Megha
New member
Memahami Lensa Kamera Fotografi (1)

MEMPRESENTASIKAN foto melalui eksplorasi sudut pandang, angle, maupun prespektif sangat bergantung pada pemahaman terhadap lensa. Kemampuan memahami lensa membuat fotografer lebih mendalami dimensi ruang. Dia bisa mengimprovisasi objek sederhana menjadi tampilan foto elegan dalam perspektif yang berbeda. Bahkan, sesuatu yang tidak menarik secara visual dapat dibuat hingga punya daya tarik dengan mengubah sudut pengambilan (angle).
Untuk merepresentasikan foto berdasarkan kualitas, tentu kebutuhan lensa dengan mutu yang baik menjadi pertimbangan utama. Sebenarnya secara kualitas, tingkatan hasil foto ditentukan oleh tiga faktor. Yaitu, lensa, sensor, dan prosesor. Ketiganya berperan penting menghasilkan gambar yang baik. Salah satu peran sensor berhubungan dengan resolusi, yaitu jumlah pixel. Sedangkan prosesor berkorespondensi dengan dynamic range, selain tetap berkorelasi dengan sensor dan pilihan optik.
Dari tiga unsur tersebut, lensa merupakan urutan utama yang menentukan kualitas gambar, yaitu tajam, detail, dan clarity (jelas). Sebab, lensa dengan kualitas tidak optimal akan berpengaruh langsung terhadap hasil foto yang juga tidak optimal.
Memilih lensa bermutu baik memang berdasar banyak aspek. Mulai kontras optik, daya pisah lensa, bahan optiknya, hingga coating lens. Sedangkan pilihan fasilitas yang tidak berkaitan langsung dengan kualitas adalah jarak fokus terdekat, diameter lensa, konstruksi lensa (susunan optik dalam lensa), autofokus yang cepat, silent motor, mikroprosesor, motor mekanis di dalam, stabilizer (antishock), maupun pilihan focal lenght. Namun, seseorang tidak mungkin bisa meneliti sedetail itu ketika memilih lensa. Mereka kadang lebih terpikat oleh penjelasan si penjual. Sah saja, tapi yang perlu diteliti adalah jenis bahan lensanya dari plastik atau kaca optik.
Setelah itu, baru kriteria kualitas lensanya. Setiap prosuden punya spesifikasi sendiri pada produk lensa. Misalnya, lensa Canon kelas L series dan non L series. L artinya kode Luxulury, lensa paling istimewa kualitasnya. Banyak yang menghindari pembelian lensa kit Canon (non L series) yang dianggap menimbulkan error 99 (kerusakan, sehingga memutus hubungan antara bodi dan lensa). Salah satu penyebabnya, kabel selendang fleksibelnya mudah putus.
Lensa yang bagus selalu berkorelasi dengan harganya yang tinggi. Apalagi, bila dilengkapi fitur tambahan, seperti bukaan aperture terbesar, image stabilizer, dan USM (ultrasonic motor) untuk Canon. Sedangkan Nikon dengan istilah VR vibration reduction dan SWM (silent wave motor). Lensa Canon seri L, Nikon kode ED, Carl Ziess maupun Leica dibuat dengan resolving power (daya pisah) lensa dan kontras optik yang tinggi. Daya pisah ini memang hanya bisa dilihat di laboratorium khusus lensa yang dilengkapi miskroskop dengan pembesaran 50 x atau lebih. Hasil foto lantas dianalisis nilai numeriknya. Nilai tersebut menunjukkan jumlah garis dalam milimeter. Metode itu digunakan untuk menentukan resolusi lensa yang baik.
Jadi, daya pisah lensa adalah kemampuan memisahkan bagian paling kecil elemen dalam foto. Yakni, kerapatan sebuah garis yang masih tampak meskipun berimpitan. Sedangkan kontras optik adalah perbedaan daerah terang (highlight) dengan daerah gelap (shadow) yang masih memiliki detail. Kontras tinggi dihasilkan ketika rasio reproduksi antara hitam dan putih adalah jelas dan tegas perbedaannya.
Kemudian, kontras rendah terjadi ketika perbedaan tersebut tidak jelas. Kontras di sini berbeda dengan dinamic range. Dynamic range merupakan perbandingan yang diukur antara nilai intensitas tertinggi hingga terendah pada exposure ekstrem. Persoalan rendahnya dynamic range berhubungan dengan keterbatasan prosesor dan sensor kamera untuk menangkap perbedaan antara daerah gelap dan terang hingga 10 stop. Misalnya, memotret di dalam ruang dengan menyertakan panorama di luar ruang. Tentu sulit sekali kamera merekam dua daerah tersebut, kecuali memiliki dynamic range yang baik.
Sementara, interelasi coating lens dengan kualitas foto dapat dicermati pada permukaan lensa. Ketika permukaan lensa kita lihat, tampak warna ungu kehijauan atau ungu kebiruan. Sebenarnya warna tersebut berasal dari magnesium flourida yang dilapiskan pada permukaan lensa. Fungsi pemberian coating ini bertujuan mereduksi refleksi cahaya pada permukaan lensa sehingga hasil foto tidak terlihat flare. Salah satu efek flare adalah menurunkan ketajaman.
Coating pun bisa terkikis jika permukaan lensa terlalu sering dibersihkan. Bahkan, membersihkan jamur pada optik bagian dalam bisa menghilangkan coating lens. Setiap lensa menggunakan tipe coating berbeda-beda. Ada yang single coating atau multicoating. Secara umum multicoating lebih efesien merefleksikan panjang gelombang spektrum yang tampak pada lensa dengan indeks refraktif optimal.
Namun, sehebat-hebatnya kualitas lensa, jika tersentuh jari, tentu timbul dampak buruk pada hasil gambar. Hal ini disebabkan ujung jari finger print terdiri atas lipid, asam amino, dan garam yang menempel pada lensa sehingga gambar menjadi buram. Akibatnya, selain ketajaman berkurang, juga timbul flare.
Sumber : jpnn.com dan Jurnal Micko henry
Last edited: