radiaku
New member
Karakter dalam cerita ini
Bara: Ceria, Fun, Nakal, Urakan, Paling bandel. Semuanya baginya dibuat take it easy. Tapi di balik semua itu, tiada yang tahu bagaimana perasaannya. Kadang kadang dia melakukan sesuatu yang salah di mengerti dan nggak bisa di mengerti orang lain walaupun tujuannya adalah baik tapi kadang kadang di lakukan dengan cara yang luar biasa.
Nidi pernah berkata "BA dan Bara itu sama sama susah di mengerti karena karakter mereka "dalam". BA itu dalam ketenangannnya dan kalemnya, tersembunyi sifat aslinya, Bara dalam cerianya dan tawanya, tersembunyi sifat aslinya."
Petualang jalang yang telah bosan dalam mencari arti dari cinta, sebelum bertemu Okta, dan oleh sebab tertentu dia terpaksa memutuskan Okta. ( LAKI LAKI )
Nidi: Ramah, Baik, salah satu dari sedikit Teman bara, tangan kanan BA. Penengah, ahli strategi. ( LAKI LAKI )
BA: Tenang, Kalem, pendiam, serius, tak ada yang tahu dalamnya BA seperti apa bahkan Bara pun masih tak mengerti bagaimana karakter BA secara utuh. ( LAKI LAKI )
Okta : Keras kepala, dan judesnya setengah mati kalau ketemu Bara, hemm.. aneh. Padahal kepada orang lain, dia biasa aja. Kadang kadang love is weird...
IRMA Seseorang yang lain, sex a friend bara, seseorang yang terlupakan ( PEREMPUAN )
RAY Guru Bara, rival Bara
Mungkin ada penambahan karakter.. Biarkan segini dulu ahh...
==========================================================
Di tengah sepi malam, teras rumah terlihat sosok tubuh sedang duduk dalam sepi. Terliat begitu sepi dan sendiri, melamun ? hanya dia seorang yang tahu.
"Kenapa lagi kau bar ? " Tegur nidi dalam memecah sepi malam
"Lagi sentimentil, hahahahhahahaaa" bara tertawa yang lebih mirip suara tangisan.
"Apa lagi yang salah dengan dirimu ? akhir akhir ini elu mendekati banyak wanita lagi.... ? Kenapa ?" desak nidi
"Aku cuma mencoba untuk eksis lagi ..."
"Mencoba eksis ? untuk apa ? bukankah dulu elu bilang elu akan fokus mempelajari SOF. Trus kenapa elu mencari wanita lagi ? Apakah tak cukup dengan petualangan liar elu ? " Nidi duduk di depan Bara.
Mereka adalah sahabat, sahabat kental. Satu dengan satunya saling memahami.
Bara tidak menjawab, cuma tersenyum lemah.
"Apa itu ?" Desak nidi
Bara memandang Nidi, "Maksudmu ?"
"Sesuatu yang elu sembunyiin."
Bara kembali tersenyum, "Apakah penting ?".
"Apakah kita teman ? " Nidi menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Always....!!"
"Berarti penting." Nidi terdiam sebentar lalu melanjutkan , " Apakah ini adalah masalah dengan BA ?"
"Tidak juga" Kembali lagi jawaban singkat untuk sebuah pertanyaan.
Suasana kembali diam. Nidi mengambil sebungkus rokok dari sakunya, mengambil sebatang rokok. "Tik...." Suara pemantik api. Nidi menyalakan rokok, dan memberikan sisanya ke Bara. Bara meraih sebatang dan menyalakannya pula. Menghisapnya dalam dalam lalu menghembuskannya dengan panjang, menghempaskan semua perasaannya.
"Apakah kau siap menceritakannya ?" Nidi tahu, jika bara siap menceritakan sesuatu maka dia akan cerita, kalau tidak ingin maka jangan harap di dunia ini ada yang bisa memaksanya bercerita.
Bara menarik napas panjang, meletakan rokok di samping teras. Seperti mengerahkan segenap kekuatan untuk bercerita.
"Masalah Okta......" Bara memulai ceritanya.
"Apa dia meninggalkanmu ?"
Bara memandang Nidi, lalu berkata " Jika itu yang terjadi malah lebih bagus, tapi sayangnya bukan"
"Saat gunung, gw melakukan kesalahan......" Nidi terdiam dia sudah mengerti apa kesalahannya itu. ( Akan gw ceritakan di lain story ). Bara blum pernah melukai orang, blum pernah memukul atau apapun itu. Nidi pernah dengar langsung dari BA, Diantara 30 muridnya, Bara adalah murid paling bungsu, paling di sayang, paling bandel, paling nggak bisa di atur, paling urakan, tapi juga yang paling lemah hatinya.
"Bar, Itu bukan kesalahan elu. BA juga bilang kayak gitu, dalam martial art, terluka itu biasa."
"Bukan itu masalahnya."
