~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

@eragon
nggak tau,,,,,,,,,asal bikin aja,,,,,
masalah nama,,,,,hufh,,,(untung dah kau edit,egon!)
melanggar banyak peraturan untuk menciptakan cerita ini,setidaknya,,,,
^^

@kawan kawan~
maaaaaaffff!!!!! ceritanya terhenti beberapa hariiii
coz daina lagi bikin sambungannya,,,,,
(dai payahh!!! padahal hanya melewatkan sedikit waktu untuk copy dan paste modeeee!!!! dasar dai lemaaaahhhh!!!)

bagian berikutnya,,,,mungkin agak payah,,,,dai paling banyak kecewa di bagian inii,,,,
tapi dah daina usahakan bikin revisi yang sebaik baiknya,,,,

baikkk!!!! next!!!!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Daina


Pukul 02:30 malam,
kediaman Tasuku dan Daina.

________________________________________________
_______________________________________


Suara ribut apa,itu?

Perlahan aku bangun dari tempat tidurku.
Betapa terkejutnya diriku mendapati Tasuku berdiri disamping pintu tempat tidur kami,
dia melihat padaku. Dengan berjingkat dia mendekati dan menempelkan telunjuknya di bibirku.

“diam” bisiknya padaku.

Ia tidak menjelaskan apapun padaku,tapi dari raut wajahnya aku tahu ada sesuatu yang tidak beres.
Tiba tiba kami tersentak. terdengar alarm kunci digital di ruang penelitian pribadi dilantai atas berbunyi, sesaat kemudian alarm itu berhenti,mungkin...tidak sampai tiga detik...

Tasuku memegang bahuku, “Daina” bisiknya ditelingaku, “ada orang yang menyusup ke rumah kita dan merusak semua sistem keamanan yang terpasang”

Aku membelalakkan mataku,terkejut sekaligus merasa ketakutan yang teramat sangat,
“a…apa mereka perampok?! lalu bagaimana,Tasuku?!”ucapku terbata, kusadari tubuhku gemetar.

Tasuku meremas bahuku untuk menenangkan, “kelihatannya bukan perampok biasa,alarm di nonaktifkan...jadi tidak ada orang lain yang bisa kita mintai tolong,telepon rumah juga diputus” dia menunjukkan telepon genggamnya padaku.
"pintu keluar dikunci secara otomatis...kita tidak bisa keluar,semua kendali ditangan mereka..."
Tasuku mengawasi layar kamera pengintai yang terpasang diseluruh penjuru rumah,
ia memasangnya di kamar kami supaya bisa memantau seandainya ada yang tidak beres,

"atau tidak dibiarkan keluar..."

aku ikut memperhatikan layar layar yang berjumlah lima belas buah dan tersusun di dinding kamar kami itu,
sedetik kemudian,gambarnya buram,dan layar mati!

“aku sudah menghubungi polisi, mereka akan tiba dalam 15 menit…” tiba tiba wajah Tasuku memucat ketika ia teringat akan sesuatu.

“data…penelitiannya…” gumamnya pada diri sendiri.
Tasuku bangkit dari ranjang, meraih pistol di laci buffet kecil disamping tempat tidur kami,

“Tasuku! Mau apa?!” aku berusaha mencegahnya, Tasuku menggelengkan kepala.

“data penelitianku… itu yang diincar,”
aku tahu maksudnya, dalam sekejap semua darah ditubuhku seakan berhenti mengalir.
“tidak boleh!” aku mencengkeram lengan piyama nya keras keras, “tasuku tidak boleh keluar!” ujarku berkeras.
"kumohon…,kita tunggu saja polisi datang…”

“tidak bisa” kata Tasuku tegas “mereka bukan perampok biasa,jika bukan pembobol dengan kemampuan khusus,tidak akan sampai mampu melakukan ini, kau lihat sendiri,kan… sistem keamanan kita dilumpuhkan’ mereka pasti sudah kabur jauh setelah para polisi tiba”

"data penelitian itu adalah hal terpenting yang kukerjakan seumur hidupku, jika itu tidak ada,aku tidak bisa lagi meneruskan penelitian dan menyelamatkan semuanya… mewujudkan mimpiku…” dia mencium bibirku dengan ciuman yang kembali membuat ku terhanyut sesaat.

“aku akan kembali” ia kembali berbisik ditelingaku “tidak ada yang boleh tahu kau berada disini,kunci pintu kamar ini dan beri kode digital baru setelah aku keluar,dan apapun yang terjadi,jangan keluar”
“ini adalah perintah suamimu…”

aku ingin menangis, tapi berusaha keras menahannya.
Dengan membawa pistol ditangannya, Tasuku melangkah keluar kamar, ia masih sempat melihatku, dan memberi isyarat dengan matanya agar aku mengunci pintu.

Tubuhku gemetar,entah kenapa aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi… sesuatu yang buruk,bahkan lebih buruk daripada kematian,
tidak apa apa… gumamku dalam hati,
Tasuku adalah pria yang baik, tidak akan ada hal buruk menimpanya…,
dia membawa senjata, dia juga pandai bela diri…,
meskipun tidak sepandai kak Ari…,tapi dia hebat...!
tidak apa apa…,dia akan kembali…, dia akan segera menghentikan para penjahat itu….
dan selamat…dan kembali kepadaku…

Dengan gugup aku mengganti kode keamanan pada kunci digital di kamar tidurku,
semenit, dua menit, aku tidak mendengar apa apa, tapi kemudian aku mendengar suara letusan senjata api,lalu kegaduhan…,
aku yang teramat sangat ketakutan ingat akan pesan Tasuku, dan menyembunyikan diriku dibawah kolong tempat tidur.

Tuhan…tolong Tasuku…,tolong Tasuku!
Jeritku dalam hati.
Lalu aku mendengar langkah kaki.
Jangan!
suara tombol ditekan...
tidak apa apa...aku sudah memasang kode pengaman yang tidak akan bisa terbuka dengan mudah...

masih mencoba membukanya,
ia terus mencoba...
memasukkan angka angka secara acak dan mencoba kombinasi yang dirasanya tepat.
jangan...jangan sampai ia bisa melakukannya...

Detik berikutnya, sebuah suara bagaikan petir yang menggelegar menghancurkan pintu kamarku.
derap langkah berat mendatangiku,
Ada tangan besar berbulu yang menyambar pergelangan tanganku dan menjambakku dengan kasar,


Merenggutku dari tempat aku bersembunyi.


*****************************
*****************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku


5 menit sebelumnya.

______________________________________________
___________________________________



Aku tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi.
Aku meninggalkan istriku dikamar, menyuruhnya mengunci pintu,dan memastikan tidak ada yang mengancam keselamatannya.

Sementara aku berniat menghentikan para penyusup yang masuk kerumahku dan menghancurkan semua sistem pengaman yang ada.
Yang kuyakini benar,bahwa mereka adalah utusan seseorang untuk menghancurkan proyek penelitianku.
Daina benar, aku tidak waspada.

Perlahan aku berjalan, nyaris tanpa suara menaiki tangga menuju ruang penelitian pribadiku, memang tidak sebesar dan fasilitasnya tidak selengkap di lembaga penelitian tempatku bekerja,
tapi aku menyimpan semua data penelitianku di sana.

Aku juga tidak menggandakan data data itu, karena aku tahu apa yang akan terjadi jika salinan data itu jatuh ketangan yang salah.

Pistol ditanganku telah siap ditembakkan, seharusnya aku menurut ketika kak Ari berniat meninggalkan senjata yang lebih besar disini, tapi dulu aku berpikir apa gunanya?
Kami hidup berpindah pindah seperti sekarang…

Ketika aku mencapai pintu lab pribadiku, keadaan sangat tenang, tapi pintu yang rusak itu terbuka, aku bersembunyi disamping pintu bagian luar,mencoba mencari tahu apa yang akan terjadi, tapi tidak ada apa apa, maka akupun masuk kedalam ruangan, tentu saja dengan pistol mengacung ke depan,
Aku tidak punya pengalaman apa apa,tidak seperti kak Ari,
tapi otakku segera men kalkulasi segala kemungkinan.

Pandanganku menyapu ke seluruh ruangan.
Tampak sangat berantakan,baik itu kertas,ataupun komputer,dan tabung tabung percobaan,semuanya berserakan begitu saja
bahkan lemari meja kerja ku pun tampak seperti habis digeledah,
tapi aku tahu mereka belum menemukan apa yang mereka cari…

Tubuhku menunduk ringan saat stik golf itu melesat,nyaris membunuhku.
Aku memalingkan wajah, terlihat olehku dua orang pria bertampang kriminal
dua duanya menghadangku dari depan pintu,

salah seorang yang memakai topi olahraga berkata “Dr.Gabriel, jika ingin nyawamu selamat,berikan data penelitian tentang vaksin virus undead pada kami!”

“siapa yang menyuruh kalian?!” ujarku.
Mereka berpandangan.

“itu tidak penting, yang penting adalah,kami menginginkan data penelitian itu” pria yang satunya lagi tampak tidak sabar, aku harus mengulur waktu…
Mengulur waktu hingga polisi tiba.

“aku tidak tahu apa itu…” jawabku.

“jangan berpura pura!”
Aku hendak mengarahkan senjataku pada mereka, tapi pada saat bersamaan pria bertopi itu langsung mengarahkan pistolnya sendiri padaku.

“jika kau tembak aku,Dr.Gabriel, kau sendiri juga akan mati”
matanya menyorotkan sinar yang kejam. Aku mengangguk pelan

“apa yang kalian inginkan?! Uang?” ”baiklah,aku juga punya uang, dan aku akan membayar kalian 10 kali lipat dari orang yang menyuruh kalian”

“orang yang membayar kami bisa memberikan ratusan kelipatannya jika kami berhasil merebutnya darimu”
aku tahu,percuma saja bicara sekarang,

Pistol orang itu dan pistolku meletus bersamaan,

“aaaarrrrrgghhhh!!!!!!!!!!”
Pria bertopi itu terkejut melihat rekannya menjerit menjatuhkan pistol dari tangannya yang berlumuran darah.
Apa mereka kira aku selemah itu?!

“kau…” ketika sang pria bertopi melepas stik golf yang dipegangnya erat sedari tadi, hendak meraih pistol yang di jatuhkan rekannya yang masih sibuk menjerit jerit kesakitan.
Secepat itu pula kakiku menendang pistol itu kesudut hingga terperangkap dibawah meja.
Kuhantam dagunya dengan menggunakan bagian belakang senjataku.

Ia masih terkejut tidak percaya ketika aku kembali menyarangkan tinjuku di ususnya,
menyergap dan membantingnya kelantai.
Dua orang penyusup itu berguling kesakitan sesaat,
pada saat itulah aku menodongkan pistolku kearah mereka.

“katakan” ujarku ”siapa yang menyuruh kalian…?”

“tidak akan kuberitahu…,Dia akan membunuh kami jika kami beritahu namanya...!” kata salah seorang yang tangannya terluka dan mengeluarkan darah berceceran hingga karpet ruang kerjaku kotor.
Rekannya memberi isyarat dengan mata agar ia tidak memberitahuku.

“bukan itu yang ingin kudengar” kataku lembut tersenyum seraya menempelkan mulut pistolku di dahinya.
ketakutan,heh?
tandanya yang mendalangi ini semua adalah 'orang kuat'...!
aku menyorongkan pistol itu makin menekan dahi-nya,
Tampaknya usaha itu berhasil.

“ya…,yang menyuruh kami adalah…” katanya terbata.

“berhenti sampai disana, Dr.Tsaraniakova Gabriel.” Sebuah suara menyentakkanku.

Dia seorang laki laki berewok, aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu siapa yang menjadi sandera nya…

“Daina…”
Istriku, dengan senjata api diarahkan ketubuhnya, menangis dan tidak berdaya.
seluruh tubuhku bergetar karena kemarahan yang memuncak,

“jatuhkan senjatamu, Dr.tsarania…!” perintahnya padaku “jika tidak,wanita ini mati…!”
Ya,tuhan, aku harus bagaimana?!

“jatuhkan…!” perintahnya lagi.
dengan geram aku melemparkan pistol ditanganku hingga jatuh ke mata kaki,
salah satu komplotan mereka yang tadi sempat kuhajar meraih pistol tersebut.

“kumohon, aku akan berikan apa saja yang kalian inginkan, tapi jangan sakiti istriku…” ujarku dengan nada suara datar,
tidak masalah sekarang,
menyerah tanpa syarat saja,aku masih bisa berusaha lagi...

“Tasuku! Jangan berikan pada mereka!!!!” jerit Daina histeris.

“perempuan sial…! Diam!” bentak pria itu.
Dia menampar Daina.
Darahku mendidih

“demi tuhan! Jika kau menyakitinya sedikit saja…” teriakanku terputus. Aku menarik nafas,menahan tekanan luar biasa dalam batinku “aku akan berikan apapun! Apapun yang kalian mau! Tapi kalian harus berjanji untuk melepaskan nya!” aku berteriak putus asa.

Jika ada rasa takut, inilah dia. Aku tidak perduli apa yang akan terjadi pada diriku, tapi jangan Daina…jangan Daina…

“Tasuku…jangan berikan apapun pada mereka…” Daina memperingatkanku.
Tapi aku sudah memutuskan,
Aku berjalan kearah dinding ruang penelitianku, setiap langkah rasanya teramat dingin bagiku.

Aku menyentuhan jari jariku pada bola mata lukisan seekor merpati,
dan segera saja, lukisan itu membuka dan terlihatlah ruang rahasia didalamnya,
disana hanya ada dua barang, yaitu sebuah disk,
Disanalah aku menyimpan segala pengetahuan dan kerja kerasku selama ini. Sedangkan yang satunya lagi adalah…

Aku menyerahkan disk itu ketangan salah seorang penyusup itu
“ambil ini, dan cepatlah pergi dari sini,” pintaku dengan perasaan tidak menentu.
Para orang suruhan itu menerimanya dengan senang hati, tapi laki laki yang mencengkeram Daina dengan ketat kelihatan nya sangat sulit percaya pada orang lain.

“apa itu?” ia bertanya sambil menunjuk tabung kaca kecil yang tertinggal di dalam bilik rahasia, aku menghela nafas.

“itu darah undead original, Stast The Origin,percayalah,kalian tidak akan membutuhkannya,nanti, didalamnya ada virus ganas,tidak ada yang bisa selamat dari virus itu, bahkan akupun belum dapat menciptakan penawarnya” jawabku tegas.

“berikan pada kami,” seru pria itu.
aku terperangah,

“untuk apa?! Semua data penelitiannya sudah lengkap dalam disk itu, dan darah itu tidak ada guna nya lagi…”
Belum selesai aku bicara, rasa sakit yang teramat sangat muncul dibawah leherku.
Saat aku menyadari, aku sudah roboh,
aku sempat melihat penjahat itu mengacungkan stik golf yang tadi ia jatuhkan,yang baru saja digunakannya untuk melumpuhkanku.
ia kembali memukul kepalaku dua atau tiga kali.
Daina semakin histeris,tapi pria brewok itu menutup mulutnya dengan tangan,
pandanganku buram, aku hanya bisa mendengar suara suara…

“Tasuku…!!!Taaaasu...mmmphhh”

“tidak ada obatnya eh?! Dia bilang benda ini milik undead original, jika kita sudah menghancurkannya,tugas kita selesai”

“cepat lakukan sebelum polisi datang, kita tidak akan dapat keuntungan apa apa jika dia masih bisa berpikir untuk menciptakan formula lagi,”
samar samar terlihat di mataku, mereka akan melakukan sesuatu terhadapku.

“jangan…!!! Jangan lakukan itu padanya…” Daina melepaskan diri dari tangan orang yang membekapnya, menarik kaki pria bertopi dan rekannya,
hanya suara...hanya suara...
pandanganku kabur...
kesadaranku hanya tinggal separuh...mungkin aku akan buta...

“apa salahnya pada kalian hingga kalian melakukan ini padanya?! Demi tuhan, dia tidak pernah ingin menyakiti siapapun…”
“bunuh saja aku,ambil nyawaku,tapi jangan lakukan itu…kumohon, dia tidak boleh kalian perbuat demikian keji……”

“dia suamiku…tolonglah…”


Aku mendengar Daina menangis,berteriak dan memohon,tapi mereka menendang dan melemparnya kesudut.

Bersamaan dengan teriakan tertahan Daina, aku merasakan rasa sakit luar biasa menjalar ditubuhku,
mengalir bersama darahku melalui urat nadi.
rasanya seperti racun yang menggerogoti dalam dagingku,teramat perih dan menusuk

Ini injeksi, aku tahu.

Aku tahu aku telah di injeksi,tapi dengan apa?!
Rasa sakit yang membakar itu kini sampai ke jantungku.
Amat sangat sakit hingga untuk berteriak saja aku tidak mampu.

“selesai,” kata suara itu.

“dengan begini boss pasti puas”

“Tasuku!!!!”

aku tahu ini Daina….. suara Daina… tangan Daina…dan,
air mata Daina.

“binatang! Kenapa kalian lakukan ini padanya?! Kalian bukan manusia!! Kalian hewan…!!! Iblis!!!”

jeritan Daina…,Daina menangis…,
tiba tiba kesadaranku kembali,telingaku dapat mendengarkan dengan amat jelas,

“bagaimana dengan perempuan ini boss? Dia telah melihat wajah kita!”

Suara yang kukenali sebagai si pemimpin itu kelihatan sedang berpikir.

“bunuh dia” katanya memutuskan "seluruh dosa akan ditanggung pria ini...calon zombie menjijikkan yang akan segera kehilangan semua sumber pengetahuan nya dan menjadi makhluk tolol tak berotak...!"
ia tertawa terbahak bahak,diikuti suara tawa anak buahnya yang lain.
aku mendengarnya...
tangan itu akan menjamah kekasih hatiku...
satu satunya hartaku yang paling berharga dan akan kulindungi meski nyawa ini taruhannya...

Seluruh tubuhku menggigil, rasa sakit itu kini telah lenyap.
kekuatan panca indera dan pikiranku demikian jernih.
sampai sampai aku bisa mendengar suara jantung yang berdenyut nikmat di dekatku...


Tapi,semua pemandangan yang kulihat menjadi merah.


***********************************
***********************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

06:

Despair

_______________________________________
________________________________

Ari.

______________________________________
________________________________


Inikah yang dinamakan firasat buruk?

Aku bahkan tidak sempat mengatakan apa apa ketika pagi ini,aku telah menyelesaikan misiku dan tiba dimarkas besar Paladin. Tepatnya dua hari setelah keberangkatanku pada malam itu.

Mikia mendatangiku,wajahnya pucat dan khawatir,

“Ar…! Kau sudah kembali… ” ia menyentuh bahuku, aku dan Ryo terbelalak kaget,
kepanikan tergambar jelas diwajah Mikia yang biasanya tenang.

“tunggu,Ar…, ada hal penting yang harus kusampaikan…!”

“aku lelah, Mikia, nanti saja, para makhluk brengsek itu…, aku seakan mau mati rasanya,” Mikia mencegat langkahku,

“ini pesan dari gadis yang mengaku adik iparmu,Daina Amare” gadis berambut model bob itu menatapku tajam
langkahku terhenti,aku sangat lelah,tapi perasaan bimbang melandaku.

“hei,tenanglah,ada apa ini?!” kataku, meskipun tenagaku nyaris habis,akhirnya aku memutuskan mengajak Mikia duduk bersama.

“bukan soal aku,” ujarnya menarik lengan bajuku.
“ketua Alexander melarang kami menghubungimu karena mungkin ini akan mengganggu misi dan menyebabkan keselamatan kalian terancam…”
Aku semakin penasaran,

“ada apa sih,sebenarnya?”

Mikia menghela nafas.

“adikmu,Tsarania…”
"kurasa akan lebih baik jika kau melihatnya sendiri"
Aku menguasai diri dengan cepat, walaupun Ryo sempat ingin melakukan hal yang tidak perlu seperti menahan tubuhku dengan tubuhnya sendiri agar aku tidak lemas,
dengan tatapan mataku kuyakinkan ia bahwa aku baik baik saja.
tanpa Mikia meneruskan kata katanya pun aku sudah tahu bahwa kabar itu bukan kabar baik…
pastilah sesuatu yang teramat buruk telah terjadi.

Kumohon,wahai yang maha kuasa, Jangan kau biarkan sesuatu yang buruk menimpa adikku…



****************************
****************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Ari

_______________________________________
_____________________________


Aku telah tiba dirumah sakit pada sore harinya,
Boraknitchov meminjamkan jet tercepat milik Paladin, harusnya aku tidak menggunakan fasilitas milik Organisasi untuk kepentingan pribadi,
Boraknitchov berdalih kepentingan ku sangat mendesak dan akan sangat berpengaruh pada masa depanku nanti,
dan dia juga berharap aku dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk diriku.

Rumah Tasuku dimasuki oleh penyusup.
Orang yang dibayar oleh entah siapa untuk mencuri data penelitian miliknya.
bukan hanya pembobolan,tapi juga rencana pembunuhan,
dan melakukan injeksi paksa pada adikku,

“lebih baik kau melihatnya sendiri” aku teringat kalimat Mikia ketika ia menyampaikan berita duka ini padaku.

Memasuki pintu rumah sakit,
beberapa orang melihat kedatanganku dan Ryo yang memang terlihat sangat mencolok dengan pesawat jet.

“itu paladin!”

“hebat sekali…,mau apa mereka disini?”

“anggota paladin memang keren…,mereka gagah sekali!”


lagi lagi,bisik bisik disekitar kami…
Aku tidak suka jadi pusat perhatian, tapi Ryo dengan santainya melambai seperti artis kepada gadis gadis muda yang menyambutnya dengan teriakan dan tatapan mata tergila gila.

“jangan bertindak bodoh,” tegurku.

“tidak apa apa,kan? Toh selama ini kita kurang hiburan…”
Aku menarik nafas panjang, “cobalah pikirkan Mikia sedikit,”

“Mikia?!” Ryo menaikkan alis “memangnya kenapa dengan Mikia?!”

Sudahlah,masa bodoh dengan pertanyaan konyol Ryo.
Mempercepat langkahku,hingga meja resepsionis, perawat yang sedang berjaga terkejut akan kehadiranku,
tapi dia menyadari dari penampilan,baik aku ataupun Ryo jelas jelas adalah para Guardian divisi utama Paladin.

“Dr.Tsaraniachova Gabriel…?” tanyaku “kamar berapa?”
Si perawat langsung menunjukkan ekspresi ngeri,

“tuan tuan kemari untuk memusnahkan dia?!” sambutnya
“syukurlah kalau begitu…,sungguh mengerikan sekali, tidak dapat dilukiskan dengan kata kata…”

Sebelum aku mencerna maksud ucapannya, si perawat memanggil perawat lain yang kemudian diminta menggantikan posisi nya sementara,
”“ini perintah kepala rumah sakit,” ujarnya lagi. “mari,saya akan mengantar kalian,”

melewati bangsal bangsal rumah sakit,terus menuju lift,
perasaanku semakin tidak menentu.
Perawat itu membawa kami kelantai teratas.
Tapi aku merasa ia seperti sengaja memilih jalan berputar putar.

“jika kalian memusnahkannya, tolong lakukan dengan baik dan jangan sampai ada orang lain yang mengetahui keberadaannya disini, ini sangat rahasia, kami menerimanya hanya kerena permintaan badan penelitian Negara asia ,dan pemerintah menjamin khusus biaya perawatannya”
“jika tidak mana mungkin kami mengijinkan dia dirawat disini?! Hanya membuat khawatir pasien lain saja…”

Ryo mendepak kakiku di sudut lift dengan gerakan tidak kentara yang takkan membuat si perawat curiga,

“apakah parah?!” Tanya Ryo sok tahu,padahal dia sendiri juga sama tidak pahamnya denganku akan situasi yang sedang terjadi

“tentu saja parah sekali, orang orang yang menyusup ke rumahnya itu, malang sekali nasib mereka, mati dengan cara seperti itu”
Darahku tersirap, Ryo masih menahan bahuku yang goyah dengan sekuat tenaga.
Akhirnya kami tiba di lantai teratas, saat keluar dari lift, semakin aku memikirkan apa yang telah terjadi pada Tasuku,
semakin gelap aura disekelilingku,

Bangsal itu sepi, tidak seperti ruangan lain pada rumah sakit ini,
tidak ada seorang pun pasien lain yang berada disana,
mengingatkanku akan legenda kotak Pandora yang mengurung segala macam keburukan didunia.

“saya hanya bisa mengantar sampai sini,ruangannya yang paling ujung,permisi”usai mengatakan hal itu,si perawat buru buru pergi.
Aku dan Ryo saling berpandangan kemudian meneruskan langkah kami.

Tepat diujung belokan,Daina menyambutku,
ia terlihat tidak sehat dan agak kurus, matanya bengkak, sepertinya ia telah meneteskan air mata tanpa henti beberapa hari ini,

“ohh,kakak! Kakak…!”
Dia lari kepelukanku,menangis sejadinya,

“Daina…” kataku terkesiap “Tasuku kenapa…?”
Daina masih menangis,
“Tasuku,” ujarnya ditengah tengah isak tangis "mereka bilang Tasuku…,tidak bisa sembuh lagi…”

meski begitu,aku masih berharap bahwa Daina salah bicara,
“tidak,” bantahku. “tidak mungkin…kan?”

“bagaimana mungkin?!”aku memandang pada Ryo, “ini pasti salah…”
perasaanku hancur.
Adikku…,adikku yang kujaga selama ini…

“maaf,apa kalian keluarganya…?”
Seorang dokter menyela pembicaraan diantara kami,

“dia kakaknya,” kata Ryo, “dia ingin tahu keadaannya”
Sang dokter menunjukkan ekspresi kasihan melihatku,sebelum ia mengatakan

“virus ini belum ada obatnya.” Dengan terus terang,
aku tidak dapat lagi mengendalikan emosiku. mencengkeram kerah baju si dokter,
yang ada dipikiranku adalah, bagaimana caranya menolong Tasuku,

“sembuhkan dia! Bagaimanapun caranya!” teriakku putus asa.

“Ari!! Sadarlah! kenapa mengamuk begitu! Dia bisa mati…” Ryo menarik tanganku melepaskan sang dokter yang hampir tercekik kehabisan nafas
aku tersadar dan melepaskan tanganku.

“ugh…,maaf,tuan Gabriel, ini bukan virus yang biasanya, ini…virus original…”
jawab dokter itu tersengal sengal,
“ilmu pengetahuan saat inipun belum dapat menganalisa contoh bakteri dalam virus itu, sangat ganas, kecuali…”

“penelitian Tasuku…!” aku berpaling kearah Daina, gadis itu menangis.

“tidak bisa…” dia menutup matanya, air mata mengalir semakin deras “penelitiannya belum selesai, dan lagi…” Daina meneruskan, “mereka membawa pergi semua data penelitiannya...”
aku bersandar ke dinding,mendesah, mengatur pernafasanku agar kembali tenang,aku harus menguasai diri.
apapun yang terjadi sekarang,aku harus menghadapinya dengan kepala dingin.

"apa aku boleh menemuinya?” tanyaku.

“kami tidak menyarankan,hanya keluarga yang boleh,tapi untuk ini kasusnya berbeda…”
ketika dokter itu hendak mengoceh tentang kewaspadaan, Ryo menutup mulutnya dengan satu kali gebrakan tangannya di dinding.

“kami Paladin...”
"kami tahu apa yang harus dilakukan”

“Kalau hanya data, aku bisa membuatnya berapa pun” suara Tasuku yang jernih menyeruak dalam keheningan,
"tapi, semua sampel stast itu habis disuntikkan dalam tubuhku, aku tidak punya bahan untuk penelitianku lagi,”

“tasuku…?”
Si dokter mundur dan menyembunyikan diri dibalik punggungku

“maaf,Dr.gabriel, kami mohon anda jangan keluar kamar sembarangan dulu…,”

“aku tidak akan menyerang orang lain asal tidak melihat darah,” sahutnya dingin.
“jika sudah tahu hal itu jangan memancing amarahku dengan memperlakukanku seperti monster.”
Tasuku memutar kursi rodanya masuk kedalam kamar,ia tampak masih lemah dan bersusah payah,

ketika daina hendak membantunya ia menjawab “tidak” dengan tegas.

“selesaikan saja masalah keluarga kalian dulu,” Ryo duduk di bangku ruang tunggu untuk keluarga pasien yang terletak tepat didepan kamar tasuku, menatap aku dan daina bergantian
"aku akan menunggu disini…” dia menepuk bahuku dan mengangguk.
Ryo bersikap seolah Tasuku hanya sakit flu,dia duduk dan menyulut rokok seperti biasanya,
seakan tak ada yang terjadi.


**************************************
**************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Ari

_________________________________
___________________________


Kesan pertama yang aku dapat ketika memasuki kamar pasien yang disediakan rumah sakit untuk Tasuku adalah,
rasa marah.

Kamar itu terlihat seperti kandang untuk manusia, seluruh jendelanya di pasangi terali baja, dan kamera terpasang siaga untuk memantau keadaannya setiap saat.
Mereka memperlakukannya bagai tahanan,atau lebih buruknya lagi,seperti singa sirkus yang sewaktu waktu dapat lepas dan membahayakan hidup orang lain.

