara Lee, saudara tadi itu sangat tidak karuan." Saudara Lee lalu berkata, "Anda telah menipu saudara Anda." Saudara pewajib itu malah menjelaskan bahwa saudara itu buruk sekali temperamennya, dan pasti ia akan segera naik pitam jika disalahkan, bahkan bisa memukul. Kata Saudara Lee, "Saudara, sekalipun Anda takut dipukul olehnya, Anda tidak seharusnya mengatakan bahwa ia benar, itu adalah munafik. Kalau Anda merasa bahwa ia tidak bisa menerima, ketika ia membicarakan kasusnya kepada Anda, lebih baik Anda diam saja. Tutup mulut pada saat-saat demikian sering kali lebih besar khasiatnya daripada berterus terang. Anda tidak usah membangkitkan amarahnya, namun Anda pun jangan memujinya."
Segala perkara di kolong langit ini, kecuali yang tidak Anda lakukan, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang, tidak peduli bagaimana ketatnya Anda merahasiakannya. Misalnya, Anda berkata kepada seorang saudara bahwa ia lumayan baik, tetapi setelah ia pergi, Anda berkata kepada orang lain bahwa ia sangat tidak karuan. Camkan baik-baik: Komentar Anda itu, tidak sampai setengah tahun akan sampai ke telinganya. Dan ia akan berkata, bahwa Anda tidak benar dan bermuka dua. Ini berarti Anda mengkhianati diri Anda sendiri.
Satu contoh lagi: Misalnya ada seorang saudara mengajukan satu usul kepada Anda, yaitu agar diadakan sidang untuk pembacaan Alkitab. Anda memang tidak berselera terhadap pembacaan Alkitab dan Anda lebih menyukai berdoa, karena itu Anda sama sekali tidak mau menerima usulnya. Namun, Anda bermain politik, Anda lalu beralasan bahwa sekarang ini, hari Senin untuk sidang pewajib rumahan, hari Selasa untuk berdoa, hari Rabu untuk pembinaan orang yang baru percaya, hari Kamis untuk penginjilan, hari Jumat untuk anu, dan hari Sabtu untuk remaja. Jadi tidak ada waktu untuk pembacaan Alkitab. Batin Anda tahu bahwa dengan berkata demikian, Anda telah menipu saudara Anda. Sebenarnya, masalah dalam batin Anda bukannya tidak ada waktu, melainkan tidak berselera, itu hanya dalih belaka. Ingatlah, pertama kali Anda berdalih demikian, mungkin ia tidak merasa, tetapi lambat laun ia akan mengerti. Terhadap anak kecil saja kita tidak bisa sering membohonginya, apalagi terhadap orang dewasa. Pertama kali Anda menipu dia, dia percaya bahwa Anda benar, tetapi bila lain kali Anda mengulangi kata-kata itu, ia akan mengerti bahwa Anda sedang bermain politik. Karena itu, harus belajar menerima dari dalam hati. Jika Anda memang tidak bisa menerima, Anda boleh tidak memberi respon apa-apa, atau terus terang saja berkata kepada saudara itu bahwa Anda tidak setuju mengadakan sidang untuk pembacaan Alkitab seperti yang ia usulkan. Jangan sekali-kali Anda menjadi politikus, dengan alasan ini dan itu, Anda mengatakan kata-kata yang politis. Akibat yang ditimbulkan oleh hikmat duniawi lebih mencelakakan orang daripada berbicara dengan terus terang. Kadang-kadang lebih baik berterus terang, berbicara apa adanya, kalau ya, katakan "Ya", kalau tidak, katakan "Tidak". Andaikata orang itu tidak mau menerima, kita boleh diam, tetapi jangan mencari alasan.
6. BENAR BERARTI TIDAK MENUTUP-NUTUPI
Kadangkala, demi kebaikan orang lain, kita tidak perlu berkomentar, dengan hikmat kita boleh mengalihkan ke perkara lain, tetapi jangan dengan kondisi lain menutup-nutupi kondisi yang sedang Anda hadapi.
Dalam Injil Matius 21:27 tercatat, orang-orang Farisi berpura-pura mengatakan, "Kami tidak tahu," itu munafik. Lalu Tuhan berkata, "Aku juga tidak mengatakan kepadamu," ini benar dan berhikmat.
Kita harus hidup dalam roh dan tinggal di dalam kasih, barulah kita bisa menjadi orang yang benar dan berhikmat.
7. ORANG YANG BENAR
BARU BISA DIPERCAYA OLEH ORANG LAIN
Setiap pelayan Tuhan harus bisa dipercaya oleh orang lain, namun hanya orang yang berkarakter benar baru bisa mendapat kepercayaan orang.
