Perisai Kehidupan

singthung

New member
PERISAI KEHIDUPAN

Kebajikan moral merupakan kekuatan yang menakjubkan
Kebajikan moral merupakan senjata yang ampuh
Kebajikan moral merupakan perhiasan yang terindah
Kebajikan moral merupakan perisai yang luar biasa
(Theragatha. 614)


Hancurnya Sendi Kehidupan

Kehidupan memang semakin maju tetapi kehidupan spiritual sepertinya berangsur-angsur mulai ditinggalkan. Kenikmatan duniawi sepertinya lebih menjanjikan segalanya bagi manusia. Manusia mengalami kepuasan yang luar biasa sehingga terlena di dalamnya. Memang, secara duniawi seseorang harus maju tetapi seharusnya diseimbangkan dengan kehidupan keagamaan. Kejayaan perlu diperjuangkan hanya saja harus diseimbangkan dengan kehidupan spiritual.

Kehidupan yang tidak terkendali sangat mempengaruhi situasi dan kondisi kehidupan. Kehidupan akan diwarnai dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Mereka melakukan tindakan berdasarkan keinginannya. Yang ada dalam pikirannya adalah kesenangan. Sifat mementingkan diri sendiri lebih mereka tonjolkan dibandingkan dengan sifat peduli. Kepedulian menjadi pudar dan bahkan terlupakan.

Kebajikan dan moralitas tidak lagi diindahkan. Kebajikan dan moralitas dianggap sebagai barang yang sudah usang dan tidak perlu lagi dipakai. Jika ada orang yang berusaha menegakkan kebajikan dan moralitas dianggap tidak gaul dan sok suci. Mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri. Akibat dari pandangan tersebut perilaku mereka menjadi tidak terkendali dan cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain.

Manusia terkadang tidak menyadari bahaya yang setiap saat mengancam dirinya. Perilaku manusia yang mudah menyimpang sebenarnya diakibatkan oleh penyakit mental yang selalu terlupakan oleh manusia. Manusia seringkali hanya mendiagnosa penyakit fisiknya dan lupa melihat penyakit mental. Penyakit mental sangat berbahaya bagi manusia dan dapat membuat sendi kehidupan ini hancur.

Penyakit mental akan mendorong manusia untuk bertindak tamak, anarkis dan hantam kromo. Jika perilaku ini dibiarkan maka kehidupan menjadi tidak aman lagi bagi manusia. Mereka akan saling menghancurkan satu sama lain. Tindakan-tindakan mereka terus-menerus didorong oleh ketamakan, kebencian dan kebodohan batin. Jika keadaannya sudah seperti itu, manusia sangat sulit diajak untuk menegakkan kebajikan dan moralitas.

Apa jadinya jika manusia dipengaruhi oleh akar kejahatan. Sungguh sangat ironis jika kehidupan ini mengarah kepada kehancuran. Manusia modern tentu secara intelektual lebih maju tetapi belum berarti menjadi jaminan bahwa kehidupan spiritualnya berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa intelektual yang tinggi belum tentu melahirkan manusia yang punya etika, kebajikan dan moralitas. Yang sering terjadi malah sebaliknya. Mereka terlalu hanyut dalam kepuasan intelektual dan kesenangan indria serta melupakan kebutuhan batiniah. Inilah awal hancurnya sendi kehidupan.

Menggugah Nurani

Sendi kehidupan sudah semakin mengkhawatirkan. Manusia yang tidak terkendali akan semakin membuat kehidupan ini tenggelam dalam kemerosotan batin. Kehidupan spiritual manusia bukannya bertambah baik tetapi malah mengalami kemerosotan. Manusia harus menyadari bahaya yang sedang mengancam. Jangan terus terlena dalam lumpur kekotoran batin. Semakin tenggelam lebih dalam kehidupan ini semakin tidak karuan.

Seringkali muncul banyak alasan ketika mereka diajak untuk menegakkan kebajikan dan moralitas. Mereka mengatakan sangat sulit mempraktikkan kebajikan dan moralitas.? Manusia merasa terkekang dan terbebani oleh aturan main keagamaan. Kebebasan adalah dambaan karena dengan kebebasan tersebut mereka lebih leluasa bertindak. Cara pandang tersebut muncul karena kebanyakan orang tidak melihat apa yang tersirat dalam aturan main keagamaan.