Dia hanya bicara kepadaku, tapi itu bukan suaranya yang hangat seperti biasanya, suara itu terdengar pedih dan menusuk

“apa aku kelihatan menakutkan,kak?” Tasuku berpaling kearahku,
Aku jadi tidak tahu harus mengatakan apa, aku tahu dia yang paling merasa sakit saat ini…

“kau bisa bergerak?” tapi justru kalimat itulah yang meluncur dari bibirku.
Aku terus memandangi Tasuku yang kelihatan sangat pucat.

“aku juga tidak tahu” ia menggangkat bahu “aku…” bibirnya bergetar ketika bicara, ”aku sudah membunuh orang…,kak”
ketika Tasuku mengatakannya,Daina menangis tanpa suara.

“aku sudah tahu” jawabku pelan
“kau melakukannya untuk bertahan hidup dan menyelamatkan nyawa orang yang kau sayangi. Orang lain akan memaafkannya, jika kau bisa memaafkan dirimu sendiri,tentu saja kau akan dimaafkan” aku tahu aku mengatakannya tanpa ada setitikpun penyesalan dalam nada suaraku.

“tidak,kak,” Tasuku menengadah ke atas. “aku membunuh mereka karena desakan naluriku...”

“Tasuku,mengenai sampel darah stast, aku akan mencarikannya untukmu”
aku mencoba mengalihkan pembicaraan,tapi percuma,
ia tidak bisa dialihkan.

“aku tidak ingat apa apa lagi…” Tasuku mengacak acak rambutnya dengan tangannya sendiri, ekspresinya tidak sabar “kakak…,ataupun Daina…”
“aku tidak ingat…!”

Sudah cukup begini saja, aku tidak ingin mendengar apa apa lagi.

“aku monster! Benar benar monster!!”

“Tasuku bicara apa?! Jangan bicara begitu…!” Daina menyentuh tangan tasuku dengan penuh rasa sayang, tapi Tasuku menepis tangannya.

“jangan sentuh” ujarnya dingin.
“memangnya apa yang kau harapkan dariku?! aku sudah tidak bisa lagi melindungimu!” teriaknya penuh kehampaan, “pergi…” “pergi…!”
ia membentak Daina, kekasaran yang diluar kewajaran dan tidak pernah ia lakukan sebelumnya,
apa yang ia pikirkan?

“Tasuku, dia adalah Daina…” ujarku, ”dia istrimu,kan?”

“tapi aku bukan lagi ‘Tasuku’…,aku tidak membutuhkannya lagi” matanya menampakkan kesakitan yang akut. “kakak datang kesini untuk membunuhku…?”
ia berbisik meracau.
Aku terperangah.

“pikiran macam apa itu…”
“mana mungkin aku membunuhmu, kau adikku,darah dagingku!”
itu adalah hal terkonyol yang pernah kudengar…

“biarlah,” Daina menyeka air matanya, menyunggingkan senyuman lembut pada Tasuku,“aku akan ada di luar,jika Tasuku membutuhkanku, aku akan datang,jadi” ia berusaha tegar.
“Tasuku,jika perlu sesuatu,panggil saja aku,ya?”

Tasuku tidak menjawab panggilannya,ia membuang muka menghindari tatapan bersungguh sungguh istrinya. Daina membuka pintu,keluar ruangan, tapi ketika hendak menutup pintu Daina masih sempat menyelipkan kepalanya di celah pintu,
memandangi Tasuku dengan perasaan sayang yang meluap,
seraya berkata “Tasuku, aku akan selalu mencintai Tasuku, apapun dan bagaimanapun Tasuku” Daina berusaha keras menampakkan senyuman nya yang biasa, walau aku tahu,hatinya pastilah berdenyut hebat seperti apa yang kurasakan saat ini.

Setelah Daina keluar,aku mencoba mengajak Tasuku bicara kembali.
hanya saja aku tidak ingin menyinggung hal yang kulihat barusan,
“benarkah kau bisa ingat semua datanya?” tanyaku.
Tasuku mengambil nafas.

“sulit membicarakannya di depan Daina,” ia tersenyum padaku,senyum yang dipaksakan.
“jika terus bersama mungkin aku akan melukainya,dan bagiku,” kalimatnya terputus, “jika itu sampai terjadi, maka aku lebih baik menghilang saja dari dunia ini…”

“tentu saja kau sangat mencintainya” aku menimpali “dia pasti mengerti hal itu, tapi jangan terlalu kasar padanya,”

Tasuku memandangku kesal
“jika tidak begitu dia tidak akan mau menjauhiku! dia akan terus berada di sampingku,menungguku mengantar kematian padanya”

Aku mengalihkan pembicaraan,
“kau belum menjawab pertanyaanku,” tukasku.
Tasuku memandangi tangannya,aku benci pada diriku sendiri kenapa saat itu aku berpikir dia mirip Stast sekarang.
Terlalu membesar besarkan masalah kecil hingga melupakan bagian terpenting.

“kak,kakak masih ingat cerita Faust?”
aku terdiam mengingat ingat,

“ooohh,maksudmu novel itu…, Faust, cendikia yang melakukan kontrak dengan setan, dan mendapatkan semua pengetahuan di dunia?”

Tasuku tersenyum pahit,

”tidak kusangka kakak ingat, padahal dulu ayah kita sampai harus memaksa kakak untuk program gemar membaca keluarga kita”

“yeah,” aku jadi merasa payah, tapi,dia masih tetap Tasuku,masih Tasuku…
“memangnya kenapa dengan cerita itu?”

“kalau kukatakan,kepandaianku telah meningkat puluhan kali dari manusia biasa, bagaimana,kak?”
Aku terdiam, aku tahu maksudnya, aku juga sudah menduga itu, dari cara bicaranya yang bertele tele seperti itu.
Begitulah mereka,
Stast, Elsida, dan para vampir undead yang lain jika bicara, mereka akan mengeluarkan kata kata dari sudut pandang mereka yang luas.

Orang tidak akan mengerti apa yang dibicarakan,
tapi mereka juga tidak butuh orang lain untuk mengerti apa maksud mereka sebenarnya,
andaikata bukan pemangsa,
undead adalah makhluk yang menarik untuk diajak bercakap cakap,
mereka tertarik pada hal hal remeh,terutama hal fana yang cepat hancur,
mereka menghargai keindahan dan memuja kerapuhan,
sudut pandang mereka menarik,
dan yang lebih penting, mereka mendengarkan dengan serius ketika kau bicara,
mereka bukan vampir dalam dongeng yang bisa berubah jadi kelelawar dan musnah setelah terkena sinar matahari,
mereka adalah manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia lain,
untuk dapat hidup abadi sekaligus dianugrahi kekuatan juga pengetahuan,
dan kekejaman pada saat bersamaan.
Walaupun mereka sama saja dengan iblis pada akhirnya.

Aku bertempur melawan makhluk itu hampir seumur hidupku,
dan jujur aku tidak hanya menyimpan kebencian yang sangat besar tapi juga kekaguman. Walaupun Tasuku belum separah itu. Dan aku tidak akan membiarkannya lebih parah.

“aku mengerti,jadi, kita hanya harus menemukan Stast.”
Aku menganggukkan kepala.

“tadinya aku pikir habislah aku,” Tasuku bicara sambil melamun,“tak’ kusangka akan mengingat segalanya sampai ke bagian yang paling mustahil untuk dihapalkan, terang sekali, kepalaku seperti habis dicuci…”

“begitulah undead…”desahku. “kau pilih mana,Tasuku? Jadi bodoh atau kejam?”
Aku tahu Tasuku memikirkan Daina saat memilih kata untuk jawaban dari pertanyaanku

“yang jelas,tanpa begini pun aku sudah cerdas…” jawabnya muram.
dan ia berhasil menangkis rasa penasaranku dengan sempurna,
Aku berdiri menghampirinya.

“yaahh…,aku akan segera melacak Stast, jika ada kabar,aku akan melakukan pengejaran, dan” aku meneruskan kata kataku ”bertahanlah sampai saat itu”
Tasuku menggengam tanganku erat.

“kak…” tegurnya tiba tiba

“ya?”

“aku tidak mau…,menjadi seperti ‘mereka’…”

Aku menunduk untuk merangkul Tasuku,menepuk pundaknya.
“tidak akan pernah terjadi…kita akan menciptakan surga bersama sama,ingat?”

“ya…,”


Aku segera keluar dari kamar yang menyesakkan dadaku itu.


*****************************
*****************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Ari

_________________________________
__________________________

aku bertemu Ryo dan Daina yang sedang duduk dalam diam di kursi panjang, ruang tunggu.

“bagaimana?” Tanya Daina cemas.

Aku menjawab tenang. ”tidak ada yang perlu dicemaskan, dia masih punya peluang…”
kemudian aku menanyakan pada dokter yang sedari tadi berdiri agak jauh dari pintu kamar Tasuku.

“berapa lama dia akan bertahan?!”

Dokter itu memeriksa catatannya, lama ia ragu menjawab,
"ehm…mungkin sekitar…enam bulan. Tapi virus ini berubah ubah keadaannya setiap hari, dia tidak boleh kehilangan kendali sama sekali, karena itu kami menyuntikkan vaksin yang dikembangkan oleh Dr.Gabriel sendiri untuk menekan perkembangan virus, tapi tidak bisa lebih dari itu"
"Ini virus milik undead original yang sangat ganas.ada kemungkinan virus itu menonaktifkan seluruh sel tubuh lebih cepat,ada juga kemungkinan lebih lambat, Kami tidak bisa memperkirakan pastinya…”

“baik,aku paham itu, terima kasih,dokter”sahut ku datar
lagi lagi aku bertemu mata dengan Ryo.
Tidak kutemukan ekspresi kaget atau menyalahkan dalam pandangan mata sahabat baikku.

“Daina,kau sudah makan?” tanyaku
pada Daina, gadis itu menggeleng.

“uhm,tidak usah…”

“kenapa tidak? Mana bisa kau merawat Tasuku dengan badan lemas, habis ini kita ke kantin di bawah,ya”
Lagi lagi Daina menolak.
ia menatap resah pada pintu kamar Tasuku yang tertutup rapat.

“ah,biar aku yang jaga disini” Ryo melonjorkan kakinya “kalian pergi saja,sudah berhari hari aku tidak tidur, kan aku bisa sekalian istirahat”
"coba isi perutmu dulu,sedikit juga tidak apa apa…”
Daina yang semula ragu ragu kini mulai sedikit lega
“terima kasih,kak Ryo…”
Ryo nyengir kuda.

“lagipula masih ada yang ingin kau ceritakan pada Ari,kan?” celutuknya.“kau bisa mengandalkanku,kok”

“titip Tasuku,yaa,kak Ryo…” pinta daina. Sebelum ia berjalan bersamaku kearah lift menuju kafetaria dilantai bawah.

Menit demi menit berlalu saat kami berdua duduk bersama,
Daina hanya diam saja,padahal aku tahu biasanya dialah paling antusias dalam soal makan makan.

“kau ingin makan apa…?”pertanyaanku memecah keheningan.

Daina mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk lesu.
“terserah kakak…” jawabnya.
Akhirnya aku tidak bertanya lagi dan memanggil pelayan yang segera datang kearah kami, memesan sandwich serta jeruk hangat untuk dua orang.

“aku ingin tahu” sambil makan,aku menanyai Daina dengan hati hati.
“aku ingin tahu bagaimana kejadiannya”

Daina menceritakan ‘kenangan buruk’ itu lebih mudah dari dugaanku, ia terus bercerita dan bercerita seperti orang kehilangan akal sehatnya,sampai aku merasa tidak ada satu kejadianpun dimalam naas itu yang terlewatkan.
aku mendengarkan tanpa menyela kata katanya. Juga tidak melakukan atau mengatakan apapun untuk menghiburnya. air matanya menetes,
ketika sampai kebagian yang paling berat untuk dituturkan.

“Tasuku bilang tidak ingat aku saat itu,
aku tidak percaya itu sepenuhnya benar,dia melakukannya setelah mereka berkata akan membunuhku, dia bangun, awalnya aku terkejut, tapi dia menerkam orang yang tangannya berdarah itu pertama kali…,seperti…seperti harimau…,buas, Dan... orang itu mati”
“tentu saja yang lain tidak diam saja, mereka menembaki Tasuku, tapi Tasuku seperti kesetanan, sedangkan aku, aku sama sekali tidak bisa bicara sepatah katapun, sangat mengerikan, darah dimana mana,tubuh Tasuku juga penuh darah, rasanya seperti menonton film horror yang paling mengerikan didunia…” Daina menutupi wajahnya dengan telapak tangan,

“sampai sekarangpun aku masih bermimpi buruk,kak, tapi dia melindungiku, dengan caranya sendiri…”
“peluru itu melukainya, tapi luka itu seolah olah tidak ada, semakin dia melihat darah,semakin pula dia buas, lalu dia menarik orang kedua dan orang yang kuduga sebagai pemimpin komplotan mereka bersamaan, memutuskan lengan si pemimpin komplotan yang berusaha melepaskan diri dari pagutannya, lalu,orang itu kabur serta sempat membawa disket data penelitian tasuku,dia meninggalkan anak buahnya yang pada saat itu, Tasuku… Tasuku sedang melahap apa apa yang bisa ia keluarkan dari tubuh mangsanya…”
pada saat itu kusadari tanganku digenggam oleh Daina kuat sekali.

“melindungiku…sampai melakukan itu…”

“Daina…” bisikku “itu bukan Tasuku, yang kau lihat saat itu bukan dia,jadi lupakanlah…”

“tidak! Itu Tasuku!” Daina berkeras “aku tersudut didinding begitu saja, tidak dapat bergerak, bahkan untuk menutup mata saja tidak bisa…, begitu Tasuku selesai, dia menatap kearahku, saat itu aku melihatnya menangis…”

“dia seperti orang yang tersadar dari mabuk, dan terkejut menatap tubuhnya yang berlumuran darah, menatapku lagi, lalu dia mundur menjauhiku, dia lalu ambruk ke lantai...,”
“dan semenit kemudian…polisi tiba dirumah…tapi segalanya sudah terlambat...”

Aku menyadari nafsu makanku langsung hilang setelah mendengar cerita Daina.

“undead tidak bisa membedakan,kak! Jika itu bukan Tasuku…” Daina memejamkan kedua kelopak matanya dalam dalam.
“jika memang Tasuku tidak memikirkanku saat itu, aku pasti sudah mati saat ini…” ia mencengkeram tubuhnya sendiri yang gemetar.

“kau takut pada Tasuku?” tanyaku spontan, aku sendiri juga tidak menyangka hal sekejam itulah yang keluar dari mulutku.
Daina menatapku kesal.

“mana mungkin! Aku mencintainya”

Aku mencintainya…

Kalimat itu begitu melegakanku,
sekaligus membuat luka lama yang ada didalam dada ini berdenyut,
benar kata Ryo,aku belum sepenuhnya melupakan masa lalu,
jika saja aku yang memiliki Daina dulu,
mungkinkah aku juga akan mendapatkan cinta dan kasih sayang setulus itu darinya?

Ya,tuhan, aku sangat menyesal telah mempunyai pikiran serendah itu meski hanya sesaat.

“maafkan aku, aku senang Daina masih tetap Daina yang dulu,” sambil mengatakan itu, aku tidak berani menatap wajah Daina. Kualihkan pandanganku pada akuarium di samping tempat duduk kami,
memandangi ikan ikan kecil yang berenang lincah kesana kemari didalam sana.

Ketika aku melirik Daina masih bergeming di tempat duduknya, ternyata dia juga memperhatikan hal yang sama denganku.

Tiba tiba terbesit suatu hal yang memancing gejolak dalam darahku.

“Daina, apa kau tahu siapa yang merencanakan ini semua?”
Daina menggeleng lemah “mereka tidak mau menyebutkan nama orang yang membayar mereka, juga tidak mau di bayar meskipun dengan jumlah berkali lipat…”

“kalau begitu, pasti yang mengutus mereka adalah salah satu orang penting, mungkin pejabat atau pemilik perusahaan besar… ”
Daina mengangkat bahunya.

“Tasuku juga sempat bilang begitu, tapi kakak tahu,kan’ hampir semua kenalan Tasuku ‘orang besar’ yang memiliki kekuasaan? rasanya hampir mereka semua menginginkan serum buatan Tasuku”

Aku mengurut dagu.
“kalau begitu kita tunggu saja mereka muncul ke permukaaan, siapapun yang merencanakan ini, pasti tidak berniat menyimpan penemuan berharga itu untuk dirinya sendiri”
“cepat atau lambat pasti akan dipasarkan guna menarik keuntungan sebanyak banyaknya…”
daina mengangguk angguk setuju menanggapi pendapatku.

"bagaimana dengan jalur hukum? kita bisa mengajukan tuntutan atau..." Daina menyarankan.

"jangan!" sanggahku.
"berbahaya jika ada yang tahu mengenai keadaan Tasuku saat ini...tidak akan ada yang mau membelanya,salah salah dia bisa dimusnahkan"
aku tidak berusaha menampik kemungkinan terburuk itu,
hal yang masuk akal sekarang,karenanya kerahasiaan dan keberadaan Tasuku harus dijaga mulai sekarang.

Daina terlihat resah mendengar kata kataku barusan.
“kak…,kakak sungguh sungguh akan membantu kami,kan’?” cara daina memandangiku seperti mencari kejujuran dimataku.
"maksudku…anggaplah aku apa saja,mungkin aku perempuan hina yang memanfaatkan air mata untuk meminta pertolongan orang lain,aku sendiri juga merasa bahwa aku telah meminta terlalu banyak pada kakak,padahal kakak Paladin…padahal posisi kakak juga sulit karena adanya kejadian ini,aku...”

Aku tertawa “memangnya kenapa? Tasuku adalah adikku,kau adalah istrinya,jadi kau juga adikku, mana mungkin aku meninggalkan kalian pada saat seperti ini,”

tanpa maksud apa apa, aku menggenggam tangan Daina.
“aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya lebih dari ini, aku bersumpah…”

“aku bersyukur kakak ada disini,kalau kakak tidak ada,aku…tidak tahu harus bagaimana lagi…” Daina tersenyum lemah.
aku mengerti posisi kami sama saat ini, aku juga senang karena dia membutuhkanku, bukan hanya sebagai teman berkelahi tapi juga sebagai ‘saudara’ seperti yang kuinginkan selama ini.

Nuraniku sebagai laki laki tidak menampik bahwa dulu aku juga pernah mengharapkannya lebih dari sekedar ‘saudara’,
itulah alasan kenapa awalnya aku membawa Daina ke rumah kami, aku memperlakukannya sebaik mungkin, berusaha membuat Daina yang saat itu hanya sebatang kara senang agar dia bisa berbahagia, aku juga berharap dia menyadari perasaan yang tumbuh didalam hatiku.
Rasa cinta seorang laki laki yang bukan ‘kakak’
namun apa daya jika bukan aku yang ia pilih.
aku tidak pernah menyangka jika akhirnya dia dan Tasuku akan saling jatuh cinta.

tapi jika Tasuku menginginkannya,maka aku sama sekali tidak menyesal,
malah aku bersyukur sampai detik ini Daina sama sekali tidak sadar akan perasaanku terhadapnya. jujur aku tidak masalah jika orang itu adalah Tasuku,
dia boleh memiki apapun yang kuinginkan,
bahkan meskipun aku benar benar menginginkan hal itu sampai menderita karenanya,

itu pula lah sebabnya aku lebih memilih jarang berada dirumah, karena akan sangat menyakitkan rasanya bila melihat wanita yang kudambakan dan adik laki laki yang menjadi kebanggaanku didunia ini bermesraan didepan mataku.

“makanlah dulu,” aku mengingatkan Daina akan sandwich yang sedari tadi nyaris tidak disentuhnya.

Daina mengiyakan lesu. Mulai memotong sandwichnya dengan garpu,menyuap sedikit sedikit

“aku akan kembali ke Rusia sore ini,” aku menyela, “tapi akan kembali lagi dalam dua atau tiga hari, aku harus membicarakan masalah ini dengan rekan rekanku yang lain,serta meminta kelonggaran agar aku dapat fokus dalam melakukan perburuan Stast The Origin, jika tidak aku bisa terganggu misi lain,itu tidak bagus”

Wajah cantik di depanku bagaikan diselimuti awan hitam, “Paladin tidak akan…,melakukan apa apa pada Tasuku,kan?”

“kurasa tidak,kami memang biasanya langsung membunuh siapapun yang terinfeksi, meski mereka belum menjadi zombie atau undead sejenis sepenuhnya,” sahutku jujur “tapi kami tidak akan melakukan apa apa pada orang yang masih kelihatan memiliki harapan”

“Tasuku,punya harapan,katakan itu nanti” desaknya sedikit mengancam.

“tentu saja itu yang akan kukatakan,apa kau idiot? Harusnya katakan itu pada Ryo,dia kan’ orang asing, jangan padaku…” aku senang dapat melihat Daina sedikit santai setelah mendengar ocehanku seperti biasanya.

“benar,” katanya “akan kuperingatkan kak Ryo!”

“tapi cepatlah pulang,ya,aku…,tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya”katanya lagi.

“paling lama dua atau tiga hari,sementara itu kau dan Tasuku diam disini saja sementara, nontonlah televisi agar kau tahu berita terbaru, dan,ini,” aku menyerahkan kartu anggota Organisasi Paladin milikku pada Daina
“jika ada pihak tertentu yang melakukan kekerasan padamu, atau ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Tasuku, tunjukkan saja kartu ini, katakan pada mereka kau dan Tasuku disana atas perintah salah seorang guardian, dan mereka tidak boleh melakukan apa apa tanpa sepengetahuanku”

Daina menerima kartu berwarna silver itu dengan wajah terkagum kagum

“hng…,ternyata…,pekerjaan kak Ari itu hebat sekai,yaa” komentarnya “aku sudah terlalu meremehkan…,ekh,kenapa,kak Ari? demam,ya?”

Wajahku pasti merah padam sekarang, sebelum Daina menyadari aku senang atas pujian tidak sengaja yang dilontarkannya, cepat cepat aku pura pura memperhatikan apa saja yang ada didekatku.

“tidak,kok,mungkin Cuma bentuk matamu saja yang tidak karuan,nangis terus,sih”jawabku asal. Daina marah sekali, tapi dia tidak menanggapi kata kataku.

“heh,kau iri,kan? tentu saja hebat,dong,Paladin kan’ Organisasi elit yang diberi kekuasaan khusus melebihi keamanan milik Negara diseluruh dunia, mana ada lembaga manapun yang tidak mengindahkan peraturan yang kami buat,apalagi aku adalah kapten para guardian, divisi tertinggi dalam Paladin,” aku sengaja memancing Daina,

“kak Ari idiot…”
Akhirnya aku berhasil membuat senyuman merekah di bibir Daina sekali lagi.
Tapi tawa itu dengan cepat memudar.

“semoga Tasuku bisa kembali seperti semula…”
aku mendengarnya membisikkan doa yang sama seperti yang sedang kubisikkan dalam hatiku.



**********************************
**********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Ari

___________________________________
_____________________________


Rusia,markas besar Paladin.

____________________________________
_______________________________


“ini tidak boleh dibiarkan!” Caesar membenturkan tinjunya ke atas meja,dia juga memecahkan gelas di samping nya.
“kau!” bentaknya padaku “sudah kuduga kau nantinya akan membawa masalah bagi kelompok kami,sudah kuduga…,
Alexander,kau memang terlalu gegabah memilih bocah tidak berpengalaman untuk memimpin guardian seperti kami…”

Boraknitchov terhenyak dikursinya,
“Armando,berpikirlah bijaksana, kita tidak mungkin membunuh orang yang tidak berdosa”

si kakek bongkok,Armando Caesar menunjuk padaku dengan geram.

“akan lahir vampir baru jika membiarkannya hidup, jika kau memang kapten kami, kau harus memilih,pilihanmu, apa yang ingin kau pertahankan,dan apa yang ingin kau buang,hanya itu,nak”
Aku terdiam tanpa suara menghadapi sepuluh pasang mata yang menatapku tajam.

Hampir semua guardian milik paladin hadir disana, termasuk Ryo dan Mikia,
duduk bersama mengadakan rapat di sebuah meja panjang, dan tepat di bagian paling ujung,duduklah sang jenderal besar,pemimpin Paladin,Alexander boraknitchov

“apa,sih,kenapa tidak dibunuh saja? Beres,kan?” teriak John.R.Solomon, pria berkulit gelap yang duduk disamping partnernya, seorang wanita paruh baya berkebangsaan china yang sangat cantik bernama Lin Mei Xia (Messiah)

“John,jaga mulutmu” Yudas mengingatkan, “apa orang sepertimu dan Caesar selalu mengatakan hal yang menyakiti orang lain?!” ujarnya ketus.

Ryo menimpali, ”berani sekali Yudas,pada partner tuamu…” yang di sambut dengan tatapan tidak senang dari Caesar.

Boraknitchov mengetukkan buku jari raksasanya di meja pernis.“apa diantara kalian semua ada yang lebih beradab?” ujarnya sambil berdiri.

Sontak para guardian yang sedari tadi sibuk berselisih paham menjadi hening seketika. Boraknitchov kembali duduk,mengelus janggutnya

“Karena itulah aku memilih Aryanov Gabriel dibanding kalian semua,bagaimanapun jika kalian keberatan dan tidak setuju,mencela dan mencaci makinya, dia bisa tetap tenang, jika begini,bagaimana nasib Paladin jika aku tidak ada nanti?!”

“otak mereka sudah tidak normal lagi,terlalu banyak melakukan pembantaian…”

“aku sependapat denganmu”
yang bercakap cakap adalah Vladimir Romanesque, dan partner boraknitchov sendiri, Syeikh Ibrahim Al Ashaadiq,hanya ia yang berani menginterupsi pada saat sang pemimpin bicara.

“kenapa hanya diam?” Syeikh Ibrahim bertanya padaku. “kau adalah kapten kami, jadi katakan opinimu,jika kau tidak bicara,kami mana bisa tahu?”

Aku menarik nafas,
"dia adalah adikku,aku tidak bisa membunuhnya"

“kalau begitu,biar aku saja yang lakukan untukmu,”
Untuk pertama kalinya aku melotot kearah John.R.Solomon
lalu melanjutkan penjelasanku yang terpotong.

“seperti yang kuceritakan dari awal tadi,jika kalian merasa keputusanku hanya sepihak,aku akan mencari Stast seorang diri,jika tidak ada yang mau membantuku tidak masalah,aku akan berjalan sendirian, aku tidak akan menjadi beban kalian disini, sebagai kapten,aku akan bertanggung jawab penuh mengenai kelancaran misi yang dijalankan oleh anggota divisi yang berada dibawah pengawasanku, sekalipun,jika sekiranya aku memberatkan langkah kalian,aku bersedia mundur”

aku menatap Caesar dengan tatapan tajam tapi tanpa ada aura permusuhan, meskipun aku tahu ia membenciku, tapi aku sama sekali tidak membencinya, walau aku kadang jengkel dengan kata katanya yang pedas.
“kau benar,aku hanya bocah bagimu, tapi aku laki laki, akulah yang akan memutuskan ingin membuang dan memilih yang mana” kataku padanya.

tapi ketika aku dan berdiri hendak meninggalkan ruangan, ternyata Ryo juga ikut bediri.

“hei,apa kau melupakanku?! Aku cukup berguna untuk jadi pemandu wisata,lho”
aku cukup terkejut dia memutuskan pergi bersamaku juga,
belum cukup rasa kaget ku, Mikia yang sedari tadi diam saja,begitu melihat Ryo berdiri disampingku ikut mengangkat tangannya.

“aku…,aku juga akan ikut Ari dan Ryo,kek,” ia berkata malu malu pada Boraknitchov.
Pada saat bersamaan,Yudas Ignasius juga menutup alkitab yang dibacanya sedari tadi,membuat Caesar menatapnya dengan tatapan seram.

“atas izin tuhan,kumohon biarkan aku ikut bersamanya…”

Boraknitchov sama sekali tidak memberikan jawaban apa apa semenit penuh, kemudian bibirnya melengkungkan senyuman.

“hmm,persahabatan.” Ia tertawa lantang. “ha…ha..ha…”
Syeikh Ibrahim ikut tersenyum
“kau lihat,Armando? Aryanov Gabriel orang yang terkuat,dan dicintai teman temannya,dia teguh pada pendiriannya bahwa dia tidak akan memusnahkan adiknya sendiri, untuk itu dia bersedia mundur, tapi”
“menyingkirkan Aryanov Gabriel,hampir separuh Guardian akan keluar,rugi besar untuk Paladin…” ia ikut tertawa bersama Boraknitchov,
sementara kurasakan wajahku merah padam karena malu.

“sampai cucu perempuanku juga…haha…ha..ha…” Boraknitchov tidak sanggup lagi menahan tawanya.

“kau tahu?” Boraknitchov menghampiri Mikia dan menyentuh pipinya dengan lembut.“mana mungkin kakek membiarkanmu pergi bersama para laki laki tidak lucu itu,”
wajah Mikia semakin merona.tatapan elang Boraknitchov beralih kearahku.