Ada orang, saat ia berjumpa dengan saudara yang tengah mengalami kekurangan, ia berkata kepadanya, "Oh, Anda sedang kekurangan? Semoga Tuhan memelihara Anda." Tetapi, begitu ia membalikkan badannya, ia sama sekali sudah melupakan saudara tersebut. Itu adalah ucapan munafik. Ia sama sekali tidak mempunyai hati, tidak seharusnya berkata begitu. Saudara itu kehilangan mata pencaharian, ia sedang menderita. Kalau Anda tidak menaruh rasa prihatin terhadapnya, janganlah Anda dengan pura-pura membuat pernyataan itu. Itu adalah munafik. Kalau Anda hanya sekali itu menjadi orang munafik lalu segera berpindah ke bulan, itu boleh saja. Tetapi jika tidak, lambat laun bila orang mendengar Anda berkata, "Oh" lagi, orang akan muak mendengarnya. Orang lain akan menilai Anda sebagai orang yang munafik.
Camkanlah: Tidak seorang pun yang membangun dirinya sendiri dengan kemunafikan bisa sukses. Bila Anda munafik, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang. Orang yang tidak bisa dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin sukses.
8. ORANG YANG BENAR RELA
MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI
Pekerjaan Tuhan menuntut pelayan-Nya berkorban. Orang yang tidak berkarakter benar, tidak mungkin mau berkorban untuk orang lain, dan tidak mungkin mati sahid bagi Tuhan. Meskipun kasih Tuhan mendorong kita sehingga kita berniat berkorban bagi orang lain, tetapi jika kita tidak memiliki karakter berkorban, mustahillah kita bisa menyesuaikan diri dengan hayat Tuhan yang berkorban itu. Orang yang selalu berebut kemanisan dan mundur bila datang kesukaran, bukanlah orang yang benar.
Syair Kidung No. 349 mengisahkan, "banyak orang yang tidak mau menempuh jalan Tuhan, namun mereka mau berkat Tuhan. Mereka mau berkat Tuhan, namun tidak mau memikul salib Tuhan." Orang yang tidak mau menderita adalah orang yang tidak benar. Selanjutnya dikatakan, "Kalau Tuhan selalu memberi dan menyediakan baginya, ia akan memuji nyaring. Namun, kalau Tuhan meminta sedikit darinya, ia segera sakit hati, menggerutu." Orang yang demikian adalah orang yang tidak benar. Terakhir dikatakan, "Namun bagi pencinta-Nya, semua (baik derita atau berkat) tak dihiraukan. Bahkan nyawa dan darah mereka pun rela mereka korbankan bagi Tuhan. Mohon Tuhan memberiku tekad semacam ini, setia tanpa mempedulikan hidup atau mati.
Orang yang demikian barulah orang yang benar, barulah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. "Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita" (1 Yoh. 3:16). Paulus adalah orang yang benar, maka ia rela berkorban untuk kaum saleh. Paulus berkata, " . . . bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1 Tes. 2:8).
Ketika untuk terakhir kalinya Saudara Watchman Nee datang ke Hongkong, saudara-saudara menasihatinya agar jangan kembali ke daratan China, sebab jika ia kembali masuk, ia tidak akan bisa keluar lagi. Tetapi ia berkata, "Kita telah mengeluarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja. Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedulikannya? Demikian, pada masa para rasul sebermula, ketika keadaan demikian, bukankah mereka tetap tinggal di Yerusalem? Aku tidak menghiraukan nyawaku. Jika rumah akan rubuh, dan anak-anakku ada di dalam rumah, aku harus sekuatnya menopang rumah itu. Sekalipun itu akan meminta nyawaku, aku tidak menyayanginya." Demikianlah ia kemudian kembali ke China daratan. Setelah masuk, beberapa lama kemudian ia ditangkap dan dipenjarakan selama 20 tahun, dan akhirnya mati dalam penjara. Ia adalah orang yang rela mengorbankan segalanya untuk saudara saudari.
9. ORANG YANG BENAR BARU MANTAP
Setiap pelayan Tuhan harus benar; tanpa kebenaran, tidak mungkin mantap. Membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, atau memimpin orang, harus benar. Jika tidak, niscaya tidak bisa mantap. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin membaca Alkitab dengan tuntas, ia tidak mungkin memberi bantuan yang sesungguhnya kepada orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin bisa melayani gereja, ia tidak bernilai di tangan Tuhan.
10. HARUS BENAR JUGA HARUS MENUNTUT
PEREMUKAN HAYAT ALAMIAH
Jika perlu marah, boleh marah, baru bisa marah; tidak seharusnya marah, tidak boleh marah, baru bisa mengendalikan diri.
Seperti Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang berjual-beli di Bait Allah, Ia bahkan membalikkan meja-meja penukar uang (Mat. 21). Mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah ia memandang sekeliling-Nya (Mrk. 3:5). Dan seperti Paulus menegur orang-orang Korintus (1 Kor. 3:1-3; 4:21).