Kebanyakan orang beralasan tidak adanya waktu. Mengapa tidak ada waktu? Kata mereka, 'tidak adanya waktu itu disebabkan karena kesibukan, aktivitas yang banyak, masalah keluarga dan lain sebagainya.' Benarkah mereka tidak memiliki waktu? Sangat salah jika mereka mengatakan tidak punya waktu. Buktinya mereka punya waktu untuk ngobrol, nonton, jalan- jalan dan aktivitas lainnya. Persoalannya bukan karena tidak punya waktu tetapi kemauan yang belum ada. Waktu tersedia dua puluh empat jam, tinggal bagaimana kita mengatur waktu tersebut.

Mengembangkan kemauan memang tidak mudah tetapi harus tetap dikembangkan. Langkah awal untuk mengembangkan kemauan adalah dengan cara menanamkan pengertian akan manfaat dari pengembangan kebajikan dan moralitas. Pengertian tentang manfaat kebajikan dan moralitas adalah penting karena dengan adanya pengertian kita akan termotivasi untuk selalu merealisasikannya. Inilah cara menggugah nurani manusia.

Jika nurani ini sudah tergugah untuk hal yang bermanfaat maka sangat mudah bagi manusia untuk mengawali pengembangan kebajikan dan moralitas.

Perjuangan belum berakhir sampai di sini. Walaupun nurani sudah tergugah, manusia harus tetap mengembangkan kebajikan dan moral. Mengapa harus dipertahankan? Perjuangan selalu dihadapkan dengan tantangan, baik yang ringan maupun yang berat. Ketika dihadapkan dengan tantangan yang ringan manusia bisa menghadapinya. Yang jadi permasalahan adalah ketika menghadapi tantangan yang berat. Mengapa menjadi persoalan? Karena tantangan yang berat akan mengancam nurani yang sudah tergugah. Banyak orang yang putus asa gara-gara dihadapkan dengan tantangan. Mereka merasa gagal dan hancur dan berpikir bahwa kebajikan dan moralitas yang selama ini diperjuangkan ternyata tidak ada hasilnya.

Bagaimana supaya manusia tetap bertahan ketika dihadapkan dengan banyak kesulitan? Kesulitan bukan sesuatu yang kekal, ia muncul, berkembang dan kemudian akan lenyap. Artinya, bahwa setiap masalah dalam kehidupan ini pasti ada solusi. Tidak ada masalah atau kesulitan yang kekal. Yang sering terjadi di masyarakat adalah ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi kesulitan karena mereka punya anggapan bahwa kesulitan itu terlalu berat dan tidak ada jalan keluar. Ini adalah anggapan yang salah. Jalan keluar pasti ada, hanya saja terkadang butuh proses. Proses itu ada yang lama dan juga ada yang sebentar tergantung dari kualitas batin seseorang. Manusia terkadang tidak sabar saat menunggu proses dan merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar. Dapat disimpulkan bahwa nurani yang tergugah harus diimbangi dengan pengertian yang benar, keuletan dan juga kesabaran.

Paramita

Secara harafiah, istilah paramita dianggap berasal dari kata parama yang berarti menyatakan pada kesucian atau praktik-praktik kebajikan yang agung. Dikatakan bahwasanya para Buddha pada kehidupan-kehidupan yang lampau mengembangkan paramita. Paramita adalah dasar untuk mencapai penerangan sempurna.

Ada sepuluh kebajikan menurut nilai kerohanian yang dalam bahasa Pali disebut paramita. Paramita selalu dipraktikkan oleh Bodhisatta untuk mencapai? penerangan sempurna (Sammasambuddha). Ada pun sepuluh paramita tersebut adalah: kerelaan (dana), kesusilaan (sila), pelepasan keduniawian (nekkhamma), kebijaksanaan (panna), semangat (viriya), kesabaran (khanti), kejujuran (sacca), tekad (adhitthana), cinta kasih (metta), dan keseimbangan batin (upekkha).

Menurut komentar Cariya Pitaka, Paramita adalah kebajikan yang dikembangkan dengan kasih sayang, dilandasi oleh alasan, tidak dipengaruhi oleh keinginan pribadi, serta tidak dinodai oleh kepercayaan yang salah dan semua kecongkakan pribadi. Paramita dikembangkan dengan kesungguhan dan disertai pengorbanan yang tinggi.

Tindakan seorang Bodhisatta mutlak bukan kepentingan pribadi, dikembangkan atas dasar cinta kasih, kasih? sayangnya yang tanpa batas, yang sepanjang rentang kehidupannya ia perjuangkan tanpa henti untuk mengurangi penderitaan, untuk mengangkat kaum? miskin, dan rendah pada kedudukan yang lebih terhormat, serta untuk membantu yang memerlukan pada setiap
kesempatan yang memungkinkan

Terkadang orang menyamakan antara kebajikan biasa dan paramita. Kebajikan yang kita lakukan tidak dapat dikatakan paramita jika masih ada ikatan-ikatan keinginan/pamrih. Sedangkan Paramita adalah kebajikan yang sangat mulia karena dilandasi dengan ketulusan dan kemurnian pikiran tanpa ada harapan untuk kepentingan pribadi.

Apakah manfaatnya jika memupuk paramita? Kebajikan yang dilakukan dengan ketulusan akan menghasilkan kekuatan spiritual bagi orang yang melaksanakannya. Kekuatan spiritual ini sewaktu-waktu akan muncul jika ada kondisi yang memungkinkan.

Diceritakan bahwa sebelum mencapai ke-Buddha-an, calon Buddha dengan gigih memperjuangkan Paramita ini tanpa adanya rasa sesal. Pada kisah-kisah Bodhisatta banyak hal yang menarik dan kelihatannya tidak masuk akal, padahal itu memang dapat terjadi.

Pada intinya kebajikan yang sifatnya Paramita ini akan membuat orang yang melaksanakannya akan memiliki kekuatan-kekuatan khusus. Kekuatan-kekuatan itu di antarannya:
1.Kekuatan spiritual
2.Kekuatan pelindung diri
3.Kekuatan untuk berkehendak
4.Kekuatan untuk mencapai pencerahan

Kekuatan-kekuatan di atas dapat muncul sewaktu-waktu. Jika ada kondisi kekuatan itu baru bisa berkembang. Kadar kekuatannya juga sesuai dengan kadar paramita yang dilaksanankan. Masing-masing orang memiliki kualitas batin yang berbeda-beda dan ini akan mempengaruhi tindakan-tindakan orang tersebut. Paramita bukan kebajikan biasa yang setiap orang dapat melaksanakan tetapi kebajikan agung. Kebajikan ini adalah kebajikan tanpa ikatan/pamrih. Kebajikan yang tinggi dan selalu dilandasi pengertian yang benar dan tujuan yang tinggi pula.

Berkah yang Tiada Tara

Berkah kata singkat yang sangat ditunggu banyak orang. Mengapa ditunggu banyak orang? Mereka beranggapan bahwa berkah adalah hal yang sangat menyenangkan. Berkah diidentikkan dengan kesuksesan, kegembiraan, rezeki dan kebahagiaan lainnya. Siapa sih yang tidak mau hidup bahagia? Semua orang mendambakan kebahagiaan.

Benarkah makna berkah itu seperti kata mereka? Sang Buddha memberikan uraian mengenai berkah utama yang ada di dalam Mangala Sutta. Jika diperhatikan lebih dalam apa yang diuraikan Sang Buddha dalam Mangala Sutta mengajak kita untuk mengembangkan kebajikan, moralitas dan cara berpikir murni. Berkah yang dimaksud dalam Manggala Sutta adalah kebajikan, moralitas dan pikiran yang jernih. Siapa saja yang dapat melaksanakan ajaran yang ada dalam Mangala Sutta akan mendapatkan berkah utama. Kehidupan mereka akan selalu diwarnai dengan kebahagiaan batiniah.

Banyak orang tidak menyadari bahwa berkah itu hubungannya dengan perilaku manusia. Kebanyakan mereka hubungkan dengan kesenangan duniawi. Kesenangan duniawi lebih nampak dan dapat dirasakan dengan mudah pada kehidupan ini tetapi manfaat dari kebajikan, moralitas dan pengembangan batin sulit dilihat dan dirasakan. Padahal jika dilaksanakan manfaatnya luar bisa. Di dalamnya tersembunyi sebuah kekuatan yang ampuh.