“kau diijinkan melakukan apa yang kau mau, gunakanlah fasilitas Paladin sesuai kebutuhanmu,dan kau boleh memobilisasi anak buahmu yang berandal ini sesuka hati, dan kau,Mikia, hubungi satelit, cari tahu keberadaan Stast The Origin, toh' prioritas kita saat ini adalah memenggal kepala Stast The Origin, tidak ada yang menyalahi aturan selama tetap pada jalur, sekali dayung,dua-tiga pulau terlampaui”

Aku melongo tidak percaya, Ryo menghantam rusukku dengan kecepatan kilat,
“yeah! Hebat,kau,Ari!” dan dia juga berkata pada mikia
“terima kasih,yaa,sudah mau ikut bersama berandal sepertiku”

Mikia panik sendiri “a…,aku tidak berpikir seperti itu,kok! Dasar aneh! Aku…,hanya berpikir pasti ada sesuatu yang menantang dan menyenangkan kalau mengikuti ari…! Kau kira kau saja yang boleh bersenang senang?!” marahnya.

Ryo mengangguk angguk senang.“tentu saja,dong Hanya misi level S yang diberikan untuk kapten” aku tahu apa yang kupikirkan saat itu sama dengan Yudas.

orang ini bodoh sekali…

Caesar meninggalkan ruangan, sebelumnya ia berbisik pelan ketika melewatiku.

“ingat ingat,nak,ini baru permulaannya, cobaan yang lebih berat mungkin saja datang setelah ini”
Dan bayangan punggungnya menghilang dibalik pintu baja otomatis.

“yah,rapat selesai,kan? Boleh aku bekerja lagi?! ” Messiah melangkah anggun, “hebat sekali Gabriel,aku hanya mendengarkan saja,tapi aku tahu kau memang laki laki sejati, apa kau mau makan malam bersamaku?” ajaknya seraya mengerling.

“kapan kapan saja,terima kasih” tolakku dengan halus.
Dia dan John keluar bersamaan, John sempat tersenyum menggoda kearahku.

“aku tadi tidak serius,lho,kapten”

Aku tahu sifat semua anggota Divisi utama Paladin aneh. Tidak seperti imej nya yang keren dan disiplin,sebenarnya Guardian milik paladin hanyalah sekumpulan orang kuat, dengan sikap yang aneh, Messiah misalnya, tante sexy,

Mikia,gadis manis dengan rambut model bob nya yang imut,tubuhnya kecil,tapi jika bertempur,dia memanggul bazooka raksasa yang tiga kali lebih berat dari tubuhnya sendiri.

evangelina-dia tidak hadir disini karena melaksankan misi-gadis remaja yang memiliki mata batin dan firasat yang lebih tajam daripada mata manusia biasa.

Dan para pria,seperti yang dilihat, Yudas, maniak alkitab, pastor dari vatikan yang memilik kemampuan tempur luar biasa,

John.R.Solomon, pria kulit gelap keturunan afrika,doyan musik rap dan kalau orang tidak kenal dia, pasti akan tersinggung karena kata katanya yang asal.

Ryo,laki laki yang ceria...,easy going, tampan dan menyenangkan,pemilik kecepatan luar biasa-dia pemegang rekor lomba lari nomor satu didunia,atlet berbakat yang disukai banyak gadis-tapi dia kurang beruntung dalam urusan percintaan, dia sendiri bingung kenapa dia masih sendiri hingga sekarang, tapi hampir semua orang didunia pasti tahu,itu karena dia sangat tidak peka terhadap gadis yang menaruh hati padanya.

Dan banyak lagi anggota lain,jumlah pasukan kami ribuan orang,
tapi guardian hanya sedikit jumlahnya,karena sulit mencari manusia dengan kemampuan bertarung menyamai undead. Tak heran jika disetiap misi, jika bukan karena alasan ’khusus’ seperti mempertahankan suatu Negara atau semacamnya, jumlah terbanyak guardian yang diturunkan hanya berkisar lima-enam orang.
Paladin bekerja untuk seluruh dunia.
Kami tidak pernah memilih milih misi mana yang ditugaskan untuk kami.
Yang jelas,sekuat apapun musuh kami, kami tidak boleh sampai mengalami luka sekecil apapun,tergorespun tidak boleh.
Manusia mana yang sanggup melakukannya?
Hanya guardian milik paladin.

Setelah mengangguk hormat pada Alexander Boraknitchov dan Syeikh Ibrahim yang tetap tinggal didalam ruang rapat,
kami segera keluar dari sana,
Mikia menggerutu,
“dasar si tua Caesar menyebalkan! Dia selalu mempermasalahkan itu itu saja!”

“tidak benar,dia itu orang yang keras,Cuma dia terlalu dendam karena anak dan istrinya tewas ditangan kaum terkutuk, makanya dia tidak mudah memaafkan kesalahan kecil dan selalu menginginkan segalanya sempurna”bela Yudas.

“kalau itu,kita semua juga mengalaminya,kan! Jangan sok alim,yudas!”

“Ari!”” kau memikirkan apa?” Ryo menggoyangkan bahuku ketika kami berempat dengan Yudas dan Mikia menuju ruang komunikasi.
Mikia harus menghubungi markas cabang Paladin diseluruh dunia.
Mencari tahu dimana serangan para undead dalam skala besar terjadi belakangan ini.
Karena jika ada banyak undead dalam waktu bersamaan,dengan kekuatan yang mampu meruntuhkan satu negara, maka disanalah Stast berada.

“aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa cepat menemukannya, bahkan kalaupun bisa kutemukan, aku takut dia berhasil melarikan diri”

“ini pertama kalinya aku bertugas bersamamu,dan ini pertama kalinya juga aku bekerja sama dengan Guardian sebanyak ini selama dua tahun belakangan” Yudas menyahut.
“kalau kau sebagai kapten tidak optimis, bagaimana caramu memimpin kami?”

Aku tersenyum “terima kasih sudah mengikutiku, tentu saja aku tidak akan mengecewakan kalian, aku tidak pernah gagal sekalipun dalam misi,kan?”

“pernah!” Mikia tergelak ”misi di timur tengah, kau gagal memusnahkan Stast!” tuduh Mikia keras keras.

“hei…,aku memang gagal melakukan pemusnahan waktu itu,tapi aku tidak gagal dan berhasil membawa sampel darah Stast,dan lagi, kegagalanku ada hikmahnya, coba kalau saat ini Stast sudah mati, pasti adikku tidak ada harapan lagi!” aku membela diri.
“benar 'kan Ryo?!” tanyaku pada Ryo.

“hah?! Apanya…,oh,menurutku,Messiah tadi cantik sekali,yaa, kenapa kau tidak mau kencan dengannya?”
Kami semua kehilangan kata kata...

“parahh…” komentar Yudas mengurut dada.
“Ryo…,kau suka…,tipe dada besar,ya?!” Mikia berhati hati menanyakannya.
Ryo menerawang “bagaimana,yah, ”
“kalau Ryo,pohon kelapa didandani,dikasih pita sama lipstik,dia juga suka” sahutku asal saja.

“yang penting aku tidak suka pada wanita yang sudah bersuami…”

“astaga? Kapten suka wanita yang sudah punya suami?!”

“ya, dia cantik sekali berwajah bulat dan tubuhnya mungil lalu dadanya….”
Tidak tahan lagi,aku memiting ryo berusaha menutup mulut besarnya itu.

“kau ini bikin gosip saja…”
di iringi gelak tawa Mikia, dan desahan nafas kesal Yudas.
Teman temanku, kami tidak tahu siapa yang masih hidup diantara kami besok.
Tapi yang pasti, saat ini mereka ada hanya untukku, melakukan lawakan tidak lucu untuk menghiburku, dan bersedia ikut denganku kemanapun aku pergi.
Aku tidak boleh hanya bersantai santai.

Bagiku saat ini, keberadaan mereka amat penting sebagai sumber kekuatanku,dan penopangku disaat aku mengahadapi masalah besar seperti saat ini.
Dan lebih penting lagi,nyawa mereka semua,adalah tanggung jawabku.
Aku membawa beban berat itu di pundakku,melindungi mereka adalah tugasku.

Mau tak mau aku memikirkan kata kata Caesar.
Cobaan macam apa lagi yang kiranya telah menantiku didepan sana?


***************************************
***************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


____________________________________
_______________________________


Aku cemas karena kak Ari belum juga muncul,padahal dia meneleponku, dan berkata ia akan tiba sore ini, tapi sekarang sudah jam 21:00, dan dia belum datang juga.
Tasuku tidak mau kudekati, bahkan hanya untuk membantunya makan.
Dia menolakku, dan kata kata nya selalu menyakitkan, dia bahkan mempercayakan perawatannya pada dokter dan perawat,dan aku tahu orang orang itu hanya setengah hati menolongnya,
aku tersiksa setiap kali membayangkan Tasuku menderita ketika mereka menatapnya seakan ia bukan manusia.
aku tidak perduli, tasuku pikir aku akan menyerah dan meninggalkannya hanya karena hal itu?
Walau didera seperti apapun,aku akan selalu berada disampingnya…

Praaaangg!!!!!!

Aku tersentak mendengar suara keras datang dari kamar tasuku disebelahku.

“Tasuku!!!!” ketika aku bergegas memasuki kamarnya, pecahan kaca tampak berserakan di lantai, Tasuku membelakangiku, tubuhnya gemetar, kamar itu gelap, hanya cahaya lampu dari luar yang samar samar menembus tirai tipis penutup jendela rumah sakit itu yang jadi penerangku,

“jangan…mendekat…” bisa kulihat ia duduk diatas kursi rodanya,dari tangannya menetes darah segar, apa baru saja dia memukul cermin itu?

Aku ingin meraihnya…,hatiku merasakan sakit yang teramat sangat.
Tanpa menghiraukan permintaan Tasuku agar aku menjauh, aku menghambur kearahnya,
memeluk punggung yang lemah itu,

“aku mencintai Tasuku” “Aku mencintaimu…” “Mencintaimu…”
“Sangat mencintaimu…” tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghiburnya, aku hanya mampu membisikkan kata kata itu, kata yang mewakili perasaanku saat ini.

“jangan…”aku mendengarnya meminta sekali lagi…
“aku tidak membutuhkanmu disini”

“tidak mau!” ujarku berkeras, “aku akan tetap disini,bersama Tasuku…!”
Tasuku membenturkan tangannya yang berdarah ke dinding beton, tembok putih itu ternoda dan darah mengalir deras dari lukanya,

“pergi!” ia membalikkan tubuhnya menghadap ku. “sebelum aku menyakitimu…”
Kini aku tahu apa yang membuatnya memecahkan cermin barusan,
dari pantulan cahaya bulan yang menembus tirai jendela yang terbuka,
aku dapat melihat dengan jelas, mata yang saat itu sedang menatapku.

Bukan mata berwarna biru langit yang selama ini jadi tempatku berteduh,sesuatu yang apabila aku memperhatikannya,maka aku akan selalu menemukan tempatku pulang disana. bukan mata yang memiliki kilau sehangat laut musim panas yang selalu menatapku dengan pandangan seperti sedang jatuh cinta.

Itu adalah mata yang merah bagaikan darah, merah gelap,warna mirip batu rubi, namun kesedihan luar biasa yang terkandung didalamnya begitu menyesakkan dadaku.
Tapi aku tidak takut, aku tidak takut, karena aku masih bisa melihat bahwa semenakutkan apapun mata itu,aku masih bisa melihat bayanganku begitu nyata di dalam sana.

Tasuku membenturkan tangannya berkali kali kedinding, darah mengalir lagi,

“bukankah aku sudah menyuruhmu?! Pergi sana! Aku tidak membutuhkanmu disini! Pergi….!”dia melukai dirinya sendiri dengan membabi buta.
Aku berlutut di pangkuannya,berusaha menghentikan tindakan tidak terkendali Tasuku.

“hentikan! Aku mohon…”kuraih tangan yang basah oleh darah itu, kutekan di pipiku berkali kali,hingga wajahku ikut basah oleh darahnya, Tasuku menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kumengerti,tapi aku tidak melihatnya kesakitan sedikitpun walau terluka separah itu,

“virus itu…” aku mendengar Tasuku bicara, suaranya tercekat, “virus itu cocok dengan tubuhku…” “jika terus begini,aku bisa bermutasi lebih cepat daripada yang diduga orang lain…”

Aku berusaha menyangkalnya, “tidak,Tasuku! Itu tidak akan terjadi…,sebentar lagi kak Ari akan datang, dia akan menolong, dan Tasuku bisa membuat vaksin penawarnya, kita akan segera memecahkan kode genetik nya, Tasuku akan sembuh…”

“kak Ari,ya…,”aku melihat Tasuku tersenyum “benar juga,kau pergi saja bersama dia…” aku terkejut mendengar ia mengatakan hal itu.

“Tasuku…?! Apa yang sedang kau bicarakan…?” ulangku,aku tidak percaya ia bisa mengatakan hal semacam itu…

“kenapa…? Bukankah bagus kalau kau bersama kak Ari saja?! Dia pasti bisa melindungimu lebih baik dariku, karena dia manusia, dan aku bukan”

aku hendak menamparnya,tapi tanganku terhenti tepat didepan pipi pucat Tasuku.

“apanya yang sakit,Daina…? Kau tidak bisa memukulku,kan? Tidak bisa memukul aku,karena apa yang kukatakan adalah kenyataan…”

“kenapa Tasuku bisa mengatakan gurauan serendah ini,sih…?!” “kenapa kamu sekejam itu…” ujarku kesal.
“aku mencintai Tasuku…” “dan cintaku tidak ada tawar menawar,aku tidak mengharapkan apa apa,dan aku tidak pernah memikirkan akan berpaling darimu…,”

“aku tidak akan membiarkanmu menanggungnya seorang diri, jika Tasuku ingin menyingkirkan aku dari kehidupanmu, baik,kalau begitu aku ingin Tasuku mendengarnya, ‘aku,lebih baik mati daripada berpisah darimu’…!”
aku sempat melihatnya berwajah seakan mau meneteskan air mata,tapi ekspresi nya saat itu adalah ekspresi yang tidak kukenal, wajah yang penuh kebencian yang sangat.

Ia menoleh sebentar,seperti menajamkan pendengaran,lalu ada senyum aneh menyungging dibibirnya.

“sekarang saja,aku sudah membuatmu menangis”
ketika ia mengulurkan tangan mengusap air mataku, aku melihat masih ada banyak darah di pergelangan tangannya,tapi aku tidak melihat ada bagian yang terluka.

“kau pikir aku tidak bisa berbuat lebih jauh untuk menyakitimu?!”
Lalu ia mendorongku perlahan, sangat cepat hingga aku tidak menyadari apa yang tengah ia lakukan padaku

“Daina…,awas!”
Ketika aku membuka mata, aku melihat sosok jangkung berambut sehitam arang itu memelukku erat,menahan tubuhku dengan mantap, tapi aku terlalu syok bahkan untuk menarik nafas.
Tubuhku bersangga pada dada kak Ari, pelan sekali ia mendudukkanku dilantai.

“kau gila,Tasuku…?! Dia istrimu”
Tasuku duduk kaku tak bergeming di atas kursi roda,matanya memandang dengan tatapan dingin.

“dia bilang ingin mati, aku hanya mengabulkan permintaanya” jawabnya tanpa penyesalan sedikitpun.
“aku hanya sudah muak melihatnya menangis pura pura untuk mengasihaniku”
Kak Ari meninju wajah Tasuku tepat setelah pria yang kucintai itu menyelesaikan kalimatnya.

“hentikan…! Kalian…,hentikan!” teriakku. “aku tidak apa apa…,”

“kau tahu,Tasuku…? Aku tidak pernah mengenal pria paling pengecut selain dirimu…” kak Ari berkata tajam “dia hanya wanita, kau tidak bisa memperlakukannya demikian, dia mencintaimu”

“memangnya kenapa kalau dia mencintaiku,kak?! Aku sudah tidak perduli lagi padanya, aku juga tidak perduli lagi pada apapun” Tasuku menyentuh pipinya yang memar akibat pukulan kak Ari jelas saja terasa sakit setelah ditinju kapten divisi utama Paladin

“aku tidak akan memaafkanmu jika kau menyakiti nya lagi…”

“kenapa memangnya…? Apa salah aku memberitahunya…? Aku sudah katakan aku tidak menginginkannya disisiku,dan dia tidak mau pergi,”
“kakak benar,dia istriku,lantas kenapa kakak marah?!” Tasuku memicingkan matanya.
”lebih pengecut mana? Aku atau orang yang merelakan gadis yang dicintainya direbut, hanya karena dia terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain?!” “padahal jika ingin meraih apa yang kakak impi-impikan,sekaranglah saatnya, aku sudah memberimu kesempatan,sebelum segalanya hancur ditanganku”
aku melihat nada getir saat Tasuku bicara ditengah pertengkaran itu.

“kalau aku pengecut yang hanya bisa memanfaatkan keadaan,maka kakak lebih pantas disebut menyedihkan!”

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Tasuku…
kak Ari tetap tenang,dia berdiri mematung.

“ya,aku memang merelakan sesuatu yang berharga bagiku untuk orang lain, tapi itu karena dia yang sangat menginginkan hal yang paling kusayangi sama sekali bukan ‘orang lain’…,” jawabnya perlahan
“karena aku merasa lebih baik melihat satu satunya keluarga yang kusayangi bahagia, bukan akhir yang bagus,kan’ jika hanya aku yang bahagia, tapi kau tidak?”

Tasuku diam saja, tidak membalas sedikitpun,kak Ari lalu melanjutkan ucapannya.

“ya,aku orang menyedihkan yang berharap kau bisa menjaga ‘warisan’ yang kuberikan padamu, tapi kau, malah melarikan diri seperti idiot begini,kau yang seperti itu,mati saja lebih baik”

Kak Ari menarik tanganku,”kita keluar,Daina, kita tidak ada gunanya menasehati orang yang tidak bisa diajak bicara.kau bisa mati terbunuh”

“tapi,kak, Tasuku terluka…”

“dia tidak akan mati hanya karena satu pukulan,kok”kak Ari tidak mendengarkanku, dia membawaku keluar walau harus berkutat dengan aku yang memberontak ingin melepaskan diri dan berada disisi suamiku.
Membanting pintu kamar Tasuku.
Terus menyeretku tak perduli aku meronta dan banyak orang yang melihat kami,
Kak Ari terus membawaku turun sampai kehalaman belakang rumah sakit,
yang penuh dikelilingi pepohonan tinggi dan taman yang terawat bersih.
tapi aku masih bisa melihat jendela kamar Tasuku dilantai teratas,begitu gelap dan mati.

“kak,Tasuku sendirian,lepaskan aku,aku mau bersamanya…!” desakku,
Kak Ari melepaskan tangannya hingga aku jatuh terduduk ditanah

“ukh…,”kesahku,
kak Ari mengulurkan tangannya,aku menyambutnya dan ia pun membantuku berdiri.
“maaf,yang tadi,aku sedang emosi,” katanya,dia membuang muka,tidak mau menatapku secara langsung

“aku tidak apa apa…” ujarku cemberut. Menepuk nepuk bagian bokongku yang kotor bekas jatuh, lalu aku duduk di bangku kosong taman rumah sakit yang asri itu.
Kak Ari menghampiriku dan ikut duduk disampingku.masih tidak bersuara.
Padahal tidak ada yang menyuruhku,entah kenapa aku bercerita begitu saja, sangat lepas, aku ingin ada yang mendengarkanku saat ini, tak perduli walau itu anak umur lima tahun, atau hanya seekor kucing.

“kenapa…,Tasuku jadi berubah begitu…?” kataku “aku tidak mengerti”
“padahal dulu Tasuku begitu penyayang, apa dia membenciku…?”
"aku juga baru kali ini melihat kakak dan Tasuku bertengkar..."

”sudah kukatakan aku suka Tasuku apapun yang terjadi padanya,tapi dia masih suka stress kalau memikirkan keadaannya,virus itu juga mulai bermutasi dalam tubuh Tasuku,aku sempat dengar dia bilang,tubuhnya cocok dengan virus itu, tadi aku lihat mata nya…”

Kak Ari sudah tidak ada lagi disebelahku.
Aku panik,sejak kapan dia pergi…?! Aku pasti terlalu sibuk dengan perasaanku sampai tidak sadar.
ternyata aku ngomong sendirian dari tadi...!
Menoleh kiri kanan,dia tetap tidak ada, apa dia dapat panggilan mendadak dari Paladin…?

Dasar,pasti karena dia sering begini makanya tidak ada perempuan yang mau sama dia…
Kurasakan bagian belakang kepalaku sakit,begitu aku menoleh,ada apel tepat dikakiku, ketika aku memungutnya,kak Ari muncul,berjalan santai kearahku,
belanjaannya banyak.
Dia juga menyerahkan susu cokelat kalengan padaku.

“bulat” tegurnya“duduk sini…”
Dia duduk lebih dulu dariku,menepuk tempat duduk disampingnya,isyarat agar aku duduk disana.

“tidak mau,” meski berkata tidak mau aku tetap duduk juga akhirnya. Kak Ari tertawa.

“makan itu” perintahnya menunjuk apel digenggamanku, “selain banyak vitaminnya,apel kan’ cocok dengan wajah bulatmu itu”

“aku tidak dengar…” kugigit apel itu, rasanya asam manis, menyebar dan meleleh dimulutku. Saat aku asyik memakan apelku,kak Ari mengelap bercak darah yang tersisa dipipi ku dengan lap antiseptik yang sepertinya baru saja ia beli.

“aku bisa sendiri…!”protesku.

“lebih baik kalau orang lain yang melakukannya untukmu,sendiri mana bisa lihat”

“kakak seperti ibu ibu…”kubiarkan kak Ari menyeka wajahku sampai bersih.

“kalau hanya terpercik tidak apa apa,aku juga sering,tapi nanti tetap minum obat,pakai vaksin standar juga, kita tidak tahu kalau kalau virusnya menular, Cuma jaga jaga…” ujarnya sambil mengingatkanku tanpa bermaksud menyinggung

“iya…”

“kalau kau ikut kena,Tasuku akan makin menderita,tidak usah dikhawatirkan,Tasuku juga sedang menyembuhkan hatinya sendiri, yang bisa kau lakukan saat ini hanyalah menunggunya,go slow…”

“kakak,yang tadi…, sebenarnya kakak dan Tasuku sedang membicarakan apa…?” tanyaku penasaran. kak Ari tampak mengerutkan alis, biasanya memang tidak apa apa,tapi disaat yang tidak tepat,mengejutkan melihat mata elang itu penuh tanda tanya.

“yang mana?”
Aku menghela nafas,
“memangnya kak Ari dan Tasuku pernah rebutan pacar…?”
Kak Ari tertegun, kemudian memasang wajah bego dihadapanku.

“oh,itu…” dia menatapku lagi, seperti hendak mengatakan sesuatu,lalu merendahkan badannya hingga posisi duduknya kelihatan agak maju, kedua lengannya bertumpu dipaha.

“tidak ada,kok,” jawabnya. “Tasuku tidak pernah punya wanita lain selain Daina…” lalu ia ikut ikutan mengehela nafas “Daina,aku…”
Dia hendak menyentuh pipiku, pandangannya lembut sekali, tapi sesaat sebelum tangan yang ragu ragu itu menjamahku, seperti ada kekuatan aneh yang menghentikannya.

“tidak,lupakanlah,kalau kuceritakan, pasti kau tidak akan mengerti juga, kau kan tidak pandai mikir” ia kembali membuang muka.

Aku jadi kesal dibuatnya, aku merasa kakak seperti menghindari bertemu mata denganku,memang dia benar,aku tidak mengerti sedikitpun apa yang mereka bicarakan tadi,
aku hanya menduga itu ada hubungannya dengan pacar Tasuku sebelum bertemu denganku, misalnya.
Tapi karena dibilang tidak ada apa apa,ya berarti memang tidak ada apa apa,
dengan pola pikir semacam itu aku jadi sedikit tenang.
Aku malas membalas ejekan kak Ari.
Jadi selama hampir setengah jam kami hanya duduk diam tanpa bicara satu sama lain.
perasaanku tidak menentu.

“hei, kalau ingin menangis,menangis saja, tidak usah ditahan”
Saran yang sering kudengar dari Tasuku kalau aku merasa sedih. Ternyata ajaran kakak juga,toh…

“kalau aku menangis,tandanya aku tidak tegar” tolakku ”aku sudah terlalu sering menangis…”

“siapa bilang…? Kau itu perempuan, jadi wajar kalau menangis.tidak akan ada yang menyalahkan perempuan yang menampakkan emosinya dengan cara apapun,walau kau itu menangis,pasti akan selalu ada yang melindungimu,ingat,itu”
Ketika ia menasehatiku,aku nyaris tidak bisa melihat wajahnya. Sebagian punggung kak Ari menutupiku.
ia berbalik membelakangiku,

“menangislah,aku tidak akan melihatmu”

Dan air matakupun pecah, aku sebal karena aku selemah ini, aku memang gampang menangis,terkadang saat melihat drama yang sedih ditelevisipun sudah cukup untuk membuatku meneteskan air mata.
Tapi kesedihan kali ini berbeda,begitu sakit dan perih.

Aku tahu orang yang kucintai berada dalam kesulitan,dan aku tahu dia membutuhkanku disampingnya lebih dari siapapun,tapi aku tidak boleh berada disampingnya,tidak boleh memeluknya,dan ia juga tidak mau aku melihatnya.
Tuhan,sebenarnya dimana letak keadilan…?

Aku hanya ingin mencintai… aku hanya ingin hidup tenang bersamanya…
Menangis dipunggung kak Ari, aku merasa tenang, meski lebih tegap dan keras, tidak seperti punggung Tasuku yang lembut,tapi kehangatan yang saat ini melingkupiku sama.
aku tidak bicara,hanya menangis sesengukan seperti anak anak,
kalau kak Ari yang biasanya,pasti aku diledek habis habisan, tapi kali ini lain,
dia membiarkanku melampiaskan perasan sedihku sendirian.

Aku membayangkan Tasuku…,
bayangan yang semakin dekat di pikiranku…
tanpa sadar tanganku mendekap punggung kak Ari dengan sangat erat.
Aku sempat terpekik mendapati reaksi kak Ari.
Dia berbalik untuk memelukku…

“tidak apa apa…, akan lebih lega setelah ini…” bisiknya ditelingaku,aku merasakan nafasnya yang hangat,dan sentuhan bibirnya yang menciumi ubun ubunku.

Tangannya mengusap rambutku.
tiap belaian dipenuhi kasih sayang yang meluap…

Tidak apa apa,sebab kak Ari adalah kakakku…,meski tidak ada hubungan darah,dia tetap kakak bagiku…,ini wajar,kami sudah menjadi saudara,dan dia tidak pandai mengatakan sesuatu yang manis seperti Tasuku,maka tidak apa apa jika dia menghiburku dengan cara seperti ini…

aku bahagia memiliki keluarga seperti mereka didunia ini…

“kakak…, Tolong tasuku…”

“walau begitu,aku tahu Tasuku masih mencintai Daina,”
“jadi sudahlah,ya,lupakanlah…,”
Hanya itu yang dikatakan kak Ari padaku.
Meski dia adalah orang yang paling tahu aku tidak mungkin bisa melupakan kesedihan ini, dia tetap ingin mengubahnya menjadi kekuatan
itulah orang yang membesarkan Tasuku selama ini, orang yang mendidik laki laki yang kucintai, kakak Tasuku,berarti kakakku juga…

Satu satunya hal yang dapat menguatkanku saat itu adalah,memikirkan bahwa aku tidak sendirian…



*****************************************
*****************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

haaaaaaaaaaaaahhh!!!!!
santaiiii!!!!
saat daina sampai sini,daina kira daina sudah mati,,,,,
biasalah,syndrome blank idea,,,,,hiks,,,,,,,,,,,
!@#$%^&&^%$%&*!!!!!!!!
oot bentar,yah,,,,
daina mo posting lagu yang 'menyelamatkan' daina disaat saat terakhir,,,,
ost karin chibi vampire,,,,SCARLET!!!

[ame="http://www.youtube.com/watch?v=fCLtFJEh3Kk&feature=related"]http://www.youtube.com/watch?v=fCLtFJEh3Kk&feature=related[/ame]

FULL BLOODY-AWESOME SONG,,,,
and awesome lyric too,,,,,,
membuat daina 'masuk' secara penuh dalam suasana pertempuran dan romantisme tragis dalam cerita ini,,,, ^^;
(kalau kalian mencari lyric translate-nya juga,pasti paham yang daina katakan)
hope you all like it,,,,,
sambil membaca lanjutannya,,,,daina pikir akan lebih asyik sambil mendengarkan musik,hehe,,,,

ok!!!! next!!!
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku


_____________________________________
_______________________________


Lewat jendela teralis besi itu,aku memperhatikannya,jelas sekali.
Kakak dan Daina berpelukan,itu hanya pelukan penghiburan,aku tahu, aku bukan anak kecil yang cemburu hanya karena hal itu.
Tapi dengan keadaanku yang sekarang,bagaimana aku bisa mempertahankan pikiranku tetap bersih…?