Musa bisa memarahi orang Israel, ia pun bisa mendoakan mereka (Kel. 32:19-20, 30-32; Bil. 16:15, 41-46). Saudara Watchman Nee bisa menegur seorang saudara muda, setelah itu, ia bisa duduk bersamanya sambil berbincang-bincang. Ini menyatakan bahwa mereka pernah menuntut pelajaran peremukan.
11. KARAKTER SANGAT BERBEDA DENGAN MORAL
"Benar" yang kita katakan di sini bukan mengacu kepada "tidak berbohong". Karena orang yang suka berbohong mungkin sangat benar dalam memperlakukan orang lain, dan orang yang sangat bermoral, mungkin tidak pernah benar terhadap orang lain. Lawan kesungguhan adalah kepalsuan, ini masalah moralitas, masalah kebaikan atau kejahatan. Namun, "benar" yang kita bahas di sini, bukan masalah moral, melainkan masalah sifat. Tetapi karena sebagian besar merupakan hasil pembinaan manusia, maka disebut karakter.
"Allah adalah Benar"
Roma 3:4
"Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya"
Ibrani 13:8
"Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain . . ."
Efesus 4:24-25
B E N A R
1. HAYAT DAN SIFAT ALLAH ADALAH BENAR
Roma 3:4 mengatakan, "Allah adalah benar." Efesus 4:24 mengatakan, "Manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Satu Tesalonika 1:9 mengatakan, "Melayani Allah yang hidup dan yang benar." Dan 1 Yohanes 5:20 mengatakan, "Dialah Allah yang benar."
Allah adalah benar, sebab Allah tetap ada (Ibr. 1:10-11; Mzm. 90:2), selamanya tak berubah, "padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran" (Yak. 1:17). "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibr. 13:8).
Firman Allah juga benar "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada" (Mzm. 33:9). "Berfirmanlah Allah . . . Dan jadilah demikian" (Kej. 1:24). "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Mat. 24:35). "Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya" (1 Ptr. 1:25). "Karena kamu telah dilahirkan kembali . . . melalui firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1 Ptr. 1:23). Allah adalah "Allah yang tidak berdusta" (Tit. 1:2). "Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah" (2 Kor. 1:20)
Dalam alam semesta, hanya Allah dan firman-Nya yang benar. Dalam suatu sidang pelatihan di Kuling yang dipimpin oleh Saudara Watchman Nee, selesai bersaksi, seorang saudara bertanya, "Mengapa orang yang dulu pernah sakit, kemudian beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan, namun gejala sakitnya tetap ada?" Saudara Watchman Nee menjawab, "Hari ini dalam alam semesta hanya Allah dan firman-Nya yang benar, lainnya semua palsu. Karena itu, jika sudah beroleh firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu." Saudara tadi berkata: Pertanyaan ini saya ajukan karena sejak tahun 1936 saya muntah darah sehingga harus berbaring sepanjang tahun 1937. Kemudian saya beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan. Lalu saya pergi ke Cheefoo. Saat itu beberapa saudara sudah pindah ke tempat lain, sehingga semua tugas dipikul oleh kami yang masih muda. Setiap kali memberitakan Injil, kami selalu melakukannya dengan sekuat tenaga. Akibatnya, adakalanya saya masih bisa muntah darah. Gejala sakit itu terus berlangsung sampai tahun 1948. Ketika di Shanghai diadakan sidang khusus, gejala sakit itu menjadi lebih parah. Saudara Watchman Nee menjawab, "Jika sudah ada firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu. Janganlah percaya kepadanya." Kenyataannya sungguh demikian, sejak tahun 1948 hingga kini (1986), selama 38 tahun, gejala sakit itu tidak kambuh lagi, dan usia saya sekarang sudah lebih dari 70 tahun. Jawaban Saudara Wachman Nee sungguh indah, ia benar-benar adalah orang yang mengenal Allah.
Selanjutnya, Saudara Watchman Nee sendiri mengisahkan kesaksian bagaimana ia beroleh kesembuhan: Saya pernah sekali menderita sakit parah, berturut-turut beberapa malam saya tidak dapat tidur. Suhu badan saya sangat tinggi, denyut nadi saya sangat cepat, saya merasa bahwa saya sudah tidak jauh dari pintu maut. Pada malam itu, saya berdoa dan Tuhan mendengar doa saya. Keesokan siang harinya, Tuhan memberi saya sebuah firman, "Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu" (Rm. 8:11). Saya lalu mengira bahwa hari itu saya pasti dapat tidur dengan baik. Tetapi faktanya lebih buruk lagi. Suhu badan saya malah semakin tinggi, denyut nadi pun semakin cepat. Setan segera mendatangi saya dan berkata, "Di manakah janji firman Allah itu? Lihatlah, kau tidak dihidupkan!" Saat itu juga Allah memberi saya dua ayat lagi: "Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia" (Yun.2:8); "Firman-Mu itulah kebenaran" (Yoh. 17:17). Ayat pertama mengacu kepada keadaan lahir, yakni gejala sakit yang di luar, itu semua sia-sia dan dusta; dan ayat berikutnya mengacu kepada firman Allah saja yang benar. Kalau demikian, bagaimanapun tingginya suhu badan dan cepatnya denyut nadi saya, semuanya itu semu, bahkan kesulitan tidur saya pun semu. Saya segera mengucap syukur kepada Allah dan berkata bahwa perkataan Roma 8:11 itulah yang benar, sedang semua gejala sakit saya adalah semu. Setelah saya beriman dan mengumumkan demikian, sore harinya suhu badan dan denyut nadi saya normal kembali, dan malamnya saya bisa tidur dengan nyenyak.
2. HAYAT DAN SIFAT MANUSIA ADALAH SEMU
Pada satu aspek, Roma 3:4 mengatakan, "Allah adalah benar," pada aspek lain mengatakan, "Manusia pembohong." "Sebab: 'Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur'" (1 Ptr. 1:24). "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yak. 4:14). ". . . Kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan" (Mzm. 4:3). Orang Israel menghendaki Barabas, menolak Kristus (Mat. 27:21-22). Orang-orang di dunia hanya ingin uang, harta, kedudukan, dan reputasi; berambisi kepada kemuliaan yang semu, tetapi enggan akan Kristus yang benar dan kemuliaan yang sejati. "Ia (orang-orang dunia) hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti" (Mzm. 39:7). Sibuk menimbun harta, tetapi pada akhirnya sia-sia belaka. Hanya Kristuslah yang sejati. Cari dan dapatkanlah Dia! Jangan memperebutkan harta yang tidak menentu.
Tuhan Yesus mencela orang Israel karena menyembah Allah dengan kepalsuan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku" (Mat. 15:8-9). Dalam hal menghormati orang tua, mereka juga semu: "Tetapi kamu berkata: Siapa saja yang berkata kepada bapaknya atau kepada ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dari aku adalah persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapaknya atau ibunya" (Mat. 15:5-6). Dengan dalih itu, mereka tidak lagi memelihara orang tua mereka; mereka melakukan kebajikan semu. Seperti orang-orang Farisi yang munafik, ketika memberi sedekah, meniup terompet di hadapan orang; ketika berdoa, senang berdiri di tempat ibadah atau di persimpangan jalan, agar kelihatan orang banyak; ketika berpuasa, wajahnya dibuat bermuram durja. Orang Farisi senang mencobai Tuhan melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, untuk mendapatkan alasan menuduh Tuhan. Orang-orang Yahudi sangat bergairah terhadap Allah, namun tidak menurut pengetahuan yang benar, sebaliknya, mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, dan tidak takluk kepada kebenaran Allah (Rm. 10:2-3).
Racun dusta Iblis telah terinjeksi ke dalam diri manusia, sehingga manusia menjadi pendusta, dan apa yang dikatakan dan dilakukan manusia menjadilah dusta, palsu dan sia-sia. "Dasar orang Kreta pembohong . . ." (Tit. 1:12). Manusia telah menjadi anak-anak Iblis, Iblis adalah bapa semua orang yang berdusta (Yoh. 8:44).
3. GEREJA SESIFAT DENGAN ALLAH
Allah adalah benar, gereja sesifat dengan Allah, juga harus benar. Gereja adalah manusia baru "yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef. 4:24). Dikatakan selanjutnya, "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain" (Ef. 4:25). Segala yang ada di dalam gereja, haruslah benar; kedustaan dan kepalsuan tidak seharusnya ada.
a. Gereja Tidak Boleh Mentolerir Dusta
Iblis mendirikan kerajaannya dengan dusta, Iblis merusak Kerajaan Allah juga dengan dusta. Karena itu, gereja tidak boleh mentolerir dusta dan kepalsuan. Tercatat dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira menjual tanah mereka dan menahan sebagian dari hasil penjualannya, mendustai Allah. Akibatnya, putuslah nyawa mereka.
b. Dalam Gereja, Segalanya Harus Berada
di dalam Roh dan Kebenaran
1) Menyembah dengan Roh dan Kebenaran
"Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:24).
2) Menerima Sunat yang Sejati
"Sebab kitalah orang-orang bersunat yang beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak mengandalkan hal-hal lahiriah" (Flp. 3:3). " . . . dan sunat sejati ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harfiah" (Rm. 2:29).
3) Orang Yahudi Sejati
"Orang Yahudi sejati ialah yang melakukannya dari batin" (Rm. 2:29 Tl.); "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23).
Kisah kesaksian: Ada seorang anak negro bernama Yekana. Ia tinggal di asrama suatu misi penginjilan di Afrika Tengah. Sejak kecil ia sudah mendengar Injil dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Pada suatu hari, pembimbingnya menyuruh Yekana menyapu kelas. Ketika Yekana menyapu sampai di depan sebuah almari besar, ia berpikir, "Tidak perlu menyapu yang di balik almari. Disapu atau tidak, tetap tidak akan dilihat orang, buat apa menambah-nambah pekerjaan?" Namun, ada satu pikiran lain yang muncul, "Di seluruh ruang kelas ini, ada satu tempat di mana saya boleh menyapunya untuk Tuhan, karena orang lain tidak akan tahu." Demikianlah kemudian ia menyapu bagian belakang almari besar itu. Saat menyapu, ia berdoa, "Tuhan, aku menyapu tempat ini untuk-Mu." Sungguh tepat dengan yang dikatakan dalam Kolose 3:23.
Dalam Efesus 6:5-7 dikatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya dengan tulus hati, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.
Seorang saudara mengatakan bahwa bahaya kaum saleh ialah dari luarnya tidak mengubah kebiasaannya mengasihi Tuhan, namun dari dalamnya telah kehilangan kasih yang semula terhadap Tuhan.
4) Harus Menanggung Satu Kuk dengan Sesungguhnya
Bukan saling memperlakukan secara lahiriah, melainkan dengan sehati sejiwa (Flp. 4:3; 2 Kor. 12:18). Bersama melayani, juga bisa bersama berdoa; saling berbaur di dalam roh. Bukan hanya bersekutu di bibir, tetapi dalam roh harus saling memberi respon. Sehati di batin, sejalan di lahir.
4. HARUS MENJADI ORANG ISRAEL SEJATI
Orang Israel sejati adalah orang yang tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47). Melayani dalam gereja janganlah menyimpan maksud atau ambisi apa pun. Berambisi berarti licik. Harus murni untuk Tuhan, untuk gereja dengan setulusnya. Seperti syair sebuah lagu: "Setiap pencinta Tuhan yang tulus, tidak menghiraukan bahagia atau celaka".
5. BENAR BERARTI SELARAS LAHIR DAN BATIN
Bagaimana yang di dalam, begitu pula penyataannya yang di luar. Yohanes Pembaptis berkata kepada Herodes bahwa ia memperistri Herodias itu tidak halal (Mat. 14:4). Yohanes adalah seorang yang benar; batin dan lahirnya selaras. Ketika Filipus bersaksi kepada Natanael tentang Tuhan Yesus, Natanael berkata, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Ini benar, selaras lahir dan batin. Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Ketika di Antiokhia, Petrus bersikap lemah dalam kebenaran, yaitu berpura-pura meninggalkan kaum beriman bukan Yahudi, Barnabas juga ikut-ikutan berpura-pura. Melihat kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil, Paulus dengan terus terang menentangnya. Ini benar (Gal. 2:11-15).
Tuhan menghendaki kita benar, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak" (Mat. 5:37). Jangan lain di mulut, lain pula di hati.
Saudara Witness Lee berkata, "Sering kali orang yang melayani dalam gereja sangat kawakan." Maafkan saya berkata demikian, sangat kawakan sehingga menjadi 'hebat'. Walaupun hatinya sangat tidak menyukai seseorang, tetapi di luarnya tetap bisa bersenyum simpul. Kalau Anda tidak menyenangi seseorang atas sikapnya yang tidak benar, Anda tidak boleh melampiaskan amarah kepadanya, itu benar; tetapi senyum simpul dengan pura-pura, itu tidak seharusnya, itu munafik. Anda harus menunjukkan sikap serius di hadapannya sehingga ia merasakan bahwa Anda tidak menyukainya. Ini baru benar. Tidak melampiaskan amarah itu benar, namun bersenyum dengan pura-pura itu tidak benar. Dalam organisasi masyarakat, orang mungkin berpura-pura, bermain politik, atau main kayu, tetapi di dalam gereja, terhadap saudara saudari, tidak boleh demikian. Lebih-lebih orang yang melayani, harus ada kebenaran dan kejujuran. Baik tutur kata, sikap, pernyataan, maupun pergaulan dengan saudara saudari, harus ada kebenaran dan kejujuran.
Begitu Anda tidak benar dan tidak jujur, Anda membawa suatu maksud tertentu, itu berarti bermain politik, itu adalah kusta pada pakaian yang dikatakan dalam Imamat 13. Misalnya, Anda memberi sesuatu kepada seorang saudara karena memang Anda di hadapan Allah mempunyai beban, perasaan, dan kasih kepadanya. Kemudian, perbuatan lahir Anda sesuai dengan batin Anda. Itu adalah perkara yang indah. Namun jika hal itu Anda lakukan tanpa beban, tanpa pimpinan, dan tanpa kasih, melainkan karena bermaksud meminta agar ia mengerjakan sesuatu demi kepentingan Anda, itu adalah kusta pada pakaian di hadapan Allah. Hal demikian pantang dilakukan.
Saudara saudari, sampai-sampai kesungkanan dan sopan santun kita pun harus benar, tulus ikhlas. Jangan di luarnya berjabat tangan, tetapi di dalam hati menggeleng-gelengkan kepala.
Memang kita harus mengekang amarah. Misalkan, ada beberapa saudara bermasalah, lalu masalah itu dibawa ke hadapan Anda. Anda tahu bahwa Anda tidak boleh marah-marah, karena itu, Anda menahan diri dan berwajah manis terhadap mereka. Namun setelah mereka pergi, Anda segera menggerutu, dengan marah sekali Anda berkata, "Mereka benar-benar kurang ajar! Selama aku melayani, aku tidak pernah menginginkan uang mereka, mengapa mereka begitu merongrong aku!" Jika demikian, itu adalah mengekang amarah dengan munafik. Jangan sekali-kali kita berbuat demikian. Pengekangan yang sesungguhnya ialah Anda tunduk di bawah kuasa tangan Tuhan, menerima pengaturan Tuhan, dan menanggulangi temperamen Anda. Anda tidak saja menerima penanggulangan di hadapan saudara-saudara, setelah mereka pergi, Anda pun harus menerima penanggulangan di hadapan Tuhan. Dengan rasa sesal Anda harus berkata, "O Tuhan, aku mengakui bahwa temperamenku sangat buruk, aku sungguh benci akan diriku sendiri. Tuhan, aku mohon belas kasihan-Mu, kalau tidak, gereja akan kacau karena aku." Inilah pengekangan temperamen yang sesungguhnya.
Ada juga orang yang hidupnya tidak konsisten, lain di luar, lain pula di gereja, di hadapan saudara saudari. Demikian adalah munafik. Kehidupan kita di tengah-tengah kaum saleh seharusnya sama dengan kehidupan kita yang individual. Bagaimanapun, kita harus menjadi orang yang benar dan konsisten. Sebagai seorang yang melayani, yang dibutuhkan adalah manusia Anda, bukan cara Anda, sebab bukan cara yang bisa mengatur gereja, melainkan manusia.
Seorang saudara berkata, "Kalau keadaan Anda tidak begitu baik, tetapi Anda buat-buat supaya kelihatan baik, itu berarti tidak bening. Kondisi orang Kristen harus bening, karena kelak di hadapan Allah, segalanya bening. Sebab itu, hari ini kita harus menjadi manusia yang bening, yang apa adanya, jangan bersandiwara."
Adakalanya jika terlampau mahir dalam menangani suatu perkara, seseorang mudah sekali menjadi orang yang bermuka dua, bisa hitam, bisa putih. Seperti mempunyai dua lidah, bisa mengucapkan dua jenis perkataan. Orang yang melayani tidak seharusnya demikian. Harus konsisten, apa yang terkandung di hati, itu pula yang dinyatakan di bibir dan perbuatan.
Orang Kristen memang harus belajar membawa diri, tetapi jangan munafik seperti yang dilakukan khalayak dalam masyarakat hari ini. Misalnya, ada seorang saudara bermasalah di hadapan Allah, Anda mengetahui hal itu. Kemudian ia datang membicarakan masalahnya kepada Anda. Bagaimana sikap Anda? Kalau Anda tidak mampu menegurnya, Anda tidak boleh mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Anda harus mempertimbangkan keadaannya dan daya penerimaannya. Kalau dia tidak bisa menerima teguran Anda, lebih baik Anda berdiam diri. Jangan sekali-kali Anda bersikap munafik dan berkata kepadanya, "Saudara, Anda tidak bersalah, Anda baik."
Saudara Witness Lee sering menjumpai kasus seperti di bawah ini. Adakalanya, setelah saudara yang bermasalah itu berbincang-bincang dan pergi, saudara pewajib gereja yang tadinya berkata bahwa saudara itu benar, segera berkata kepada saudara Lee, "Saudara Lee, saudara tadi itu sangat tidak karuan." Saudara Lee lalu berkata, "Anda telah menipu saudara Anda." Saudara pewajib itu malah menjelaskan bahwa saudara itu buruk sekali temperamennya, dan pasti ia akan segera naik pitam jika disalahkan, bahkan bisa memukul. Kata Saudara Lee, "Saudara, sekalipun Anda takut dipukul olehnya, Anda tidak seharusnya mengatakan bahwa ia benar, itu adalah munafik. Kalau Anda merasa bahwa ia tidak bisa menerima, ketika ia membicarakan kasusnya kepada Anda, lebih baik Anda diam saja. Tutup mulut pada saat-saat demikian sering kali lebih besar khasiatnya daripada berterus terang. Anda tidak usah membangkitkan amarahnya, namun Anda pun jangan memujinya."