Mengapa manusia jarang melihat berkah seperti yang dimaksud dalam Manggala Sutta? Karena kebodohan batin, ketamakan dan kebencianlah sehingga mata batin manusia tertutup sangat rapat. Debu kekotoran batin yang sangat tebal membuat manusia melangkah pada jalan yang salah dan sulit melihat kebenaran. Manusia sangat sulit diajak mendekatkan diri pada kebenaran dan lebih suka mendekatkan diri pada pembenaran yang mereka sangka sebagai kebenaran. Mereka tidak menyadari bahwa di balik itu semua ada bahaya yang sedang mengancam.

Sadarlah wahai manusia bahwa ada berkah yang tiada tara yang seharusnya dikembangkan. Berkah yang tiada tara itu adalah berkah yang ditunjukkan oleh Sang Buddha. Berkah utama itu muncul dan berkembang karena hasil kebajikan, moralitas dan pikiran murni yang dikembangkan oleh manusia. Ketika kebajikan, moralitas dan pikiran murni dikembangkan maka kehidupan kita akan selalu dekat dengan kebahagiaan batiniah. Setidak-tidaknya kegelapan tidak terus menyelimuti dan berganti dengan kehidupan yang lebih terang. Hanya saja untuk mengembangkan itu semua butuh waktu dan proses. Namun, dengan adanya pengertian akan manfaat dari pengembangan kebajikan, moralitas dan pikiran murni akan membawa kita kepada kebahagiaan hakiki.

Pelindung Sejati

Akhir-akhir ini banyak pertanyaan yang berhubungan dengan kesulitan hidup. Permasalahan kehidupan semakin hari rasanya semakin komplek dan terkadang membuat manusia putus asa menghadapi kehidupan ini. Mereka berpikir, ?Bagaimana saya keluar dari kesulitan ini dan apakah saya harus selalu berada dalam kesulitan ini?' Manusia berharap kesulitan atau permasalahan selesai dengan cepat padahal kenyataannya semua membutuhkan proses. Keinginan inilah yang membuat manusia tenggelam dalam keputusasaan tatkala keinginan itu tidak berhasil dicapai.

Mereka juga bertanya-tanya,?ketika dihadapkan dengan kesulitan siapakah tempat bersandar kita" Memang pola pikir yang berkembang di masyarakat kita seperti apa yang mereka tanyakan. Mereka menganggap bahwa dengan adanya tempat bersandar diharapkan keluh kesah mengenai kehidupan ini bisa diselesaikan dengan baik. Mereka tidak harus bersusah payah menyelesaikannya sendiri. Rata-rata manusia menginginkan cara seperti itu.

Bagaimana jika dihubungkan dengan Dhamma. Apa yang harus dilakukan ketika kesulitan itu datang. Siapa yang menjadi pelindung kita? Tiratana adalah pelindung kita. Hanya saja perlindungan itu akan menjadi milik kita ketika ada kemauan untuk mepraktikkan ajaran. Sang Buddha telah menunjukkan jalan kebebasan kepada semua makhluk dan kita sendirilah yang harus mengolah dan mempraktikkannya. Jadi perlindungan itu datang ketika manusia mau mepraktikkan ajaran Buddha. Inilah cara berlindung di dalam agama Buddha.

Banyak orang pergi kepada perlindungan yang salah. Mereka pergi ke tempat-tempat kramat, pohon besar, goa-goa dan tempat yang dianggapnya dapat melindungi manusia dari ancaman kesulitan. Padahal tempat-tempat seperti itu bukanlah pelindung sejati dan bahkan kita bisa terjerumus di dalamnya. Kelihatannya melindungi padahal perlindungan itu semu. Ia hanya sementara dan sekejap lalu hilang. Supaya tidak terjebak pada perlindungan yang salah maka manusia harus kembali kepada perlindungan utama.

Perlindungan utama akan berkembang dan menjadi milik kita ketika manusia berupaya untuk mempraktikkan ajaran Buddha. Kebajikan, moralitas dan pikiran murni harus dikembangkan dalam keseharian manusia kalau berharap perlindungan sejati itu menjadi miliknya. Kebajikan, moralitas dan pikiran murni adalah senjata yang sangat ampuh untuk mengarungi kehidupan ini. Senjata yang ampuh ini tentu harus diolah dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat untuk kehidupan manusia.


Oleh: Bhikkhu Abhayanando

Daftar pustaka:
- Permata Dhamma Yang Indah,
- Ven. S. Dhammika
- Sang Buddha dan Ajaran-AjaranNya,
- Ven. Narada Mahathera

 
Back
Top