singthung
New member
K E S A D A R A N
2541 TAHUN YANG LALU, Siddharta Gautama telah menjadi Buddha. Dan dua ribu lima ratus empat puluh sekian tahun yang lalu Sangha telah ada dan Dharma telah berkembang.
Dengan menjadi manusia, kita memperoleh berkah yang paling mulai karena kita mempunyai kesempatan untuk belajar Dharma. Akankah kita menyia-nyiakannya?
Perubahan adalah inti dari ajaran Buddha. Sebelum menjadi seorang Buddhis, mata, hidung, telinga, mulut, segalanya belum terkendali. Tapi setelah menjadi Buddhis, semuanya menjadi terkendali. Sebelum menjadi Buddhis, keinginannya ada 100, tapi setelah menjadi Buddhis, keinginannya tinggal 5 atau berapa, mungkin juga habis.
Ada 4 jenis gelas yang tidak bisa diisi dengan air, yaitu:
1. Gelas itu sudah diisi dengan yang lain
2. Gelas itu bocor
3. Gelas itu terbalik
4. Gelas itu pecah
Demikian halnya ada 4 jenis pikiran yang tidak bisa diisi Dharma:
1. Pikiran yang materialis, segala sesuatu yang dipikirkan cuma harta benda.
2. Pikiran yang agak miring (tidak sehat). Yang jahat/jelek dianggap baik dan benar. Dan yang baik/benar dianggap jahat/ jelek.
3. Bocor (masuk kiri, keluar kanan). Orang dengan tipe pikiran seperti ini, biasanya merasa tidak butuh dengan ajaran agama.
4. Jika ia sudah mati atau tidak menjadi manusia lagi.
Kita tidak termasuk di antara keempat jenis pikiran di atas,sehingga kita sebenarnya berkesempatan belajar Dharma. Akankah kita menyia-nyiakannya?
Seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka mengacu pada titik-titik kesadaran. Kesadaran adalah sumber kebahagiaan dalam dunia.
Dunia semakin ruwet , penuh dengan orang-orang yang berebut seperti setan-setan kelaparan, berebut kedudukan, berebut kebenaran, dalam keadaan seperti itu masihkan kita mengharapkan kebahagiaan?
Kesadaran sangat kita butuhkan di kehidupan di dunia ini agat kita tidak stress, frustasi, iri hati, sombong, dan sebagainya.
Tetapi apakah kesadaran itu? Tidaklah mudah untuk merumuskannya, tapi dengan cara yang paling sederhana, kesadaran berarti jujur pada diri sendiri, terbuka, berarti menerima kenyataan hidup, apa adanya, tidak munafik, tidak aneh-aneh, sederhana.
Memang hal ini tidaklah mudah. Tapi hendaknya kita belajar.
Hendaknya kita tegar dalam menghadapi hidup ini, dan siap memerangi kejahatan-kejahatan dalam diri manusia. Yakinlah kita akan bahagia!
Dalam meditasi, kesadaran secara sederhana dapat diwakili dengan kata ? not loss? (tidak hilang). Maksudnya : saat kita menyadari objek meditasi misalnya nafas, jika objek nafas ini tidak hilang/lenyap bersama pikiran/ke mana saja, artinya kita sudah dalam keadaaan batin yang sadar. Jika objek nafas ini lenyap entah kemana, artinya kita tidak dalam keadaan sadar.
Inti dari meditasi adalah kesadaran. Jika kita bisa menyadari apa pun, berarti kita sudah dalam keadaan meditasi. Jadi, meditasi tidak harus dilakukan di tempat yang tenang saja, tempat yang ribut bisa dijadikan tempat yang mendukung untuk meditasi karena suara ribut yang disadari bisa dijadikan objek meditasi.
Saat sedang stress, biasanya kita tidak bisa bermeditasi dengan alasan tidak konsen. Sebenarnya stress ini jika disadari bisa dijadikan objek untuk mendukung meditasi yang baik.
Banyak orang yang gagal bermeditasi karena saat bermeditasi, pikirannya tidak bisa tenang, pikirannya melayang ke mana-mana. Jika kita menyadari pikiran yang ini, maka pikiran ini pun segera menjadi objek meditasi kita.
Namun, biasanya jika pikiran ini sengaja kita sadari, tiba-tiba ia menghilang. Dalam keadaan yang demikian, kita sebenarnya juga dalam kaadaan meditasi, yang lebih tepatnya disebut meditasi tanpa objek. Jadi, sebenarnya kita bisa bermeditasi dalam keadaan apa pun. Apa pun yang terjadi, asal kita sadar, berarti kita bermeditasi. Tidak ada alasan lagi untuk tidak bisa bermeditasi karena segalanya bisa dijadikan objek meditasi.
Sebenarnya diri sendirilah Sang Juru Selamat, mengapa mencari juru selamat yang lain? Jangan mencari kebahagiaan palsu/sementara, karena tidak akan membuat Anda bahagia, tapi justru meneggelamkan Anda dalam samsara.
(Lama Dharmavajra)
Jadi jutawan dan hidupnya bahagia, semua disebabkan masa lalunya. Tapi kalau tidak berbudi hati, malapetaka pun akan membuntuti !
[Kitab Suci Dewa Fuk Tek Cen Sen, tahun 1866]
Sedikit sadar, sedikit faedah,
Banyak sadar, banyak kebaikan,
Tak mau sadar, tidak ada obat penolongnya.
KEHIDUPAN berubah-berubah, dosa menimpa-nimpa,
Hanya yang sadarlah yang dapat lepas dari sengsara, lepas dari ketenggelaman !
[Kitab Suci Dewa Fuk Tek Cen Ten, tahun 1866]