Segala perkara di kolong langit ini, kecuali yang tidak Anda lakukan, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang, tidak peduli bagaimana ketatnya Anda merahasiakannya. Misalnya, Anda berkata kepada seorang saudara bahwa ia lumayan baik, tetapi setelah ia pergi, Anda berkata kepada orang lain bahwa ia sangat tidak karuan. Camkan baik-baik: Komentar Anda itu, tidak sampai setengah tahun akan sampai ke telinganya. Dan ia akan berkata, bahwa Anda tidak benar dan bermuka dua. Ini berarti Anda mengkhianati diri Anda sendiri.
Satu contoh lagi: Misalnya ada seorang saudara mengajukan satu usul kepada Anda, yaitu agar diadakan sidang untuk pembacaan Alkitab. Anda memang tidak berselera terhadap pembacaan Alkitab dan Anda lebih menyukai berdoa, karena itu Anda sama sekali tidak mau menerima usulnya. Namun, Anda bermain politik, Anda lalu beralasan bahwa sekarang ini, hari Senin untuk sidang pewajib rumahan, hari Selasa untuk berdoa, hari Rabu untuk pembinaan orang yang baru percaya, hari Kamis untuk penginjilan, hari Jumat untuk anu, dan hari Sabtu untuk remaja. Jadi tidak ada waktu untuk pembacaan Alkitab. Batin Anda tahu bahwa dengan berkata demikian, Anda telah menipu saudara Anda. Sebenarnya, masalah dalam batin Anda bukannya tidak ada waktu, melainkan tidak berselera, itu hanya dalih belaka. Ingatlah, pertama kali Anda berdalih demikian, mungkin ia tidak merasa, tetapi lambat laun ia akan mengerti. Terhadap anak kecil saja kita tidak bisa sering membohonginya, apalagi terhadap orang dewasa. Pertama kali Anda menipu dia, dia percaya bahwa Anda benar, tetapi bila lain kali Anda mengulangi kata-kata itu, ia akan mengerti bahwa Anda sedang bermain politik. Karena itu, harus belajar menerima dari dalam hati. Jika Anda memang tidak bisa menerima, Anda boleh tidak memberi respon apa-apa, atau terus terang saja berkata kepada saudara itu bahwa Anda tidak setuju mengadakan sidang untuk pembacaan Alkitab seperti yang ia usulkan. Jangan sekali-kali Anda menjadi politikus, dengan alasan ini dan itu, Anda mengatakan kata-kata yang politis. Akibat yang ditimbulkan oleh hikmat duniawi lebih mencelakakan orang daripada berbicara dengan terus terang. Kadang-kadang lebih baik berterus terang, berbicara apa adanya, kalau ya, katakan "Ya", kalau tidak, katakan "Tidak". Andaikata orang itu tidak mau menerima, kita boleh diam, tetapi jangan mencari alasan.
6. BENAR BERARTI TIDAK MENUTUP-NUTUPI
Kadangkala, demi kebaikan orang lain, kita tidak perlu berkomentar, dengan hikmat kita boleh mengalihkan ke perkara lain, tetapi jangan dengan kondisi lain menutup-nutupi kondisi yang sedang Anda hadapi.
Dalam Injil Matius 21:27 tercatat, orang-orang Farisi berpura-pura mengatakan, "Kami tidak tahu," itu munafik. Lalu Tuhan berkata, "Aku juga tidak mengatakan kepadamu," ini benar dan berhikmat.
Kita harus hidup dalam roh dan tinggal di dalam kasih, barulah kita bisa menjadi orang yang benar dan berhikmat.
7. ORANG YANG BENAR
BARU BISA DIPERCAYA OLEH ORANG LAIN
Setiap pelayan Tuhan harus bisa dipercaya oleh orang lain, namun hanya orang yang berkarakter benar baru bisa mendapat kepercayaan orang.
Ada orang, saat ia berjumpa dengan saudara yang tengah mengalami kekurangan, ia berkata kepadanya, "Oh, Anda sedang kekurangan? Semoga Tuhan memelihara Anda." Tetapi, begitu ia membalikkan badannya, ia sama sekali sudah melupakan saudara tersebut. Itu adalah ucapan munafik. Ia sama sekali tidak mempunyai hati, tidak seharusnya berkata begitu. Saudara itu kehilangan mata pencaharian, ia sedang menderita. Kalau Anda tidak menaruh rasa prihatin terhadapnya, janganlah Anda dengan pura-pura membuat pernyataan itu. Itu adalah munafik. Kalau Anda hanya sekali itu menjadi orang munafik lalu segera berpindah ke bulan, itu boleh saja. Tetapi jika tidak, lambat laun bila orang mendengar Anda berkata, "Oh" lagi, orang akan muak mendengarnya. Orang lain akan menilai Anda sebagai orang yang munafik.
Camkanlah: Tidak seorang pun yang membangun dirinya sendiri dengan kemunafikan bisa sukses. Bila Anda munafik, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang. Orang yang tidak bisa dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin sukses.