"Lalu ?" Nidi makin tak mengerti apa arti semua ini.
"Gw meminta BA untuk mengajarkan ketenangan sejati."
"Trus gimana ? Ehh Tunggu...., gw makin bingung apa yang sebenarnya elu ingin bilang ?"
Bara tidak menjawab pertanyaan Nidi, tapi meneruskan kata katanya kembali.
"Ketenangan sejati itu membuat elu tidak akan merasakan emosi lagi, sedikit demi sedikit akan hilang"
"Bukankah hal itu bagus, nggak enak terus terusan punya emosi...." Nidi tersenyum bahagia. Teryata cuma itu masalahnya
Bara memandang Nidi dengan serius. Nidi menghentikan senyumannya, "Apalagi yang salah ?" tanya nidi dalam hati. Bara menarik napas dalam dalam lalu menghembuskannya. Tampak dia menguatkan hatinya.
"Dulu saat aku ingat Okta aku merasa getaran yang membuat gw merasa..... ahhh, entah perasaan apa itu, bahagia atau bukan tapi perasaan yang aneh itu" Mata bara tampak bersinar saat bercerita. Nidi tersenyum dia cukup tahu apa perasaan yang di katakan Bara, cinta emang aneh kadang kadang perasaan itu aneh, bahkan tidak bisa di mengerti.
"Bukankah itu bagus, berarti elu nggak cuma memandang wanita sebagai tantangan yang elu taklukin lalu elu buang" Kata Nidi tertawa menepuk pundak Bara.
"Benar semua itu bagus..." Bara tersenyum ke arah Nidi, "Tapi apa kau melupakan satu hal." lanjut bara kemudian.
"Apa?"
"Itu dulu!" Mimik Bara menampilkan emosi yang luar biasa, entah sakit, entah perih.
Nidi tiba tiba teringat kata kata Bara tadi. "elu tidak akan merasakan emosi lagi, sedikit demi sedikit akan hilang".
"Trus hubungan elu dengan Okta ? "
"Tahukah elu kenapa gw mencoba eksis lagi ?"
"Kenapa ?" Nidi sebenarnya juga penasaran. Dia tahu benar, sejak memutuskan belajar SOF, jangankan menyentuh wanita, melihat dengan sengaja seorang wanita aja tidak pernah. Itu sudah 3 tahun yang lalu.
"Aku sudah beberapa kali melakukannya dengan beberapa wanita berbeda" Lanjut bara.
"Trus...?"
"Hauaahhahahah....ha...hahahahhahaa........" Tiba tiba bara tertawa seperti orang gila, lebih tepatnya seperti berteriak...
Nidi mengerutkan keningnya, dia blum pernah merasakan Bara tertekan seperti ini.
Tiba tiba Bara memandang Nidi, " Aku tak bisa merasakannya!!!!". Bara memalingkan mukanya memandang ke arah depan, ke arah gelap. Gelap malam yang pekat, sepekat hatinya sekarang.
Wajah Nidi berubah hebat, Emosi tak punya, Nafsu tak punya, Emangnya kau bisa punya perasaan. Nidi beranjak pergi, dia ingin menghibur tapi tak tahu bagaimana? Dulu dia gembira melihat Bara dengan antusias bercerita tentang Okta. Dia lega akhirnya Bara menemukan hatinya kembali. Tapi kembali menjadi rumit.
Nidi sudah melangkah pergi sambil mengumam lirih, "Bara.... Bara, Kenapa kau tidak memilih jalan manusia biasa saja". Meninggalkan Bara dalam sepi.
Tiba tiba Nidi membalikkan badannya, ada hal janggal yang harus ia pastikan. "Bagaimana dengan Okta ?"
"Putus....." Bara tidak membalikan badannya.
"Jadi kau menyerah....?"
"Never"
Nidi tersenyum, minimal dia telah memancing Bara, Dia tahu selamanya Bara tidak akan pernah menyerah, tidak pernah menundukkan kepalanya untuk siapapun.
"Lalu? Apa ini Bara menyerah pada kemampuannya sendiri... ?"
Bara berbalik menatap Nidi, Lalu menghela napas, "Dia tidak akan bahagia bersama diri gw."
"Darimana kau tahu....??"
Tiba tiba wajah Bara mengkerut. "Pergi....!!" kata Bara dingin.
"Elu tuh orang keras kepala dan seenak elu sendiri, elu nggak pernah mikirin apapun." teriak Nidi
"Huh...!!" Bara cuma mendengus dingin. Bara tak akan mengulangi kata katanya 2 kali, Nidi tahu benar hal ini.
Nidi kecewa, usaha terakhirnya benar benar nggak ada hasilnya. Nidi melangkah dengan gontai.
[ame="http://www.youtube.com/watch?v=Usam0gtxGIc&feature=related"]YouTube - The Fratellis- Whistle For The Choir Acoustic[/ame]
Last edited: