fairish
New member
Dua minggu yang lalu merupakan ulang
tahunku yang ke-35 dan mood ku
tidak terlalu baik pada pagi itu.
Aku turun untuk sarapan dengan harapan
istriku akan mengucapkan
dengan penuh sukacita "Selamat Ulang Tahun
suamiku tersayang" dan mungkin saja
dengan sebuah kado ulang tahun untukku.
Waktu berlalu dan bahkan dia tidak
mengucapkan selamat pagi.
Aku berpikir, ya, itulah istri, tapi
mungkin anak-anakku akan mengingat
kalau hari ini aku berulang tahun.
Anak-anak datang ke meja makan untuk sarapan
namun mereka juga tidak
mengatakan satu patah katapun.
Akhirnya aku berangkat ke kantor
dengan perasaan penuh kecewa dan sedih.
Ketika aku masuk ke ruangan, sekertarisku,
Janet,
menyapaku "Selamat pagi Boss, Selamat Ulang
Tahun".
Dan akhirnya aku merasa sedikit terobati
mengetahui ada seseorang yang mengingat hari
ulang tahunku.
Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian
Janet mengetuk pintu ruanganku
dan berkata "Apakah Anda tidak menyadari
bahwa hari ini begitu cerah diluar
dan hari ini adalah hari ulang tahun Anda,
mari kita pergi makan siang,
hanya kita berdua".
Aku berkata "Wow, itu adalah perkataan
yang luar biasa yang saya dengar hari
ini, mari kita pergi".
Kami berdua pergi makan siang.
Kami tidak pergi ke tempat dimana
kami biasanya makan siang,
tetapi kami pergi ke tempat yang sepi.
Kami memesan 2 botol martiny
dan sangat menikmati makan siang kami.
Dalam perjalanan pulang ke kantor,
dia berkata, "Anda tahu ini adalah hari
yang begitu indah, Kita tidak perlu
kembali ke kantor kan?"
Tidak perlu, saya pikir tidak perlu, jawabku.
Lalu dia mengajak saya
untuk mampir ke apartemennya.
Setelah tiba di apartemennya, dia berkata,
"Boss, jika Anda tidak keberatan,
saya akan pergi ke ruang tidur
dan melepaskan sesuatu agar lebih nyaman".
Tentu saja sahutku dengan gembira.
Dia pergi kekamar tidur dan kira-kira
enam menit kemudian dia keluar
membawa kue ulang tahun yang besar
diiringi oleh istri, anak-anakku
dan sejumlah rekan kerja kami sambil
menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun.
Aku hanya duduk terpaku disana.
Di sebuah sofa panjang,
telanjang tanpa sehelai benang
tahunku yang ke-35 dan mood ku
tidak terlalu baik pada pagi itu.
Aku turun untuk sarapan dengan harapan
istriku akan mengucapkan
dengan penuh sukacita "Selamat Ulang Tahun
suamiku tersayang" dan mungkin saja
dengan sebuah kado ulang tahun untukku.
Waktu berlalu dan bahkan dia tidak
mengucapkan selamat pagi.
Aku berpikir, ya, itulah istri, tapi
mungkin anak-anakku akan mengingat
kalau hari ini aku berulang tahun.
Anak-anak datang ke meja makan untuk sarapan
namun mereka juga tidak
mengatakan satu patah katapun.
Akhirnya aku berangkat ke kantor
dengan perasaan penuh kecewa dan sedih.
Ketika aku masuk ke ruangan, sekertarisku,
Janet,
menyapaku "Selamat pagi Boss, Selamat Ulang
Tahun".
Dan akhirnya aku merasa sedikit terobati
mengetahui ada seseorang yang mengingat hari
ulang tahunku.
Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian
Janet mengetuk pintu ruanganku
dan berkata "Apakah Anda tidak menyadari
bahwa hari ini begitu cerah diluar
dan hari ini adalah hari ulang tahun Anda,
mari kita pergi makan siang,
hanya kita berdua".
Aku berkata "Wow, itu adalah perkataan
yang luar biasa yang saya dengar hari
ini, mari kita pergi".
Kami berdua pergi makan siang.
Kami tidak pergi ke tempat dimana
kami biasanya makan siang,
tetapi kami pergi ke tempat yang sepi.
Kami memesan 2 botol martiny
dan sangat menikmati makan siang kami.
Dalam perjalanan pulang ke kantor,
dia berkata, "Anda tahu ini adalah hari
yang begitu indah, Kita tidak perlu
kembali ke kantor kan?"
Tidak perlu, saya pikir tidak perlu, jawabku.
Lalu dia mengajak saya
untuk mampir ke apartemennya.
Setelah tiba di apartemennya, dia berkata,
"Boss, jika Anda tidak keberatan,
saya akan pergi ke ruang tidur
dan melepaskan sesuatu agar lebih nyaman".
Tentu saja sahutku dengan gembira.
Dia pergi kekamar tidur dan kira-kira
enam menit kemudian dia keluar
membawa kue ulang tahun yang besar
diiringi oleh istri, anak-anakku
dan sejumlah rekan kerja kami sambil
menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun.
Aku hanya duduk terpaku disana.
Di sebuah sofa panjang,
telanjang tanpa sehelai benang