8. ORANG YANG BENAR RELA
MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI
Pekerjaan Tuhan menuntut pelayan-Nya berkorban. Orang yang tidak berkarakter benar, tidak mungkin mau berkorban untuk orang lain, dan tidak mungkin mati sahid bagi Tuhan. Meskipun kasih Tuhan mendorong kita sehingga kita berniat berkorban bagi orang lain, tetapi jika kita tidak memiliki karakter berkorban, mustahillah kita bisa menyesuaikan diri dengan hayat Tuhan yang berkorban itu. Orang yang selalu berebut kemanisan dan mundur bila datang kesukaran, bukanlah orang yang benar.
Syair Kidung No. 349 mengisahkan, "banyak orang yang tidak mau menempuh jalan Tuhan, namun mereka mau berkat Tuhan. Mereka mau berkat Tuhan, namun tidak mau memikul salib Tuhan." Orang yang tidak mau menderita adalah orang yang tidak benar. Selanjutnya dikatakan, "Kalau Tuhan selalu memberi dan menyediakan baginya, ia akan memuji nyaring. Namun, kalau Tuhan meminta sedikit darinya, ia segera sakit hati, menggerutu." Orang yang demikian adalah orang yang tidak benar. Terakhir dikatakan, "Namun bagi pencinta-Nya, semua (baik derita atau berkat) tak dihiraukan. Bahkan nyawa dan darah mereka pun rela mereka korbankan bagi Tuhan. Mohon Tuhan memberiku tekad semacam ini, setia tanpa mempedulikan hidup atau mati.
Orang yang demikian barulah orang yang benar, barulah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. "Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita" (1 Yoh. 3:16). Paulus adalah orang yang benar, maka ia rela berkorban untuk kaum saleh. Paulus berkata, " . . . bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1 Tes. 2:8).
Ketika untuk terakhir kalinya Saudara Watchman Nee datang ke Hongkong, saudara-saudara menasihatinya agar jangan kembali ke daratan China, sebab jika ia kembali masuk, ia tidak akan bisa keluar lagi. Tetapi ia berkata, "Kita telah mengeluarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja. Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedulikannya? Demikian, pada masa para rasul sebermula, ketika keadaan demikian, bukankah mereka tetap tinggal di Yerusalem? Aku tidak menghiraukan nyawaku. Jika rumah akan rubuh, dan anak-anakku ada di dalam rumah, aku harus sekuatnya menopang rumah itu. Sekalipun itu akan meminta nyawaku, aku tidak menyayanginya." Demikianlah ia kemudian kembali ke China daratan. Setelah masuk, beberapa lama kemudian ia ditangkap dan dipenjarakan selama 20 tahun, dan akhirnya mati dalam penjara. Ia adalah orang yang rela mengorbankan segalanya untuk saudara saudari.
9. ORANG YANG BENAR BARU MANTAP
Setiap pelayan Tuhan harus benar; tanpa kebenaran, tidak mungkin mantap. Membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, atau memimpin orang, harus benar. Jika tidak, niscaya tidak bisa mantap. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin membaca Alkitab dengan tuntas, ia tidak mungkin memberi bantuan yang sesungguhnya kepada orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin bisa melayani gereja, ia tidak bernilai di tangan Tuhan.
10. HARUS BENAR JUGA HARUS MENUNTUT
PEREMUKAN HAYAT ALAMIAH
Jika perlu marah, boleh marah, baru bisa marah; tidak seharusnya marah, tidak boleh marah, baru bisa mengendalikan diri.
Seperti Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang berjual-beli di Bait Allah, Ia bahkan membalikkan meja-meja penukar uang (Mat. 21). Mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah ia memandang sekeliling-Nya (Mrk. 3:5). Dan seperti Paulus menegur orang-orang Korintus (1 Kor. 3:1-3; 4:21).
Musa bisa memarahi orang Israel, ia pun bisa mendoakan mereka (Kel. 32:19-20, 30-32; Bil. 16:15, 41-46). Saudara Watchman Nee bisa menegur seorang saudara muda, setelah itu, ia bisa duduk bersamanya sambil berbincang-bincang. Ini menyatakan bahwa mereka pernah menuntut pelajaran peremukan.
11. KARAKTER SANGAT BERBEDA DENGAN MORAL
"Benar" yang kita katakan di sini bukan mengacu kepada "tidak berbohong". Karena orang yang suka berbohong mungkin sangat benar dalam memperlakukan orang lain, dan orang yang sangat bermoral, mungkin tidak pernah benar terhadap orang lain. Lawan kesungguhan adalah kepalsuan, ini masalah moralitas, masalah kebaikan atau kejahatan. Namun, "benar" yang kita bahas di sini, bukan masalah moral, melainkan masalah sifat. Tetapi karena sebagian besar merupakan hasil pembinaan manusia, maka disebut karakter.