Kudorong kursi rodaku kedekat tempat tidur, kamarku masih berantakan dan pecahan kaca cermin yang kupecahkan masih belum dibereskan.
Aku enggan meminta Daina untuk membersihkannya.
Lebih baik begitu…

Daina akan lebih baik jika bersama kak Ari.
Jika bersama kakak,dia pasti bahagia,
tidak akan terluka,jiwanya tidak terancam... dia dipastikan aman dan terlindungi...
sesuatu yang terbaik,dan dia pantas mendapatkannya

Aku benci jika menyerah,tapi aku tidak bisa pura pura menutup mata akan apa yang terjadi padaku.
Virus itu…,menyebar dalam tubuhku, dan tubuhku bermutasi dengan sangat cepat,lebih cepat dari infeksi biasa. jika aku mengkalkulasi apa yang akan terjadi selanjutnya,
kecil kemungkinan aku masih berupa manusia saat kak Ari berhasil membawakan sampel Stast. Vampir itu sulit ditangkap,sama sulitnya dengan mencari jarum ditumpukan jerami.

kakakku yang kukagumi melebihi siapapun, dan istriku yang malang.
“kalian menderita karena orang sepertiku…” aku bergumam gumam sendiri.
Tertawa,tapi aku sendiri tidak tahu mengapa.
Menangis,dan tertawa lagi, sangat menyedihkan mencoba memahami kenyataan bahwa yang barusan menghibur Daina dikala ia kehilangan arah bukanlah aku.

Aku mendapati perubahan pada warna mataku,ketika aku menyadari betapa mengerikannya perubahan itu,aku juga sadar akan insting yang semakin kuat,
aku masih bisa menahan akal sehatku,,tapi semakin aku menahan insting untuk menyerang. Semakin tajam kelima panca indera ku,
aku bisa mencium bau darah,mendengarkan dengan sangat jelas, dan sebagainya.
meski mungkin belum sekuat undead sejati,
bagaikan bisikan setan yang begitu nyata, ada semacam perasaan kuat yang menekanku,
suara dalam kepalaku yang berputar putar, ketika ada orang lain didekatku, suara itu semakin nyaring,
aku tidak pernah mengacuhkan sedikitpun penelitian yang kulakukan.
Jadi ini pastilah virus itu yang mencoba memerintah otakku, bakteri itu butuh makan tentu saja, menyuruhku untuk melakukan hal gila yang tidak akan pernah kulakukan walau mendapatkan hidup abadi dan rahasia pengetahuan diseluruh alam semesta sekalipun.

Aku tidak pernah bermaksud menyakiti Daina,apalagi membunuhnya.
Tapi dia tidak mau menjauh dariku,betapapun aku menyakiti perasaannya…
dia tetap tak bergeming, kekuatannya nyaris membuatku mati karena menderita memikirkannya, itulah alasan kenapa aku melakukan hal seperti tadi,
kurasa hanya saat itulah penyakit terkutuk ini berguna untukku,
aku tahu langkah siapa yang saat itu menuju kemari,aku tahu kak Ari akan sampai ke kamarku dalam 2 detik, dan aku sudah memperhitungkan secepat apa reflek yang akan dilakukannya,
aku tahu…,
pasti sempat,waktunya sangat cukup untuk membuat Daina terdorong jatuh kearahnya,walau harus mati,aku juga tahu kak Ari pasti akan pasang badan demi menahan tubuh Daina,

wah,aku terlalu banyak tahu, aku tertawa sendiri, sambil tertawa, pedih di dadaku menusuk nusuk,
Pintar sekali aku menyembunyikan perasaan sakit ini,
aku sakit!
Sakit setiap melihat Daina menangis untukku, kurasa aku akan gila,
aku tidak mau mati,tapi aku juga tidak mau hidup,
atau mungkin keadaanku saat ini seperti setengah hidup dan setengah mati
Aku tidak ingin Daina yang kusayangi hancur ditanganku,
gadis ajaib yang ceria dan polos,
tidak pernah punya niat jahat dan selalu mempercayai orang lain apapun alasannya,
sulit bagi orang lain menemukan alasan untuk membenci Daina, karena ketulusannya,
dia patuh dan mudah dimengerti, dia jujur dan lurus
dia cengeng dan penakut,
tapi dia juga pemberani dan punya rasa keadilan tersendiri.
Siapapun yang berdekatan dengannya,pasti akan merasa tenang,
karena dia gadis ajaib,
karena dia terlahir dengan seluruh kebaikan didunia yang ditakdirkan selalu melindunginya.
tidak perlu kujelaskan sebesar apa rasa cinta dan obsesiku terhadap Daina,
bidadariku yang paling kucintai diseluruh dunia ini...
sihir tertinggi yang mampu mewujudkan setiap kebahagiaan yang belum pernah kulihat sebelumnya...

Aku mengingat ingat kenangan akan Daina dalam kepalaku, hanya itulah yang membuatku bertahan hingga saat ini,
walau menurut hasil perhitungan otak ‘luar biasa’ milikku hasil jadi dari virus iblis ini,aku nyaris tak punya kesempatan lagi…

Tanda tanda kecocokan sudah jelas terlihat,aku mencoba melukai diriku sendiri tadi, kuhantamkan tinjuku kearah kaca cermin disamping tempat tidurku,
mengeluarkan darah,tapi rasa sakit tidak menyiksaku sama sekali… apa separuh tubuhku telah mati…?

Menurut penelitianku selama ini, undead jenis zombie atau ghoul,mereka bisa merasakan sakit, kalau begitu,akan jadi undead jenis apakah aku nanti…?

Vampir…,
aku tersenyum pahit, secara pasti otakku memenuhi persyaratan,kan…?
Tentu saja,aku sangat memenuhi syarat,
mungkin akan seperti Stast The Origin nantinya,lalu aku akan mati, mati dengan hanya menyisakan tubuh haus darah dan menjijikkan…

“Daina…, apa kau tahu mengapa kau sangat berharga…Kenapa aku sangat takut kau akan hancur ditanganku…” berkata aku pada diriku sendiri.
aku mengacak rambutku, kepalaku pening,
aku sekarat sekarang...sekarat dan seorang diri...!

"Daina...ugh..." tenggorokanku berdeguk membendung tangis, "Dai...na...ugh...ugh..."
aku menginginkannya,aku ingin dia...
aku tidak bisa hidup sedetikpun tanpa nya...
aku membutuhkannya seperti manusia perlu udara untuk bernafas...
"Dainaaaa!" aku memanggil manggil namanya dalam kesunyian,luka yang menyakitkan mengiris dadaku.


aku sakit,tapi aku sakit bukan karena terluka atau dilukai...
aku sakit...
karena tidak bisa merasakan apa apa...




*************************************
*************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

“aku mencintai Tasuku” “Aku mencintaimu…” “Mencintaimu…”
“Sangat mencintaimu…” tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghiburnya, aku hanya mampu membisikkan kata kata itu, kata yang mewakili perasaanku saat ini.

“jangan…”aku mendengarnya meminta sekali lagi…
“aku tidak membutuhkanmu disini”

“tidak mau!” ujarku berkeras, “aku akan tetap disini,bersama Tasuku…!”
Tasuku membenturkan tangannya yang berdarah ke dinding beton, tembok putih itu ternoda dan darah mengalir deras dari lukanya,

“pergi!” ia membalikkan tubuhnya menghadap ku. “sebelum aku menyakitimu…”
Kini aku tahu apa yang membuatnya memecahkan cermin barusan,
dari pantulan cahaya bulan yang menembus tirai jendela yang terbuka,
aku dapat melihat dengan jelas, mata yang saat itu sedang menatapku.
huooo
“Daina…, apa kau tahu mengapa kau sangat berharga…Kenapa aku sangat takut kau akan hancur ditanganku…” berkata aku pada diriku sendiri.
aku mengacak rambutku, kepalaku pening,
aku sekarat sekarang...sekarat dan seorang diri...!

"Daina...ugh..." tenggorokanku berdeguk membendung tangis, "Dai...na...ugh...ugh..."
aku menginginkannya,aku ingin dia...
aku tidak bisa hidup sedetikpun tanpa nya...
aku membutuhkannya seperti manusia perlu udara untuk bernafas...
"Dainaaaa!" aku memanggil manggil namanya dalam kesunyian,luka yang menyakitkan mengiris dadaku.


aku sakit,tapi aku sakit bukan karena terluka atau dilukai...
aku sakit...
karena tidak bisa merasakan apa apa...
weeeeeeeeeewww >8o>8o
saia sangat suka dengan tokoh Ari, tapi kalau sampai tasukunya kayak gini susah juga ya...uughhhhhhhhhh...
yahh...baiklah saia akan memilih
ARIIIIIIII!!
|:mad: sama aja yak, payah
tapi suer ceritanya haru dan keren dai
semagnat yaaaak
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


________________________________________
______________________________


“kakak…”
“aku…tidak bisa bernafas…”
Tidak menghitung berapa lama waktu yang berlalu, rasanya nyaris tertidur dalam dekapan kak Ari,, Kak Ari cepat cepat melepaskan pelukannya,salah tingkah sendiri.

“ma,maafkan aku,” ujarnya gugup,lalu kembali membalikkan badan,menghindari ku lagi,
kenapa lagi,sih,dia?

“kak…!” aku jadi merasa aneh dengan kelakuannya,padahal tadi dia biasa biasa saja! “jangan berbalik begitu,coba tatap aku” aku memaksanya memandang kearahku.
sungguh mengejutkan, wajahnya merah sekali seperti kepiting rebus.

“ya,ampun…!” keterkejutanku membuatnya semakin panik,entah karena apa.

“kakak,sakit,yaa? Ayo…,kita harus menemui dokter...” kutarik tarik tangannya, jangan jangan kak Ari Anemia gara gara kurang istirahat beberapa hari ini…?
Kalau benar begitu,artinya aku sudah sangat merepotkannya selama ini…
aku sangat menyesal, kalau aku jadi kak Ari, aku juga pasti merasa repot, padahal banyak masalah,masih mau mendengar curhatan ku…

“sini,biar kulihat panas atau tidak”
lelaki bermata elang itu mengelak dan bangkit dari tempat duduknya.
menepis tanganku,dia betul betul tinggi, dan aku tidak bisa lagi mencoba menempelkan tanganku di dahinya untuk mengukur panasnya,
meski aku mencoba berjinjit sekalipun!
coba aku 15cm lebih tinggi lagi,pasti berhasil,huh!

“a…aku tidak apa apa! Kau ini cerewet,dasar bulat…!”

“a…?”
Apa apaan,dia…? Aku sangaaaaatt menyesal mengkhawatirkannya barusan…!
Kakak aneh! kakak bodoh!

“kakak…,kau ingin ditonjok,ya?”aku mengumpat kesal.

Kak Ari mencibir,“coba saja,kau itu lebih pendek dariku,mana mungkin bisa?!”
aaaarrrgghhh!!!
Aku tidak suka mulut pedas itu!
Kenapa harus dia yang jadi kakak Tasuku?!
Dan kenapa juga tadi aku sempat berpikir dia mirip dengan Tasuku?!
Aku idiot sekali berpikir demikian,
walau kesal sekali rasanya, bibirku meliukkan senyuman,
kak Ari selalu berhasil membuatku tertawa

“bulat,ya? Benar?” aku tertawa,”apa karena wajahku bulat makanya Tasuku jatuh cinta padaku? Kalau begitu aku cantik,dong?” tanyaku bersemangat

walau diejek seperti apapun,walau mulutnya selalu mengatakan hal hal yang kasar dan tidak simpatik,
kakak tidak mematahkan hatiku sama sekali,kok
malah aku jadi bersemangat lagi,
aku sangat berterima kasih...



***************************
***************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari

_________________________________________
_______________________________


“bulat,ya? Benar?” dia tertawa lagi,
"apa karena wajahku bulat makanya Tasuku jatuh cinta padaku? Kalau begitu aku cantik,dong?” ia bertanya dengan setengah bercanda.

Iya, kau itu cantik sekali,bahkan lebih dari cantik,jika kau secantik ini,seperti apa kira kira cantiknya seorang bidadari?
tersenyumlah lebih lagi...


Sayangnya,mustahil mengatakan apa yang ada dalam hatiku saat ini.

“maksudku bukan hanya muka mu yang bulat,badanmu juga cebol…” itulah yang terlontar dari mulutku.

Daina melempar kaleng kosong susu cokelat yang telah habis diminumnya padaku.

“dasar! kak Ari memang bodoh!” teriaknya

“aduh,bagaimana si Tasuku,sih? monyet betina dijadikan istri…”

“apa?!”

“kalau bukan monyet betina,mana mungkin main lempar sampah sembarangan, jorok!” ujarku sambil memungut kaleng kosong yang barusan dilempar oleh Daina,lalu memasukkan kedalam bak sampah disamping bangku taman tempat Daina duduk.

Ah,wajah merengut begitu juga manis sekali di mataku, demi tuhan,
aku malu sekali ketika mendapati diriku tidak bisa mengendalikan perasaan terhadap Daina.
Aku melihatnya menangis,aku hanya berusaha menghiburnya,
wajahnya yang menangis bagiku terlihat cantik,sampai aku kehilangan akal sehatku…
betapa gilanya perasaan yang bernama cinta,
sesaat aku lupa segalanya, aku bersedia menukar apapun milikku hanya untuk beberapa menit bersamanya. Menghirup aroma rambut daina yang setengah basah, dia terisak isak didadaku,
aku sangat ingin membungkusnya agar ia tidak lenyap dari pandanganku
baru kali ini aku membiarkan seorang gadis berdekatan denganku,
tidak pernah sekalipun,bukan berarti siapapun bisa menyentuhku agar aku bisa memecahkan rasa penasaran sebagai laki laki,

hanya Daina, dan pada Daina lah perasaan yang begitu kuat mengikatku sampai aku tidak bisa mengalihkan pandanganku terhadap gadis lain.
Dan sekarang,dia berada disampingku.
begitu dekat hingga aku bisa merasa sentuhan kulitnya yang halus di kulitku.
Bahkan sekarangpun masih gemetar karena sensasinya.

Daina sepertinya sama sekali tidak sadar,
baginya aku hanya ‘kakak’ dan tidak lebih,
aku sangat lega karena Daina tipe orang yang mudah mempercayai orang lain, dan dia tipe yang tidak suka berprasangka buruk.

Kudongakkan kepalaku, menatap jendela dilantas tertinggi,tirai jendela itu setengah terbuka, aku tidak melihat apapun disana.
Apa dia melihat apa yang baru saja terjadi? Semoga dia tidak melihatnya,
demi tuhan,aku tidak pernah berniat sedikitpun merebut Daina dari tangan Tasuku.

Daina dan Tasuku, adalah orang orang yang ingin kulindungi, aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan membuat salah satu dari mereka hancur.
Telepon genggamku berbunyi,nama Mikia tertera dilayarnya, aku tahu itu pertanda sesuatu.

“Mikia?! Ada berita?!”
Bayangan virtual Mikia mengganguk mantap.

“kapten,Yudas sudah menyelidiki yang kau suruh,sekarang,coba saja kau lihat acara berita internasional” katanya

Aku memang menyuruh beberapa temanku mengamati perkembangan berita dunia,
aku ingin tahu perusahaan obat mana saja yang mengumumkan tentang vaksin undead, sangat mudah mencarinya, tapi menunggunya tentu tidak mudah, aku berharap bisa melacak data penelitian Tasuku yang hilang, dengan begitu,mungkin aku bisa menemukan petunjuk mengenai siapa dalang yang telah mencelakakan adikku.

“perusahaan obat, Clarken.corp,telah mengumumkan akan meluncurkan vaksin 50% untuk virus Undead, dan mereka akan memberikan pernyataan resmi besok.”

Tanpa bicara lagi,kuhidupkan fitur televisi di ponselku, seorang pria paruh baya sedang melewati sesi wawancara,
pria itu terlihat percaya diri.

“jadi,Mr.Clarken, bagaimana dengan hasil penelitian anda selama ini? Benarkan dengan terciptanya vaksin untuk infeksi 50% ini,membebaskan dunia dari pengaruh kanibalisme yang mengerikan ini bukan lagi mustahil?” wanita pembawa acara itu berkata penuh rasa ingin tahu.

“tentu saja” kata sang presiden direktur "dulu kami mempekerjakan Dr.TsaraniaKova Gabriel di lab kami,walaupun sekarang kerja sama kami sudah berlalu, tapi kami berhasil merekrut peneliti lain yang tak kalah berpengalaman yang dulunya bekerja di lab milik pemerintah”

“vaksin ini lebih baik dari vaksin dengan presentase penyembuhan 30% yang dibuat Dr.Gabriel sebelumnya,kami berhasil mengembangkan penelitian lebih baik dari saat itu,” seorang pria berpenampilan lebih mirip zombie daripada manusia ikut dalam percakapan.

Pada saat itu,Daina yang sedari tadi duduk diam mendengarkan memekik keras
“aku tahu! Dia Dr.Dominique, rekan sekerja Tasuku di lembaga penelitian, kenapa sekarang dia bekerja pada Clarken?!” Daina menunjuk pria tinggi bertubuh kurus yang duduk disamping paman yang bernama Robert Clarken itu.

Aku menoleh pada Daina. “kau kenal mereka?” tanyaku pada Daina

“tentu saja aku kenal,itu Mr.Clarken,mantan penyandang dana utama dalam penelitian Tasuku,mestinya uangnya sudah dikembalikan oleh Tasuku,”
“dan dia! Dr.Dominique, peneliti yang sama seperti Tasuku,aku benci dia,
dia melakukan penelitian yang sama dengan tasuku, tapi atas tujuan uang” katanya jujur.
”mereka,aku tidak ingin menuduh… tapi mereka sangat menginginkan data penelitian Tasuku!”

Aku kembali menyambung komunikasi dengan Mikia, “hanya mereka yang mengumumkan? Tidak salah lagi?” cecarku.

“hanya mereka.” Jawab Mikia. ”tidak salah lagi,dan besok,akan diadakan pemberitahuan resmi di Bangkok pada jam 12 siang,clarken corp akan memasarkan vaksin buatan mereka keseluruh dunia…”
tiba tiba mata Mikia melotot “heh,apa kau meragukan jaringan informasi Paladin?!”

Aku menutup telepon tanpa menjawab protes Mikia.
Amarahku kembali meledak ledak. Siapa yang tidak marah jika saudaranya diperlakukan seperti binatang?! Aku harus mencari tahu dulu sebelum bertindak.

“kak Ari?! Mau kemana?!” Daina berlari lari kecil mengimbangi langkahku yang panjang,

“tetap disini,” aku menuju pesawat Jet yang terparkir di parkiran belakang rumah sakit,Ryo sedang merokok santai sambil berjongkok di dekat pesawat,
dan tentu saja, seorang perawat cantik duduk di kokpit, pada saat begini masih saja…

“keluar” perintahku pada si perawat yang tergopoh gopoh keluar dari dalam pesawat.
Aku menatap Ryo yang senyum senyum sok ganteng.
"kukira kau masih lama” ujarnya.

“ayo pergi” kataku pada Ryo,tanpa bersuara ryo langsung memberikan hormat a la militer,ia segera melompat ke kursi pengemudi.

Daina menatapku tidak mengerti, aku berbalik untuk memandangnya.
“jaga Tasuku,ya” pesanku.

“kakak mau ketempat Clarken?”
Aku mengangguk
“Hanya memastikan,aku ingin tahu...”

"kalau ternyata dia yang mendalangi semua ini?" tanya Daina.

"Aku akan membunuhnya" jawabku tanpa berpikir.

Daina tidak mencegahku, dia juga mengangguk,mendukung keputusanku. Memeluk ku sekali lagi,aku mundur beberapa senti ketika tubuhnya menyentuhku,
Daina menarik lengan bajuku,dan berbisik pelan

“siapapun pelakunya…,buat dia membayarnya,kakak…,”jemari mungil sehalus sutra yang menjamahku gemetar menahan tangis.

aku tidak akan mengampuni orang yang memberikan bencana ini kepada Tasuku…
Aku tahu perasaannya,
Tidak ada cara lain selain membuatnya mengaku…
Meski dengan kekerasan sekalipun.
Deru angin menyeruak ketika pesawatku lepas landas. Daina hanya setitik kecil diudara.

Aku hanya ingin menuntut keadilan,
keadilan yang aku tahu pantas didapatkan adikku.



*********************************
*********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


____________________________________________
___________________________________


“mana kak Ari?”
Ketika aku membersihkan kamarnya,itulah kata pertama yang diucapkan Tasuku,
dia terus diam tak bersuara menunggu jawabanku.
Tentu saja aku senang dia mengajakku bicara,
kupikir mau marah marah lagi,ternyata menanyakan soal kak Ari. Walau yang ditanyakan tidak sesuai dengan yang diharapkan,tetap saja aku sangat gembira Tasuku mau bicara denganku.

Maka akupun menceritakan padanya apa yang baru saja terjadi,kukira Tasuku akan lega,diluar dugaan,wajahnya tampak marah sekali.

“jadi kakak juga…,telah melihat acara tadi?” geramnya.

“juga?? Tasuku juga…” aku melirik televisi di sudut kamar Tasuku, yang saat itu dalam keadaan mati.
“orang itu,Robert Clarken, aku tahu,dia yang ada dibalik semua ini,”
“kakak tidak tahu apa yang dihadapinya,jika orang tahu kapten divisi utama Paladin memiliki adik yang terinfeksi,dan mempertahankannya tetap hidup,akan jadi pukulan besar baginya”

Aku meneruskan menarik seprainya yang kusut “aku tidak begitu paham,tapi kurasa kak Ari akan baik baik saja,kurasa…dia sudah tahu apa yang dia perbuat…”
tapi aku cukup kaget Tasuku dapat menduga sejauh itu,

Tasuku menerawang, "aku tahu kakakku,dia bisa melakukan apa saja untuk melindungiku, kalau dia tiba disana dan tahu siapa pelakunya,aku bisa membayangkan bagaimana murkanya dia..."
“betapa baiknya dia yang bersedia berkorban apa saja untuk adiknya tanpa memikirkan posisinya sendiri…”
saat mengatakan itu,suaranya terdengar dalam dan sedih.

“aku harus pergi,” pintanya “aku harus mencegahnya melakukan sesuatu yang membuatnya menghancurkan dirinya sendiri”

Aku terperangah, bukankah sudah kukatakan kak Ari memiliki pertimbangan tersendiri?
Mana bisa orang lain yang melakukannya,jika benar apa yang dikatakan Tasuku, harus ada yang tahu kebenaran yang sesungguhnya, dan dia akan membuatnya mengakui perbuatan kejam itu…

“itu tidak boleh terjadi,Daina,aku harus menghentikannya,”

“tidak apa apa,kak Ari akan baik baik saja,dia cerdas dan penuh perhitungan seperti Tasuku…”

“tapi dia baik,” Tasuku berkata tajam. "sayangnya tidak semua orang baik sepertinya,”
“orang tentu telah mendengar rumor bahwa aku, Dr.TsaraniaKova Gabriel mengalami kecelakaan dalam penelitian,dan mereka tahu terinfeksi virus original yang tidak ada obatnya,
sedangkan Clarken, apa posisinya? Dia,memiliki vaksin yang dapat menyembuhkan separuh dari infeksi standar, seluruh dunia menginginkannya…lebih daripada seorang ‘bekas’ ilmuwan jenius tanpa harapan dan mungkin sudah tidak tertolong lagi,
yang sebentar lagi akan berubah menjadi undead baru!”

Aku terpaku,kak Ari memang pernah mengatakan kemungkinan terburuk semacam itu,tapi,kenapa Tasuku sampai memikirkan sejauh ini…

“artinya…,seluruh dunia mendukung Clarken…”seruku tak percaya.

“ya,itulah yang akan terjadi,semua orang ingin jadi musuhku,sekarang” suara dalam dan sedih itu… aku ingin sekali memeluknya,tapi mungkin ia akan marah lagi…

“Tasuku…”
Tasuku menoleh kearahku,

“dengan apa kita akan pergi? Bangkok,lho? Apalagi di bandara akan ada proses pemindaian, bagaimana kita akan melewatinya”

“kita…?” Tasuku mengerutkan keningnya,
bisa kulihat mata merah keemasan itu menatapiku seolah aku mengatakan hal yang tabu.

“aku tidak berniat mengajakmu bersamaku…,” ujarnya dingin.

“mana bisa Tasuku pergi sendirian? Memangnya kamu sudah bisa jalan?!”
Tasuku berdiri dari kursi rodanya,sangat mudah,seakan tubuhnya tidak lebih dari sehelai kertas.

“aku akan pergi sendiri…” katanya lagi, “kalau membawamu,akan sangat merepotkan”
dia melangkah menuju jendela, membengkokkan terali besi dengan sekali tarikan, gerakan sedikit menghentak namun sangat anggun, aku terpana.
Tasuku! Dia…

“tunggu!” teriakku,Tasuku telah bersiap hendak melompat dari jendela,
aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan menangis lagi,tapi kali ini lebih dari itu,
aku berusaha mengendalikan pria yang kusayangi hanya dengan sepotong cinta. Sungguh jahat aku ini.

“kalau Tasuku pergi…,aku akan beritahu semua orang kalau kau kabur, aku tidak akan membiarkanmu pergi kalau meninggalkanku disini…,!” ancamku
Aku berhasil, dia memandangiku segan,wajahnya yang pucat bak pualam semakin terlihat tampan disinari cahaya bulan yang merembes masuk melalui jendela.

Dia mendekatiku,meraihku dalam pelukannya,
Tuhan,apa ini mimpi?!
Aku sedang berada dalam pelukan orang yang kuimpikan sekarang,
Tasuku…Tasuku…,
suamiku, pangeran milikku seorang…
Bibirnya menyentuh pipiku,sangat lembut, nafasnya menderu hangat disekitar telingaku, turun ke rahangku,lalu dengan lembut menyentuh leherku,
aku menikmati setiap sentuhannya, aku mencintainya, sampai aku jadi gila karenanya…

Tangannya membelai punggungku, disaat aku nyaris jatuh lunglai karena mengharap lebih, sebuah hantaman kurasakan di tengkukku, membuatku tidak bisa bergerak sama sekali karena rasa sakit

“aku mencintaimu…, aku mencintaimu, lebih dari apapun…”

Aku mendengarnya berbisik,aku merasakan air matanya jatuh meluncur pada wajahku, ketika ia menyeka nya, aku merasakan tanganku diciumi berkali kali,
kepalakupun sangat pening ketika akhirnya aku mendengar Tasuku mengatakan:

“maafkan aku…,aku sangat mencintaimu”


Dan kesadaranku pun buram seketika,lalu menghilang…

******************************
******************************

Satu jam kemudian,aku tersadar,
Tasuku sudah tidak ada di sampingku lagi, dia menghilang,
aku tak dapat membendung kepanikanku lagi.
Kupandangi jam,pukul 12:21, masih sempatkah,jika aku menyusulnya?
Ini bukan zaman primitif,dengan teknologi transportasi masa sekarang,tentu tidak akan sulit melintasi berbagai negara dalam hitungan jam,
aku bisa sampai disana sebelum pagi menjelang...

Walau Tasuku melarang,aku harus ada disana,
Salah besar jika aku selalu dikira penurut olehnya.
Aku bukan anak manis yang hanya bisa menangis, tidak ada yang salah kali ini.
Benar,tidak akan ada yang salah jika aku mendampingi suamiku
walau dimarahi,aku masih bisa meminta maaf!
pokoknya aku harus menyusulnya.
aku mengambil dompet dan paspor,hanya itu barang bawaanku.
lorong lorong dan lingkungan disekitarku sudah mulai sunyi ketika aku meninggalkan rumah sakit.


********************************
********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

huooo

weeeeeeeeeewww >8o>8o
saia sangat suka dengan tokoh Ari, tapi kalau sampai tasukunya kayak gini susah juga ya...uughhhhhhhhhh...
yahh...baiklah saia akan memilih
ARIIIIIIII!!
|:mad: sama aja yak, payah
tapi suer ceritanya haru dan keren dai
semagnat yaaaak

thanks,misaaaa!!!
bab ini lumayan sulit,dehh,,,tapi masih kalah tingkat kesulitannya dengan bab 12 nanti,,,hiks,,,,,rasanya saya mau matiiiii~ >:'(

hmmm,,,,,kok suka kak Ari??? (ikut ikutan Tasuku panggil 'kakak',hehe),,,,
kalau saya,,,,,sangat suka STAST THE ORIGIN,hehe,,,,,
kenapa???
sudah pasti karena,,,,,DIA SINTING!!! :)):))



:p:p:p
banyak romantisnya,yaa,kk???
chooowwyyy,,,,maafkan dai yang payah iniiii~
habis ini konfliknya dipercepat,duuueeehhh,,,,hyahahahhhahhahaa~
:):)):)):))(
(berjuanglah dynaaaaaaaaaaaa!!!!)



@sebenarnya nggak penting penting amat,sihh,,,,
tapi,,,,BERAPA TINGGI BADAN KAK ARI???? :)):)):)):))

kalau pengarang yang bodoh ini membayangkannya,sihhh,,,,,
mungkin sekitar 186cm,yaaa???? (gagaaaaaaaaahhh!!!!)
(pokoknya dia lelaki yang sangat cantiiikkk!!!! sama dengan adiknyaaa,,,hoho)
(andaikan bisa memiliki dua-dua nyaaaa)
(weeeewwww!!! kelihatan sekali obsesi saya terhadap mereka!!!)

kalau Tasuku???
hmmmm!!!! 182cm,,,,,, (ikutan bangga juga)

jadi,,,,,'Daina' dibawah 155,dunk???? begitulah,,,,,,,hehe
*pengarang kabur sebelum dibom sama chara 'Daina'*
:)):)):)):)):))

ok!!!!!
next!!!!!!!
 
Last edited:
Back
Top